Ac 29

3 2 0
                                    

Pov

Nama saya Khoirul Ikhsan, biasa di panggil ikhsan. Saya dulu hidup di keluarga yang rendah, hidup di dalam kontrakan kecil yang berisikan empat orang. Terkadang juga kita tidak bisa makan, karena kedua orang tua saya tidak ada uang waktu itu. Beruntungnya kami memiliki tetangga yang baik, yaitu keluarga pak bayu. Ketika kita sedang ada masalah ekonomi, keluarga mereka rela berbagi dengan kita yang waktu itu tidak kenal sama sekali.

Satu bulan, dua bulan, kami hidup di kontrakan. Saya mulai dekat dengan keluarga pak bayu, hingga saya kenal dengan putri beliau yang bernama Almeera Chairunnisa, tapi saya memanggilnya ica. Kita kecil sering bermain berdua tanpa adik saya maupun kakak ica. Mereka berdua adalah orang pemalu yang tidak bisa di ajak bermain.

Seiring berjalannya waktu, kami harus pindah ke kota lain. Di kota sana lah kami memulai hidup baru, ekonomi kami mulai membaik. Hingga saya bersama adik saya bisa mengapai cita cita kami berdua. Saya yang bisa menjadi seorang menejer dan adik saya bisa menjadi seorang pilot. Kehidupan kami membaik berkat bantuan dari keluarga ica dulu.

Beberapa tahun lamanya keluarga kami tidak pernah bertemu, akhirnya takdir membawa kita untuk saling berjumpa kembali. Pertama kali datang ke rumah keluarga pak bayu kami semua kaget, terutama saya. Ternyata pak bayu yang sudah meninggal, dan ica yang berbeda dari yang dulu. Sekarang sosok ica kecilnya sudah tertutup, baik dari segi pakaian maupun sikap. Saya senang bisa berjumpa dengan sosok yang selama ini selalu saya tunggu tunggu, walaupun pada kenyataannya keadaan sekarang cukup berbeda. Rasa cinta dan rasa sayang saya dari kecil hingga sekarang masih tersimpan rapi. Hingga pada waktu lamaran saya yang di tolak hari itu.

Rasa marah, kecewa, menyelimuti hati saya hari itu. Harapan serta ekpetasi tinggi saya hancur sekejap mata. Saya menumpahkan semua kekecewaan di dalam kamar dengan membanting semua barang barang. Saya tidak peduli kamar yang berantakan, kamar bisa di rapihkan bibi di rumah ini, tapi hati saya tidak bisa sembuh secepat itu. Beberapa jam saya menangis, akhirnya saya mulai tenang dan sedikit mencoba menerima kenyataan sebenarnya. Hingga sekarang kami tengah berkumpul bertiga di rumah tamu. Ayah tidak ada, dia sedang berada di dalam kamar.

-------------- --------------- -------------- ----------------

"Are you okay ka?"Tanya bunda.

"Hmm, fine bunda"ujarnya setelah duduk di samping sang bunda.

Ikhsan sudah sedikit menerima kenyataan, bahwasanya ica menolak lamaran darinya. Setelah menumpahkan rasa marah dan kecewa, ikhsan sekarang sudah cukup tenang.

"Maaf ya kak, bunda belum bisa membahagiakan kamu sepenuhnya"lirihnya.

"Tidak bunda, bunda tidak salah. Ikhsan yang salah, ikhsan sudah berekpetasi tinggi selama ini terhadap ica"jawabnya yang duduk di samping sang bunda dan mengenggam kedua tangannya.

"Bunda selalu berdoa. Semoga anak-anak bunda kelak mendapatkan jodoh yang baik, yang menyayangi kalian, dan bisa memberikan kalian kebahagiaan"ujar tulus sang bunda.

"Insyallah bunda, tapi lebih baik yang menikah lebih dulu ilham bund. Ikhsan rencananya akan lebih pokus ke perusahaan, tidak apa-apa ikhsan di langkahi ilham. Yang penting kita semua bahagia"celetuk ikhsan.

"Kak---ilham masih sendiri, gimana caranya mau langkahin kakak"ujar ilham.

"Jodoh gak ada yang tau ham, sekarang kamu sendiri, tidak tau besok kemungkinan kamu sudah mendapatkan jodoh"tambah ilham.

"Benar nak, jodoh tidak ada yang tau. Bunda berharap dimana pun kalian berada, semoga kebahagiaan selalu menyertai kalian."

"Aamiin"jawab ikhsan dan ilham serempak.

"Semoga besok ilham nikah ya bun"ledek ikhsan.

"Kak---"tegas ilham yang menatap sang kakak dengan tajam.

"Hehe peach"kekeh ikhsan yang menampilkan dua jarinya, sedangkan sang bunda tersenyum simpul melihat kehangatan anak-anaknya. Bunda syifa berharap anak anak mereka akan tumbuh dengan penuh cinta dan kasih sayang sampai nanti.

Almeera ChairunnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang