Di pesantren, setelah penolakan lamaran. Umi nyai tidak pantang begitu saja untuk menjodohkan zaki dengan wanita lain. Umi pun sudah punya kandidat untuk selanjutnya, siapakah wanita itu?
"Kamu tidak keberatan kan nak, untuk umi mencarikan kandidat lain. Untuk di jodohkan sama kamu?"Tanya umi nyai, yang sedang berkumpul dengan keluarga lengkap di sana.
"Zaki manut mi"jawab zaki yang sedang memangku sang adik, hilwa.
"Aca ira, yang bakal jadi istli abang?"Tanya gadis kecil itu.
"Bukan sayang, kakak meera bakal jadi kakak hilwa selamanya kok. Tapi yang menjadi istri abang, bukan kakak meera"jawab bunda mutia.
"Kenapa tidak aca ira yang jadi istli abang?"Tanyanya lagi.
"Nanti kalau kamu sudah dewasa, kamu pasti paham nak"jelas umi nyai dengan lembut dan hilwa menganggukkan kepala kembali melanjutkan bermainnya.
Keluarga mereka tengah berkumpul di ruang tamu, terutama bunda ratu ada di sana. Semenjak kejadian percakapan antara salsa dan bunda ratu kala itu, mempengaruhi hubungan mereka. Mereka berdua menjadi sering mengobrol walaupun terdengar singkat. Pak hakim bersyukur karena ada kesempatan untuk bisa merubah semuanya, walaupun harus pelan dan penuh kesabaran ekstra.
Di lain tempat, ustadzah nurul baru saja selesai mengajar para santriawati. Ia sedang istirahat di dalam kamar khusus para pengurus. Di sana tidak hanya ada ustadzah nurul, di dalam kamar itu terdapat empat ustadzah yang sudah menikah. Tersisa ustadzah nurul yang belum menemukan pasangannya di usia 23 tahun.
"Barus selesai ngajar?"Tanya ustadzah aina yang sudah mempunyai seorang putra, dan ia orang pertama yang menikah di antara mereka berempat.
"Na'am ustadzah (iya ustadzah)"jawabnya.
"Yasudah kamu istirahat sana, ana mau ke bagas sebentar"ujarnya dan ustadzah nurul mengiyakan perkataan ustadzah aina.
Ustadzah Aina ( anak dari seorang petani yang sukses dengan cita citanya, dan ia adalah orang yang pertama menikah di antara mereka berempat. Ia mempunyai seorang putra yang bernama bagas, dan menikah dengan salah satu pengurus ikhwan di pesantren itu. Ustadzah aina merupakan kakak pertama bagi mereka, karena usia yang terpaut jauh dari mereka. Usia ustadzah ana sudah memasuki kepala 3.)
Ustadzah Anis (anak dari seorang pedagang ketoprak yang sukses dengan impiannya untuk menjadi seorang pendakwah/pengajar. Ustadzah anis merupakan kakak kedua untuk mereka, karena usianya sekitar 28 tahun. Ustadzah anis sudah menikah dengan salah satu abdi ndalem di pesantren itu, dan ia baru saja di karunia seorang putri yang bernama hawa.)
Ustadzah Nina (anak dari seorang pedagang mie ayam yang sukses dengan impiannya. Ustadzah nina adalah kakak ketiga bagi ustadzah nurul. Usia yang baru memasuki 26 tahun itu sudah menikah 1 tahun yang lalu. Ustadzah nina menikah dengan seorang pengajar di pesantren, dan ia menikah karena di jodohkan umi nyai. Ustadzah nina belum di karunia seorang anak di pernikahannya.)
Ustadzah Nurul (anak dari seorang ayah yang mempunyai bisnis peternak sapi di kotanya. Ustadzah nurul adalah anak terakhir dari tiga bersaudara, tidak hanya di pesantren ia seorang diri yang belum menikah. Di dalam keluarga pun kedua kakaknya sudah menikah, dan tersisa hanya dia seorang.)
"Dzah antar ana ke depan yuk"ujar ustadzah nina.
"Boleh, ana ganti baju dulu sebentar"jawabnya dan ustadzah nina menunggu di depan kamar tersebut.
Mereka membiasakan memanggil tidak dengan nama, tetapi dengan sebutan dzah atau ustadzah. Karena dimanapun mereka berada, mereka harus menjaga adab mereka di antara satu sama lain.
Setelah berganti baju sebentar, ustadzah nurul keluar kamar dan menghampiri ustadzah nina yang sudah menunggunya. Mereka berjalan berdua dengan pelan dan di sela sela perjalanan mereka, terkadang ada para santriawati yang menyapa mereka.
Jarak antara kamar ke depan gerbang pesantren lumayan jauh. Dan mereka memilih berjalan berdua dengan jalan kaki sekaligus olahraga sore. Ustadzah nurul dan ustadzan aina memang sering berdua, karena mereka belum mempunyai anak yang selalu ikut dengan mereka. Kalau kata orangmah masih bebas.
"Ustadzah tau tidak?"Tanya ustadzah aina di sela sela perjalanan mereka pulang.
"Tau apa dzah"ujar ustadzah nurul.
"Itu loh, ustadz zaki katanya mau di jodohkan sama salah satu pengajar di sini"jelasnya.
"Bukannya kemarin sempat ada desas desus ustadz zaki di jodohkan sama sahabatnya ning salsa ya"kata ustadzah nurul.
"Dengar dengar sih di tolak"jawab ustadzah aina.
"Hah kok bisa?"
"Ntah ana gatau dzah, semoga yang ini di terima ya"
"Aamiin"
Setelah percakapan singkat mereka di jalan, mereka berdua kembali ke kamar. Desas desus lamaran ustadz zaki di tolak pun mulai menyebar di pesantren. Siapa yang akan di jodohkan dengan ustadz zaki selanjutnya?
KAMU SEDANG MEMBACA
Almeera Chairunnisa
Teen Fiction📌 FOLLOW SEBELUM BACA📌 Kehidupan itu laksana sebuah buku cerita, ada kisah sedih, kisah bahagia dan ada pula kisah yang membangkitkan. Akan tetapi, ketika halaman baru belum terbuka, maka kisah yg tersimpan di halaman berikutnya hanya akan menjad...