Burung burung berkicau, awan yang cerah serta hembusan angin pelan membuat suasana terasa hangat dan indah untuk di nikmati. Keluarga ikhsan tengah bersiap untuk pergi ke rumah Ica, sayangnya ilham tidak bisa ikut, karena tiba tiba ia mendapatkan jadwal penerbangan ke kota Bengkulu. Mau tak mau, ia pun harus bertanggung jawab dengan pekerjaannya.
Mereka bertiga sudah rapih dan berjalan masuk ke dalam mobil setelah menutup pintu. Yang membawa mobil ikhsan sendiri, yang mana di sampingnya ia di temani sang ayah, sedangkan bunda syifa duduk di kursi belakang. Perjalanan cukup macet dan mereka harus bersabar untuk bisa melanjutkan perjalanan ke rumah ica.
Sedangkan di tempat lain, yakni pesantren. Keluarga salsa tengah bersiap akan pergi ke suatu tempat. Zaki bersama salsa dan umi nyai sudah rapih dan mereka sudah duduk di dalam mobil. Zaki mulai menjalankan mobil di temani dengan suara mereka yang cukup bising di telingannya. Untung kali ini sang adik dan kedua orang tuanya tidak ikut, bisa bisa gendang telinga zaki pecah seketika itu.
1 jam perjalanan, keluarga ikhsan sudah sampai di rumah ica. Bu dwi sudah menyambut mereka di depan dan membawanya masuk ke dalam, sedangkan ica berada di dalam kamar. Mereka duduk di ruang tamu dan berbasa basi sebentar sebelum melanjutkan ke obrolan serius.
"Kemarin sempat dengar dari ibu, katanya ingin membicarakan hal serius. Hal serius apa ya?"Tanya bu dwi.
"Boleh panggil ica untuk duduk di sini tidak bund"ujar ikhsan dan bu dwi menganggukan kepalanya boleh. Ica di panggil dan duduk bersama mereka setelah menyalami tangan bunda syifa. Sedangkan dengan yang lain, ica hanya menangkupkan kedua tangan.
"Bicara nak"titah pak azka.
Huffhh
Ikhsan menghembuskan nafas kasar sebentar dan memulai perbincangannya.
"Ca----ica tau kan. Abang suka dan sayang sama ica dari dulu. Abang tidak ada bermaksud apa apa, abang tidak mengajak ica untuk pacaran. Dan abang sudah tau ica pasti tidak akan mau kan? Jadi niat abang kesini, abang mempunyai niat ingin-------------"
"Assalamualaikum"salam seseorang di luar sana yang membuat ikhsan tidak bisa melanjutkan perkataannya. Bu dwi bangkit, dan menghampiri mereka yang ada di depan.
"Maasyallah----umi"ujar senang bu dwi yang langsung mencium tangan umi nyai.
"Ayo masuk semua, umi kenapa tidak bilang dulu mau ke rumah dwi"ujarnya yang menuntun umi nyai untuk masuk.
Mereka semua masuk dan betapa kagetnya, ternyata tidak hanya ada mereka yang datang, di dalam pun ternyata ada beberapa orang. Mereka duduk di bawah yang di alasi dengan karpet, karena kursi tidak akan cukup dengan porsi orang yang ada di sana. Meera menyalami tangan umi nyai, setelah itu ia duduk di samping salsa.
"Kamu kok gak bilang mau ke rumah"kata meera.
"Hehe sengaja, kita memang tidak bilang mau kesini"jawab salsa sambil terkekeh pelan.
"Maaf ya pak, bu, kami sudah menganggu waktunya. Kami tidak tau, ternyata ada tamu juga di dalam"ujar umi nyai tak enak.
"Tidak apa apa bu, sekalian kita bisa saling kenal dan silaturrahmi juga"jawab ramah bunda syifa.
"Oh iya, umi kesini ada apa?"Tanya bu dwi, sedangkan mereka yang ada di sana diam mendengarkan.
"Begini nak, rencanannya umi ingin menjodohkan meera dengan zaki. Jadi kedatangan umi ke sini, ingin mengkhitbah meera untuk zaki"jelas umi nyai.
Deg
Jantung meera berdegup kencang ketika mendengar penuturan umi nyai. Ia tidak salah dengar kan? Jadi perempuan yang akan di jodohkan dengan zaki, adalah dirinya sendiri. Meera menatap salsa dengan sengit, sedangkan salsa hanya cengegesan menampakkan gigi bersihnya.
"Tidak bisa begitu dong! Saya sudah lebih dulu yang datang dan melamar ica. Kalian enak saja berbicara seperti itu!"bentak ikhsan.
"Ikhsan!"tegur sang ayah.
"Tidak bisa begitu yah! Ikhsan sudah lebih dulu melamar ica, masa mereka berani beraninya berbicara seperti itu"ucapnya dengan nada marah.
"Maaf semuanya jika anak saya lancang dan terdengar tidak sopan. Kami mohon maaf"ujar bunda syifa yang tidak enak hati karena melihat tingkah anak pertamanya.
"Belum tentu di terima kan"tegas zaki yang tidak terima sang nenek di bentak seperti itu, ia sebagai cucunya saja tidak pernah melakukan itu.
"Maksud loe apa?"Tanya ikhsan dengan nada marah dan menatap zaki dengan sengit
"Sudah-----sudah, kita bisa bicarakan ini dengan baik baik. Gak perlu pakai emosi!"ujar tegas bu dwi dan mereka semua menganggukan kepala.
Meera hanya menundukkan kepala dan tidak menatap mereka satu pun. Ia masih bingung dengan kejadian sekarang, ia sedikit syok dengan kedatangan dua keluarga tersebut, apalagi ketika mendengar perkataan umi nyai tadi.
Bunda syifa menenangkan ikhsan, sebelum mereka melanjutkan ke obrolan yang lain. Dan bu dwi akan mendengarkan alasan mengapa dua keluarga ini datang ke rumah. Setelah itu bu dwi akan mendengarkan dari pihak masing masing keluarga tanpa ada yang bisa menyela obrolan mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Almeera Chairunnisa
Teen Fiction📌 FOLLOW SEBELUM BACA📌 Kehidupan itu laksana sebuah buku cerita, ada kisah sedih, kisah bahagia dan ada pula kisah yang membangkitkan. Akan tetapi, ketika halaman baru belum terbuka, maka kisah yg tersimpan di halaman berikutnya hanya akan menjad...