Pertemuan Aneh

256 13 1
                                    


Ia menghindari Ren.

Dalam perpustakaan kota.

Dengan cerianya, Miko memasuki kawasan khusus kutu buku tersebut. Layaknya anak kedapatan permen, ia menyongsong kesana-kemari menyelinap dengan gerakan yang lumayan gesit. Bajunya berkibar-kibar dibelakangnya. Wolnya yang sewarna tanah, berguncang-guncang dibahunya. Tak banyak orang yang mau keluar hanya untuk membaca buku hujan-hujan begini. Perpustakaan terlihat sepi.

Memasuki perpustakaan itu, ia merasa dirinya melayang saking terpesonanya. Ini kali ketiga Miko mengunjungi perpustakaan. Langkah membawanya berlari ke bagian pengetahuan sejarah. Baginya, sejarah adalah bagian dalam dirinya yang tak terlihat. Terlalu aneh memang.

Buku-buku berdebu menumpuk di sepanjang rak, seperti menunggu orang yang tepat untuk menguak berbagai lembar rahasianya. Sejarah, dari luar terlihat membosankan. Didalamnya, tersirat rahasia besar. Sebagian mungkin bergambarkan takdir, atau menuntunmu. Menyelubung dalam dunia Imajiner tanpa batas. Berbaring dalam diam, menunggu terkuaknya misteri hidup.

Masing-masing rak ditandai dengan tahun insiden terjadinya peristiwa.

Lorong itu sepi, bahkan tak terlihat satupun orang melintas. Berbagai rak berdiri menjulang, suasana mistis nan kuno menyelimutinya.

Pupil matanya tertuju pada rak utama. Ia mengambil buku sebanyak yang dapat diangkut, tanpa sadar dirinya menjatuhkan buku berjudul Legenda Perang. Ia melirik.

Buku usang tua, Miko memungutnya. Tebal dan lusuh, namun ukiran sampulnya menyiratkan kekuatan, keperkasaan. Sepasang naga tampak mengitari laman belakang buku. Debu setebal satu senti menyelimuti permukaan buku, seolah tak pernah disentuh selama bertahun-tahun.

Tak ada tahun insiden peristiwa, aneh. Tanpa pikir panjang, ia langsung mengambilnya.

Dengan kartu VIP-nya, ia dapat mengambil sofa pojok. Yang merupakan tempat ter-spesial di perpustakaan. Beberapa orang terlihat kecewa saat melihat sofa telah diduduki. Setelah menurunkan jaketnya, ia menyamankan diri.

"Nah, sekarang mari membaca".

Miko membuka buku kuno tersebut. Tangannya sangat lincah membolak-balik laman buku. Saat tengah asyik melihat, sebuah lembaran meluncur turun. Tak ada angin berhembus kala itu,

Persis saat ia mengulurkan tangan untuk mengambilnya, bagai diperintah, angin dingin menjeblak masuk, membuka lembaran tengah berisi gambar peperangan.

Orang-orang beringas menggenggam senjata, yang tampaknya sangat kuno. Terlihat dari jenis dan cara mereka menyerang musuh.

Entah apa yang mereka serang, tidak tergambarkan dalam peta itu. Terlihat selintas seperti sepetak bayang hitam menyelimuti tempat tersebut. Sebanjir darah tampak mewarnai tanah tempat mereka berdiri.

Mereka seperti melindungi sesuatu. Terdapat tempat seperti cakram ditengah, berdiri dua kuda putih yang terlihat sangat gagah, mengepakkan sayap dan menyeruduk tajam dengan tanduknya. Butuh waktu sangat lama untuk menyadari jenis apakah makhluk tersebut. Oh, Alicorn. Mungkin telah punah sekarang.

Surainya bersinar keemasan diterpa sinar matahari. Di pelana, duduk dua orang yang terlihat sangat berambisi, mengacung-acungkan tongkat gemerlapan ke arah depan. Ia merasa ada sesuatu yang ganjil saat dia melihat lukisan itu, hal yang hilang atau tepatnya memudar. Dalam dirinya.

Miko melihatnya, perang tampak di depan mata berputar bagaikan arus air, sang naga terus-menerus muncul dihadapannya. Perlahan semakin fokus dan nyata. Ia berani bersumpah, "gambarnya gerak!," teriaknya dari hati, Matanya terbelalak.

Perlahan, lentingan pedang terdengar sangat keras, suara derap kaki kuda dan teriakan berpadu satu. kuda-kuda bergerak turun dari atas bukit. Deru angin kencang perlahan terdengar nyaring, terlihat kilatan cahaya dibalik bukit. Gemuruh petir bersahut-sahutan di angkasa. Siulan angin mengeras seiring bergetarnya tanah. Cahaya mentari memancarkan siluet Merah Darah.

Burung-burung gagak terbang memenuhi cakrawala. Seakan senang akan adanya pembunuhan, berkoak nyaring membekukan suasana.

Ia hampir mengerti apa yang mereka katakan,

"Livas niveaî Ellisan!! Livas nivea Moŕan!! El Moŕan!"

Bangkitlah Rajawali Emas, Bangkitlah Sang Raja. Sang Raja.

Seseorang menatap lurus kedepan, tepat kearahnya. Wajahnya memelas memohon ampun, tatapan matanya serasa menusuk diri Miko. Rambut panjangnya yang dikepang, tergerai kusut diatas tanah. Bibirnya berkedut-kedut, coreng jelaga mengotori gaunnya yang anggun.

Ia tak berdaya, pikirnya. Amarah serasa memuncak melihat tak ada orang datang menolong. Ia ingin sekali menolongnya. Tanpa disadari, wanita tersebut tersenyum. Ia seperti dapat membaca pikiran Miko, matanya lembab menahan tangis. Api hitam perlahan menyelubunginya, membuatnya semakin kesakitan. Lolongan perih menggema di udara.

Api. Perih, membakar. Ia semakin takut dengan api. Dirinya serasa lemas melihatnya.

Api, Bahaya! Api Morgoth, api neraka! Apa hubungan dirinya dengan ini? Ia mengangkat kepala, matanya tersambar sebuah kilatan. Membuatnya tersentak kaget,

Miko langsung menutup lembaran itu, dengan secepat kilat ia berdiri, membalikkan tubuhnya. Tanpa sengaja badannya menabrak seseorang, tampaknya seorang pemuda. Buku-buku yang dipegangnya jatuh ke lantai.

"eh maaf,"

Dengan kikuk, Miko membungkuk, mengambil buku yang dapat dibilang sangat banyak. "ni buku mau dimakan apa dibaca ya?" sahutnya setengah berbisik. "nyantai lagi.." balasnya. Aduh, kedengeran deh..

Setelah memungut buku terakhir, Miko mengangkat kepalanya. Tampak olehnya pria remaja yang mengenakan jas putih bercelana jeans itu.

Tak sengaja, tatapannya berhadapan dengan mata pemuda itu. Ia melihat panorama siluet perperangan, bara api yang panas membakar. Lentingan pedang, sulur-sulur pohon tampak liar, mencekik orang yang melintas di hadapannya. Sekilas, ia dapat mencium bau amis darah. Ia berkedip.

Miko menarik langkah mundur, sejauh mungkin menghindar dari mata pemuda tersebut.

"Ma..maaf ya...aku nggak lihat" ujar Miko, sangat gugup.

Ucapannya dibalas dengan senyuman, dengan gelisah Miko memungut bukunya dan beranjak keluar. Ia merasa pemuda tersebut terus memperhatikannya.

Dengan perasaan setengah hati Miko segera beranjak pergi, seusai meminjam buku. Tepat sebelum menarik pintu, ia melihatnya lagi, pemuda tersebut masih saja tersenyum kepadanya. Orang aneh.

Pemuda itu mematung, matanya menyiratkan rasa terkejut.

"Mungkinkah ia?"

The Legend of WarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang