Beggining of A Long Journey

32 2 1
                                    

Splash splash byurrr...

Ugghh.. Dia benci rawa-rawa...

Katakan itu pada keluarga bangsawan. Semua yang bersangkutan dengan kemewahan, kenyamanan, dan kebersihan. Arhh, dan dia berakhir di kubangan lumpur, satu hal terakhir yang ingin dia lakukan.

Mungkin, tujuh sampai delapan abad lagi, akan ada penulisan sejarah. Seorang Putra Raja, menghadap mentari pagi, dalam misi menyelamatkan Takhta Amerlin, berakhir di kubangan lumpur.

Ohh, betapa malu dirinya bila hal itu benar adanya.

"Ayo, Nash!"

Dia menyeru kepada kuda Ebony milik Tuannya.

Nash, kuda hitam itu terlihat sangat kelelahan dan takut, Surai hitamnya bergerak maju mundur sesaat Maklum, untuk kuda bagi para Pengendara Malam, mereka tak terbiasa melihat langit biru atau pantulan sinar dalam danau. Ataupun awan-awan putih yang bergelung di angkasa.

Sang Ebony meringkik geram, sementara kaki tangguhnya berusaha mencari pijakan solid di atas lumpur rawa.

Tanduknya berkali-kali tersangkut pada dahan dan tanaman rambat, hingga berkali-kali pula Octa harus mengeluarkan belatinya. Sayap sehitam kelelawar mengepak memberi dorongan pada kuku-kuku kaki.

"Lain kali, aku minta kuda biasa saja."

"Ughh!!"

"Apa? Itu benar!"

Alicorn memang sangat berbakat dalam perang. Sayap mereka didesain untuk menyayat musuh dan menukik tajam. Tanduk bisa menembakkan sihir fisik maupun memanipulasi bentuk, sebagai tipu daya musuh. Namun, dalam masalah jelajah hutan? Apalagi rawa-rawa.

"Hey... Uhm, aku tak tahu bahasa kuda. Tapi, bisakah kau berubah seperti kuda biasa?"

Dalam dunia seperti ini, kau memang harus berhati-hati dalam mengendarai jenis-jenis kuda. Unicorn semisal, hanya digunakkan ketika ritual pelepasan mayat petinggi ke laut.
Mereka juga bisa menjadi pembawa pesan sakral bagi para petinggi di seberang lautan.

Pegasus, bila mereka mengitari sebuah bangunan atau menara sebanyak dua kali, maka akan ada penyakit dan perang melanda daerah tersebut.

Nah, Alicorn? Sekali mereka terlihat dalam sinar pagi...

Malapetaka akan datang.

Mitos meyakinkan, bila kuda bertanduk dan bersayap mengendara keluar dari hutan berselimut sinar pagi, maka penunggang mereka adalah pembawa Malapetaka dan Kutukan Dewa.

...dia tak mau hidupnya berakhir termutilasi karena masalah sepele ini. Tapi legenda tetaplah legenda, dan itu sudah menjadi peraturan.

Octavian mendengus, sementara Nash berusaha meratakan bulu di kakinya yang telah berkubang lama di lumpur. Percik-percik perak perlahan muncul dari tanduknya, sementara bilur biru merayap keluar dari tanah disekitar mereka. Pangeran muda kita sepertinya tak menyadari hal ini.

Blushh...

....

*pop!*

"Huh?" Octa mengangkat kepalanya, tangan memutar menyelip diantara bilah pedang. Ia berkedip, hutan dan pohon tetap berada ditempatnya, tak ada suara, tak ada bau musuh. Octa membolehkan tubuhnya untuk mengendur sedikit, melihat dari tentramnya keadaan sekitar. Tetapi, ia merasa ada kehadiran yang hilang di antaranya.

Kakinya tak lagi merasakan bulu-bulu panjang milik sayap kuda Ebony tersebut.

"Nash? Apa yang.....Oh dewa."

Tak ada lagi Alicorn mistis seperti dongeng.

Yang dipandangnya adalah kuda berwarna putih dengan surai coklat keperakan seperti aluran air. Tanduknya merata tenggelam dalam balutan perak, sementara sayapnya menghilang seperti melesak ke dalam iga. Namun, binar pudar berwarna biru tetap menempel pada kulitnya.

The Legend of WarsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang