19. The Feeling When ♪

856 114 111
                                    

Ingat untuk vote meski baca offline, jikalau mauu ya spam komen biar ramee, hihii~

Happy reading Ners🎀

'☀️|Sun and Sunflower|🌻'

Pukul 15:45 siswa siswi SMA Matahari kembali ke asrama, termasuk dua beradik ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pukul 15:45 siswa siswi SMA Matahari kembali ke asrama, termasuk dua beradik ini. Benar-benar hanya berdua, yang lain tidak tahu mereka kemana, kalau untuk Jaka dia izin pergi memancing walau tak tahu di mana.

"Abang ada kucing," Riki mengadu pada Abangnya kala mendapati seekor anak kucing sendirian di koridor asrama.

"Terus? Mau Riki pelihara nih?" Seno jelas sudah menebak tabiat adiknya yang sangat suka hewan dari saat masih kecil.

"Mau," Riki menunjukan sorot mata berbinar dam tersenyum begitu indahnya, Seno juga jadi refleks tersenyum.

Seno bahagia melihat Riki yang sekarang bisa tersenyum ceria dan tak lagi memandang dunia dengan tatapan bencinya, "Emang boleh pelihara kucing?" Seno memastikan karena ini kan asrama.

"Kita ada privilege Bang tenang aja," jawab sang adik santai seraya mengangkat-angkat bayi kucing itu.

Akhirnya si kucing dibawa masuk ke kamar,  "Kucing makan tempe gak Bang?" tanya Riki sambil menggendong kucing berwarna belang tersebut yang tertidur pulas di gendongannya.

Seno yang memang tengah memegang tempe untuk memasukannya ke dalam kulkas langsung mendelik menatap adiknya yang kadang emang dungu ntah bagaimana, "Ngadi-ngadi aja kamu nih, sini ada kornet mau ngga dianya," Seno kembai menutup kulkas dan membawa satu kaleng kornet.

Tangan Seno bergerak untuk membuka tutup kaleng, tapi karena licin tangannya jadi tergores tepian tutup kaleng.

"Abang!" Riki yang malah memekik, langsung menaruh kucingnya, menarik tangan Seno bahkan langsung menghisap jempol tangan sang Abang untuk mengeluarkan darah dari sana.

Seno terkekeh, Adiknya sangat lucu jika panik begitu, makin mengingatkan dirinya pada anak bebek.

"Abang ih ngga hati-hati," Riki berucap dengan raut wajah cemasnya, kemudian beranjak untuk mengambil kotak P3K.

"Ngga sakit loh, Dek," balas Seno memang nyatanya itu tak sakit, ia bahkan tak meringis sedikit pun, hidup tanpa rasa sakit itu tak bisa Seno jelaskan bagaimana rasanya, sebab Seno saja tak tahu bagaimana itu rasa sakit di fisik.

Apa itu menyesakan seperti sesak hati? Tak tahu, Seno sudah ribuan kali menebak, tetapi tetap saja ia tak tahu.

Riki yang kini mendekat pada Seno sambil mengeluarkan tisu untuk mengusap sisa darah di jari Seno pun menatap sengit pada Abangnya yang mentang-mentang tidak sakit lalu tak peduli ia terluka, begitu? "Tapi tetep aja Bang! Luka itu ngga baik buat tubuh, bekasnya juga bikin kulit jelek. Abang tuh kulitnya udah putih bersinar kaya lampu taman jadi jangan banyak borok nya," oceh Riki kini beralih menempelkan plester.

Sun and SunflowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang