[Brothership, Friendship, and humor but this Angst story]
Kalian tau keterkaitan antara bunga matahari dan matahari?
Ya, benar. Bunga matahari itu, selalu mengikuti kemana arah mataharinya.
Sayangnya, untuk mereka yang diumpamakan sebagai bunga mat...
Heheeyyy Anaa liat liat part kemaren agak naek yg vote, gtuu dongg kn Anaa jdinya semangt menulis krna yg bacanya pada nge vote.
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
*Dipelototin sunghoon wkwk
Rada sedihh part ini tapi gemessnya adaa🤌🏻
Happy reading Ners🎀
'☀️|Sun and Sunflower|🌻'
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Di karenakan kemarin belum sempat, akhirnya tiga bersaudara di sore hari ini alias setelah puas dari Mall tengah di perjalanan menuju pemakaman umum di daerah mereka untuk ziarah ke makam Rena.
Riki tiba-tiba jadi pendiam sejak kepergian mereka dari mall, padahal tadi Seno dan Jay saja sempat memperdebatkan skincare Seno yang satu mobil-- alias memenuhi bagasi mobil hingga ke bagian jok tengah mobil membuat keduanya ribut tak karuan. Tapi, Riki hanya terdiam saja ntah kemana pikiran lelaki usia 16 tahun itu.
"Kenapa murung gitu?" tanya Seno dari kursi tengah, sedangkan Jay yang fokus menyetir pun menyempatkan diri melirik adiknya.
"Kayanya secara ngga langsung Bubun dulu sakit karena Riki deh," ucapnya langsung saja tapi arah pandangannya dilempar ke luar sana.
Jay langsung ambil alih jika soal ini, "Ngga, Ki. Buna lo sakit karena emang udah jalannya gitu, ngga perlu salahin diri lo sendiri. Buna udah ngga sakit lagi, dia kan udah istirahat dengan tenang," Jay sebisanya memberikan kata-kata yang menenangkan Riki.
"Bener. Kan sekarang kamu ada Abang, ada Bang Jay juga, ada Abang-abang Iki yang lain. Dan nanti kita juga coba temuin Ayah kan?" Seno ikut meyakinkan Riki dan terpaksa juga menuruti Riki untuk menemui Tae sebab Riki menginginkan hal itu, padahal Seno saja muak setiap melihat ayahnya.
"Tapi..."
"Udah, dah mau sampe nih," Jay memotong ucapan Riki yang pastinya masih saja akan menyalahkan dirinya sendiri.
Senyap mereka kemudian, menyempatkan diri membeli bunga-bungaan yang mereka beli dekat gerbang pemakamanan umum tersebut.
Kaki mereka melangkah dengan Jay yang memimpin di depan hingga sampai di satu gundukan tanah dengan batu nisan yang menuliskan tanggal meninggal seorang di sana belum lama ini.