Sore itu, udara Bandung terasa sejuk, dengan langit sedikit berawan namun tidak mengisyaratkan hujan. Jalanan terlihat ramai seperti biasa, dipenuhi suara kendaraan berlalu lalang. Meskipun musim hujan, sore ini cuaca cukup bersahabat.Kian melaju di atas motornya, menembus keramaian dengan fokus menuju kantor Andin. Setelah mendengar cerita Budi lewat telepon tadi, Kian merasa lebih cemas. Masalah beruntun menimpa kedua sahabatnya, untuk saat ini mereka cukup memastikan jika Aji baik baik saya, sedangkan masalah Budi kali ini sangat rumit. Kian harus bisa menjelaskan bahwa Aji akan baik-baik saja kepada Andin, setidaknya untuk saat ini.
Saat sampai di depan kantor, ia memarkirkan motornya dan melihat beberapa karyawan mulai keluar. Ia menunggu di sisi trotoar sambil memastikan posisinya mudah terlihat. Beberapa menit kemudian, Andin keluar dari lobby gedung, mengenakan kemeja putih rapi dan membawa tas kecil di tangannya.
Andin tersenyum tipis begitu melihat Kian, dan segera menghampirinya. "Baru sampe?"
"Ho'oh, baru banget, Ndun," sahut Kian sambil menyodorkan helm kepada Andin. "Sorry ya, aku ganggu acara makan malem kamu sama Haris."
Andin tertawa kecil, seolah tidak peduli dengan acara makan malamnya. "Santai aja, Yan. Gak apa-apa kok. Haris agak kecewa sih, tapi masalah Aji lebih mendesak kayaknya?" raut wajah Andin berubah ketika mulai membahas Aji, nampak cemas walaupun ia berusaha untuk terlihat tenang.
Kian sedikit tersenyum ketika mendengar itu. "Oke, naik yuk. Kita langsung pulang aja, kayaknya lebih enak ngobrol di rumah kamu."
Andin mengangguk pelan. "Iya langsung pulang aja, udah capek banget hari ini."
Perjalanan pulang terasa menenangkan meskipun tidak banyak obrolan di antara mereka. Sesekali Andin bercanda kecil kepada Kian, dan Kian menanggapinya dengan sewajarnya. Di balik segala kebingungan dan kekhawatiran tentang Aji, momen seperti ini memberi Andin sedikit ketenangan.
Setelah mereka tiba di rumah Andin, suasana terasa sepi. Tidak ada tanda-tanda Euis dan Jamil. Hanya suara angin sore yang berdesir pelan di antara pepohonan halaman dan sesekali terdengar deru motor lewat di jalan depan.
Setelah memarkirkan motornya Kian menyandarkan tubuh di kursi teras, mencoba merasa lebih rileks setelah perjalanan. "Kok sepi, Ndun?" tanya Kian sambil melirik ke arah pintu rumah.
Andin membuka pintu rumah yang terkunci. "Mamah sama Papah kayaknya lagi keluar."Andin lalu tersenyum kecil. "Duduk aja dulu, aku bikinin minum."
"Ngerepotin gak, nih?" Kian tertawa pelan, sambil sedikit menggoyang-goyangkan kursinya.
"Bukan repot, cuma takut kamu ngadu sama Mamah kalo gak dikasih minum." Andin bercanda dan melangkah masuk ke dalam rumah, meninggalkan Kian sendirian di teras.
Kian menatap langit sore yang mulai meredup. Cahaya matahari yang memudar memberikan suasana melankolis, ia mengambil sebatang rokok dan mulai menyalakannya.
Tak lama kemudian, Andin kembali membawa dua gelas minuman dingin dan menaruhnya di atas meja kecil di antara mereka. "Teh manis dingin, biar seger."
Kian meraih gelasnya dan tersenyum. "Wah, pas banget, buat temenin rokok."
Kian menghisap rokoknya dalam-dalam, lalu menghembuskan asapnya pelan, membiarkan angin sore membawanya pergi. Ia meneguk teh manis dingin dari gelas, lalu meletakkannya kembali ke atas meja kecil di teras. Suasana mulai sedikit hening hingga Andin akhirnya membuka pembicaraan.
"Jadi... soal Aji, gimana?" tanya Andin hati-hati.Kian terdiam sejenak, memainkan ujung rokoknya di asbak sambil menatap kosong ke arah jalan. "Dia pulang mendadak ke Malang... Gak ada kabar juga sampe sekarang."
Raut wajah Andin berubah serius. "Kenapa mendadak gitu? Kalian tahu alasannya?"Kian menggeleng pelan. "Gak tau euy. Yang bikin aneh, dia ninggalin HP-nya. Terus aku nemu celengannya pecah di kamar. Kayaknya buru-buru banget."
Andin terdiam sebentar, mencerna informasi itu. "Kalian udah coba hubungi dia lagi?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Kosan Chronicles
Humor"Kosan Chronicles" adalah potret kehidupan para penghuni kosan di era modern. Novel ini mengikuti kisah sehari-hari sekelompok anak muda dengan latar belakang yang beragam, yang tinggal bersama di sebuah kosan minimalis di tengah kota. Namun, hidup...