4. Walk The Line ♪

624 82 20
                                    

Jika membaca online, tolong komen minimal dua, biar aku semangat🐣
Jika kamu membaca offline vote saja, vote nya tetap masuk meski offline.

🎀Happy Reading Ners🎀

'☀️|Sun and Sunflower|🌻'

Lelaki bersurai cokelat itu kembali ke bangunan yang katanya 'Rumah' padahal baginya tak terasa seperti rumah

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lelaki bersurai cokelat itu kembali ke bangunan yang katanya 'Rumah' padahal baginya tak terasa seperti rumah. Kenapa demikian? Lihat saja saat ini, baru memasuki pintu utama rumah luas nan mewah itu, dirinya sudah disuguhi pemandangan menjijikan menurutnya.

"Lontai mana lagi nih, bayarannya gede pasti," gumamnya sengaja dengan tatapan julid minta ampun sambil melengos melewati ruang tamu.

Pria yang tengah merangkul seorang wanita yang disebut demikian oleh Putranya pun langsung naik pitam dibuatnya, "Seno!" sentak sang Ayah.

Seno yang selangkah lagi akan menaiki tangga sontak menoleh sejenak seraya memasang senyuman terpaksa, "Iya Tuan Kim Tae-Jin, ada apa memanggil nama saya?" ucap Seno dengan nada yang dapat memancing emosi manusia manapun. Terutama seorang yang ia sebut adalah pria berdarah korea yang merupakan Ayahnya itu.

Tae pun menarik nafasnya secara kasar, ntah bagaimana pun cara dirinya mendidik Seno tapi sama saja, Seno selalu begini jika pada dirinya memang benar-benar anak yang...

"Mau ngatain anak durhaka? Cih, berbakti juga liat-liat dong bokapnya kaya gimana," ucapnya judes kemudian lelaki itu pun melanjutkan langkahnya untuk ke kamar, meninggalkan pria usia 43 tahun itu di sana.

Bragh!

Pintu dibanting secara tak santai hingga sudah tertutup rapat, Seno melangkah ke depan meja rias dan becermin di sana.

"Jelek banget muka gara-gara luka," gumamnya menatap miris pada pantulan wajahnya sendiri di cermin.

Ia beralih ke atas kasur king size nya. Menatap langit-langit kamar yang menjulang tinggi, bagaimana pun rumah ini memang di desain sangat mewah. Seno tak pernah kekurangan apapun soal hal yang berhubungan dengan uang, tapi Seno tak pernah bisa berbahagia secara lebih semenjak hari itu hari di mana susah payah dirinya menemui adiknya tetapi malah menelan kecewa, ia juga tak pernah luput dari kemarahan Ayahnya atas sikap Seno yang memang seenaknya.

Seno hanya benci, bukan hanya. Tapi benar-benar benci, pria yang harus ia sebut Ayah selalu bermain wanita padahal usianya sudah mau menginjak angka 5. Nampaknya juga pria itu tak pernah menyadari bahwa hal itu salah, kata dia ini karena hanya ingin menemukan sosok istrinya pada orang lain.

Bukannya itu gila? Semirip apapun tak akan ada manusia yang sama persis, jika memang ingin yang sama persis, kenapa Ayahnya tak ikut mati saja bersama Ibunya dulu?

"Kalo aja Ayah ngga nikah lagi, ngga milikin Riki, pasti seenggaknya Seno ngga bakalan punya adik yang benci sama Seno. Seno ngga akan gagal jadi seorang Abang," keluh Seno sungguh lelah saja walau rasanya ia jadi egois kan? Hanya seperti memikirkan dirinya sendiri.

Sun and SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang