Ac 20

9 3 0
                                    

Adzan magrib berkumandang, meera belum pulang rumah. Ia berada di sebuah masjid yang tak jauh dari tempat taman tadi, ia masuk ke dalam tempat wudhu khusus wanita dan setelah itu masuk untuk melaksanakan shalat.

10 menit berlalu, meera selesai dengan shalatnya dan ia tidak langsung pulang ke rumah. Melainkan ia memilih berdiam diri di teras masjid sambil menikmati hawa malam dengan suasana yang cukup bagus di malam ini.

Sedangkan di sisi samping masjid, seorang pria baru saja keluar setelah melaksanakan shalat magrib. Ia mengobrol sebentar dengan para sepuh yang ada di sana, setelah itu ia pamit untuk pulang.

"Saya ijin pamit ya bapak- bapak semua"ujar pria itu.

"Hati hati di jalan mas, terima kasih sudah menyumbangkan sebagian hartanya untuk masjid kita. Semoga mas di berikan umur panjang, berkah rezeki, jodoh mas secepatnya datang ya"doa dari sepuh yang menjaga masjid di sana.

"Aamiin, kalau begitu mari pak. Aassalamualaikum"salamnya.

"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh"jawab para sepuh di sana.

Setelah berpamitan, pria itu keluar dan melangkahkan kakinya menuju mobil yang berada di sisi jalan. Tapi, ketika hendak sampai di mobil, ia melihat seorang wanita yang ia kenali sedang duduk di teras masjid.

"Dia kan-----sedang apa dirinya di sini"gumam pria itu yang melihat ke arah wanita tersebut.

Karena rasa penasarannya yang amat tinggi. Ia pun berjalan menghampiri perempuan itu dan menyapanya.

"Meera"panggilnya.

Deg

Degup jantung meera seketika berdegup kencang mendengar suara yang ia kenali beberapa hari yang lalu. Ia mendonggakan kepalanya sebentar untuk melihat keberadaan sosok pria yang ada di hadapannya.

"Kak"ujar meera yang memang sejak pertemuan itu memanggil ilham dengan kakak, karena jarak umur mereka terpaut empat tahun.

"Sedang apa di sini?"Tanya ilham.

"Hanya menumpang shalat"jawab meera seadanya.

"Hari semakin malam, tidak baik perempuan keluar sendirian di malam hari. Naik apa?"Tanya ilham yang sekian kali.

"Motor"dingin meera.

"Saya ikut di belakang. Saya naik mobil sedangkan kamu motor"ujar ilham kembali.

"Tapi..."ucap meera yang perkataanya langsung di potong ilham.

"Di larang membantah! Di luar sana bahaya"tegasnya, dan meera menghela nafas menganggukan kepala. Susah juga berbicara dengan orang yang keras kepala, gumam meera.

Meera berjalan ke parkiran motor yang tak jauh dari mobil ilham. Ia menyalakan motornya dan bersiap untuk pulang. Dan memang benar hari akan semakin malam, tapi seakan pikiran meera tidak ingin untuk pulang. Ia ingin menjernihkan pikirannya dari ujian yang sedang ia alami. Motor yang ia pakai pun bukan miliknya, melainkan meminjam kepada teman kelasnya pagi tadi di kampus.

Meera sedari kuliah pagi hingga malam memang belum pulang ke rumah. Ia mengendarai sepeda motornya kemana saja untuk bisa menenangkan gemuruh di dalam hatinya. Hingga tiba ia bertemu ilham yang berakhir menyuruhnya pulang.

Sedangkan ilham yang melihat sosok meera yang berada di depannya menyeritkan heran. Karena ia merasa ada hal yang sedang meera sembunyikan dari orang lain, dan seakan orang itu tidak perlu tau apa yang ia alami.

"Apa yang sedang ia pikirkan"gumam ilham yang masih mengikuti meera dari belakang.

Almeera ChairunnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang