Ac 27

3 2 0
                                    

Setelah semuanya tenang dan keadaan sudah cukup membaik. Bunda syifa memulai pembicaraan lebih dulu, dan mereka yang ada di sana mendengarkannya.

"Mohon maaf sebelumnya, kedatangan saya kesini untuk melamar ica menjadi istri dari anak pertama kami, yaitu ikhsan. Yang kalian tau ikhsan dan ica sudah berteman sedari kecil dan sekarang di pertemukan kembali. Saya selaku bunda dari ikhsan, tidak bisa memaksa dan menyerahkan semuanya kepada keluarga ibu dwi"ujar bunda syifa.

"Saya terima keluarga ya mba"kata bu dwi.

Setelah bunda syifa berbicara maksud tujuannya, selanjutnya umi nyai yang berbicara maksud tujuannya datang kesana.

"Saya mohon maaf, jika kedatangan saya membuat kesan yang tidak berkenan di hati semua. Dan yang sudah kalian tau, kedatangan saya kesini bermaksud untuk mengkhitbah nak meera untuk menjadi istri dari cucu saya, zaki. Saya serahkan semuanya kepada bu dwi dan meera untuk jawaban dari khitbah kami"jelas umi nyai.

"Dwi terima kedatangan umi dan semuanya. Sebelumnya dwi ucapkan terima kasih buat semua yang sudah datang kesini, yang berniat baik kepada putri dwi. Dwi selaku orang tua hanya bisa mengikuti keinginan anak, dan dwi serahkan semua jawabannya ke meera"jawab bu dwi

Meera masih terdiam dengan pikiran yang berkecamuk tidak menentu dan ia masih bingung dengan keadaan sekarang, ia belum lulus kuliah dan belum siap untuk menikah. Tapi mereka---

"Meer jawab"kata salsa yang menepuk bahu meera yang ada di sampingnya.

"Bagaimana, ica menerima lamaran abang?"Tanya ikhsan yang berusaha bersabar di situasi sekarang, walaupun aslinya ingin segera ica menerima lamarannya dan cepat selesai.

Meera menghembuskan nafas kasar beberapa kali di balik cadar, dan menatap para perempuan di sana. Zaki hanya diam mendengarkan, sedangkan ikhsan menatap zaki dengan sinis. Zaki tidak memperdulikan tatapan itu dan tetap diam posisinya.

"Meera sebelumnya mohon maaf, meera belum siap untuk menikah dan meera juga belum lulus kuliah. Meera ingin pokus dengan pendidikan lebih dulu. Apa ada yang keberataan dengan jawaban meera?"Tanya meera dan mereka yang ada di sana menggelengkan kepala.

"Abang siap nunggu ica, sampai ica siap menikah dan lulus kuliah. Abang tidak keberataan kok"jawab manis ikhsan dengan lesung pipi yang ia tampakkan.

"Tapi----"ujar meera yang kembali berbicara, tapi ragu untuk melanjutkannya.

"Tapi kenapa?"Tanya bunda syifa.

"Meera mohon maaf sebesar besarnya, meera menolak lamaran umi dan bunda syifa. Meera tidak ingin memberikan harapan yang tidak pasti untuk semuanya, agar ustadz zaki maupun kak ikhsan bisa mencari perempuan lain di luar sana. Meera ingin pokus ke pendidikan dan tidak mau karena hal ini, ustadz zaki dan kak ikhsan nantinya menunggu kepastian yang belum tentu kapan meera pastikan----Maaf"lirih meera.

Deg

Jantung ikhsan berdetak tak karuan, hatinya seakan di timpa ribuan paku yang menancap. Sakit rasanya, karena keinginan baiknya, tidak terkabulkan. Sedangkan zaki bersikap tenang walaupun merasakan sedikit kecewa, karena ia belum bisa menemukan jodohnya di usia yang sudah tak muda lagi.

Mereka semua terdiam dan menghembuskan nafas kasar, mereka tidak bisa memaksa meera untuk memilih salah satu dari mereka. Dan mereka semua berusaha menerima jawaban meera dengan lapang dada.

"Meera sekali lagi memohon maaf"lirihnya.

"Tidak apa apa nak, umi menerima dan menghargai keputusanmu. Umi harap, meera tetap menjadi meera yang dulu ya. Jangan karena hal ini, meera merasa canggung dan malu kepada kami"ujar umi nyai.

Tak ada maksud lain umi nyai berbicara seperti itu. Karena hubungan meera dan salsa cukup dekat, jadi mereka tidak ingin karena hal ini, pertemanan mereka menjadi renggang dan berubah.

"Iya benar meer, kamu jangan merasa malu dan canggung sama kita. Kita menghargai keputusanmu, begitupun dengan zaki"tambah salsa dan meera menganggukan kepalanya lemah.

"Bund"panggil meera kepada bunda syifa.

"Bunda menghargai keputusanmu sayang, dan bunda tidak memaksa ica. Iya kan kak?"Tanya bunda syifa kepada anak sulungnya yang sedari tadi hanya diam.

Bunda syifa paham, ikhsan sebenarnya sedang patah hati dan merasa kecewa, karena keinginannya tidak terkabul. Mereka tidak bisa berbuat apa apa selain menghargai keputusan meera, dan tak mungkin juga mereka memaksa meera.

Ikhsan hanya menganggukan kepala dan sudah tidak mood untuk melakukan hal apapun, hatinya sakit dan kecewa. Karena ekspetasi yang tinggi kini harus hancur seketika itu, dan harapan yang ia impikan hancur berkeping keping.

"Dwi mohon maaf semuanya. Karena keputusan sudah meera jawab, karena jawaban meera tidak sesuai dengan keinginan kalian. Dwi harap, semoga silaturahmi kita tetap berjalan seperti biasanya dan tidak ada rasa canggung di antara kita"ujar bu dwi.

"Pasti, silaturahmi kita harus tetap terjalin"ujar bunda syifa dan umi nyai.

Setelah acara lamaran itu berakhir dengan jawaban yang tak sesuai, mereka kembali pulang ke rumah masing masing. Ikhsan sedari pulang dari rumah meera, hanya diam dan tidak mengeluarkan satu kata pun. Sampai tiba di rumah kediaman mereka.

"Sayang------Are you okay?"Tanya bunda syifa.

"Ikhsan tidak apa apa bunda, ikhsan ke kamar dulu"ujarnya yang langsung pergi begitu saja.

Bunda syifa menatap punggung anak sulungnya yang sudah berjalan jauh. Ia membiarkan ikhsan mengeluarkan kekecewaannya, dan tidak akan menganggunya sementara waktu. Setelah ikhsan tenang, barulah ia akan berbicara dengannya nanti.

Almeera ChairunnisaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang