Chapter 30 - Dont mess with me! (Part 2)

19 7 0
                                    


Jam 3 pagi, suasana di luar begitu sepi. Hanya suara angin yang sesekali menyentuh dedaunan dan lampu jalan yang berkelap-kelip dalam kegelapan. Namun Bob dan Julianto tidak kunjung datang. Dias menggigit bibirnya, ketidak sabaran mulai menghimpitnya.

"Telepon mereka!" gerutunya, matanya meneliti setiap arah.

Yuki mengambil ponselnya dengan tangan yang mantap, tapi dari ekspresi wajahnya, terlihat jelas bahwa ia mulai kesal karena Bob dan Julianto belum juga muncul. Ia menekan tombol panggilan, menyambungkan ke nomor Bob. Saat suara Bob terdengar di ujung telepon, Yuki tidak membuang waktu lagi.

"Kalian berdua dimana... Udah jam segini, ngapain aja?" Nada suara Yuki rendah, tapi penuh ancaman. Dia tidak teriak, tapi tekanan dalam suaranya sudah cukup untuk membuat siapa pun gemetar.

Di ujung telepon, Bob terdengar gugup. "Maaf, Yuk... tadi ada masalah dikit... kita—"

"Aing gak peduli ada masalah apa. Kita udah nunggu dari tadi, dan kalian berdua belum kasih laporan apa-apa. Sekarang kamu denger, Bob, kalo kamu gak mau kena masalah lebih gede, bawa pantatmu berdua kesini. Sekarang!" Yuki memotong ucapan Bob dengan tegas, menekan setiap kata agar pesan itu jelas.

Bob bisa merasakan keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya yang masih terluka. Dia tahu bahwa Yuki tidak main-main, dan lebih dari itu, dia takut menghadapi Dias jika mereka terus terlambat. "I-ya, iya... kita bakal segera ke sana, Yuk. Kita lagi di jalan... sebentar lagi sampai," jawabnya terbata-bata, mencoba menenangkan Yuki.

Yuki mengangguk sambil menghela napas, lalu menutup telepon tanpa sepatah kata lagi. Dia memasukkan ponselnya kembali ke saku, lalu melirik ke arah Dias. "Katanya mereka lagi di jalan. Sebentar lagi nyampe."

Dias mengangguk perlahan, tapi ekspresinya tidak berubah. Ada kilatan kecurigaan di matanya. "Kita lihat aja. Kalo mereka ngaco lagi, bakal aing urus sendiri," katanya dengan suara rendah tapi tegas, sebelum memalingkan pandangannya ke arah langit yang mulai beranjak cerah.

Bob dan Julianto akhirnya tiba, setelah memarkirkan motornya, mereka berjalan dengan langkah ragu menghampiri Dias dan Yuki. Mata Bob tampak sayu, pelipisnya masih memar dengan bekas luka yang belum sepenuhnya sembuh. Begitu mereka mendekat, Dias langsung memusatkan perhatiannya pada luka di pelipis Bob. Ada kilatan kejam di matanya, dan senyumnya menyeringai tanpa rasa simpati.

Tanpa berkata apa-apa, Dias melangkah maju, menatap tajam ke arah Bob. Dalam sekejap, kepalan tangan Dias melayang menghantam wajah Bob, membuat tubuhnya terjengkang ke belakang. Bob tersungkur, tapi Dias tidak berhenti. Dia menarik kerah Bob dan meninju lagi, lebih keras kali ini. Bob tidak melawan, dia tahu bahwa bertahan mungkin adalah satu-satunya cara untuk bertahan hidup dalam situasi ini.

Sementara itu, Yuki bergerak mendekati Julianto yang tampak panik, matanya mengitari tempat itu seakan mencari jalan keluar. Yuki mencengkram pundak Julianto, membuatnya terperangkap di tempat. "Apa yang terjadi?" tanyanya, suaranya datar tapi tajam. "Kenapa kalian lama, dan kenapa si Bob jadi kayak gitu?"

Julianto mencoba merangkai kata-kata di tengah ketakutannya. "K-kami... ada masalah kecil tadi. Kami bertanya kepada seseorang, tapi dia lagi mabuk jadi dia memukul si Bob... Sumpah, Yuk. Kita gak lawan mereka." paparnya sambil menjelaskan bahwa mereka tidak melanggar kode etik, napasnya tertahan saat melihat Dias yang masih menghajar Bob tanpa ampun, tiap pukulan yang mengenai Bob terdengar menggema di udara pagi yang dingin.

Yuki mengernyit, merasakan ada kebohongan pada cerita Julianto, mendekatkan wajahnya ke Julianto. "Seseorang? Siapa?" Dia semakin menekan pertanyaan, sementara Dias kini mencengkeram leher Bob, mengangkatnya sedikit dari tanah, membuat Bob terbatuk dan terengah-engah.

Yuki yang awalnya hanya menginterogasi dengan suara datar, kini berubah drastis. Wajahnya menegang, dan tanpa peringatan, tinjunya melayang menghantam wajah Julianto. Julianto terhuyung ke belakang, tapi Yuki tidak memberinya kesempatan untuk pulih. Pukulan bertubi-tubi mengenai perut dan dadanya, membuat Julianto tersungkur dan terbatuk, kesakitan. Bob hanya bisa melihat, sambil meringis di tempatnya, wajahnya sudah bengkak akibat dipukuli Dias.

Dias menatap Yuki yang sedang memaksa Julianto untuk bangkit, lalu mengangguk setuju. "Kasih tahu mereka, gimana rasanya gak beresin pekerjaan dengan benar," katanya dengan suara rendah. Yuki menyeringai dan kembali menghajar Julianto, membuatnya jatuh tersungkur ke tanah.

Kosan ChroniclesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang