Sutaji, biasa di sapa Aji oleh kawan kawannya adalah seorang remaja sederhana yang merantau jauh dari desa kecilnya, Desa Bakir, yang terletak di dekat lereng Gunung Kawi. Desa itu tenang dan penuh kehangatan alam, namun kehidupan di sana tak menjanjikan banyak kesempatan. Dengan harapan yang besar Aji memberanikan diri merantau ke kota. Tetapi, karena sulitnya mencari pekerjaan di Kota Bandung, Aji akhirnya berakhir menjadi seorang ojek online. Awalnya, ia berharap bisa mendapatkan pekerjaan di pabrik atau perkantoran, namun persaingan yang ketat dan pendidikan yang terbatas membuatnya kesulitan. Dengan berat hati, ia memilih profesi sebagai pengemudi ojek online, pekerjaan yang tak pernah ia bayangkan sebelumnya.
Namun, baginya ini adalah jalan untuk bertahan hidup di kota, dan meskipun tidak mudah, Aji tetap berusaha menerima takdirnya. "Yang penting halal," pikirnya setiap kali ia merasa lelah atau frustrasi. Bagaimanapun, ia tak bisa pulang dengan tangan hampa karena kedua orang tuanya, sangat bergantung pada uang yang ia kirimkan tiap bulan.
Siang itu, di bawah terik matahari yang membakar, Sutaji duduk di atas motornya. Helm hijau khas tersampir di stang motor, sementara ponselnya sesekali ia cek, berharap ada notifikasi masuk. Namun, hari ini sepertinya bukan hari yang baik untuknya.
Sudah hampir dua jam ia menunggu orderan, tetapi tak satupun muncul di layar ponsel. Pandangan matanya sesekali menyapu ke arah jalan raya yang ramai, namun anehnya, tak banyak orang yang memesan ojek online hari ini.
Sutaji menarik napas panjang. "Byuhh, iki piye orderane kok sepi ngene," gumamnya sambil mengusap keringat yang mengalir di pelipis. Mungkin cuaca terlalu panas atau mungkin ada alasan lain yang tak ia ketahui. Hari-hari seperti ini memang sering datang tanpa diduga, dan sebagai pengemudi ojek online, ia sudah terbiasa dengan fluktuasi pendapatan.
Di tengah lamunannya, tiba-tiba ponsel Aji bergetar kencang. Dengan cepat ia meraih ponsel, dan benar saja, sebuah orderan muncul di layar—pengantaran paket. Senyum kecil terlukis di wajahnya. Meskipun bukan penumpang, orderan paket ini tetap berarti rezeki untuk hari ini.
"Alhamdulillah, akhirnya!" gumamnya penuh syukur.
Ia segera memeriksa detail orderan, lokasi penjemputan tidak terlalu jauh, pekerjaan ini sepertinya akan cepat selesai. Sutaji menyalakan mesin motornya, helm hijau pun kembali bertengger di kepala, siap melaju menuju titik penjemputan. Meski siang itu terasa panas dan sepi, satu orderan ini cukup untuk menghidupkan semangatnya lagi.
Setelah menembus jalanan kota yang sibuk, Aji akhirnya tiba di titik penjemputan. Dia terkesan dengan kemewahan rumah tersebut. Rumah berlantai dua dengan desain modern dan halaman luas, lengkap dengan tanaman hias yang tertata rapi. Di depan rumah, seorang wanita muda sudah menunggu dengan sebuah paket di tangannya.
"Kak Nindy, ya?" tanya Aji memastikan sambil memeriksa aplikasinya.
"Betul, ini paketnya" jawab Nindy, wajahnya nampak masam, menyerahkan paket yang sudah terbungkus rapi
"Oh iya, Kak" balas Aji, sambil menaruh paket tersebut ke dalam tasnya. Aji sedikit heran dengan respon Nindy, namun ia tidak mengambil pusing dan segera melanjutkan pekerjaannya.
Perjalanan menuju tempat pengantaran terasa singkat bagi Aji. Walaupun jalanan sedikit macet, tetapi alamat tujuannya hanya berjarak sekitar 15 menit dari rumah Nindy. Dengan hati-hati, ia melintasi jalan-jalan kota, memastikan paket yang dibawanya aman dan tidak terguncang.
Sesampainya di lokasi pengantaran, Aji memarkir motor di depan pagar rumah tersebut, ia melihat bel dan segera menekannya. Tak lama berselang seorang pria muda keluar dari rumah tersebut dan menghampiri Aji..
"Mas Hasan, ya?" tanya Aji, mencoba memecah keheningan sambil memastikan penerima paketnya.
"Betul mas, saya Hasan" balas Hasan ramah namun wajahnya nampak kebingungan karena tidak merasa menunggu sebuah paket. "Paket dari mana ya, mas?" tambahnya memastikan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan Chronicles
Humor"Kosan Chronicles" adalah potret kehidupan para penghuni kosan di era modern. Novel ini mengikuti kisah sehari-hari sekelompok anak muda dengan latar belakang yang beragam, yang tinggal bersama di sebuah kosan minimalis di tengah kota. Namun, hidup...