bab 25 | Fathur sadar

1K 79 5
                                    

Rutinitas Salsa selama seminggu ke belakang sedikit bertambah, sebelum berangkat ke kampus Salsa harus mampir ke rumah Lian terlebih dahulu untuk membersihkan jahitan Lian, tadinya Salsa merasa enggan namun Lian terus membujuknya dengan berbagai alasan. Akhirnya Salsa memilih menyerah dan mengiyakan kemauan Lian. Padahal sebenarnya Salsa yakin Lian bisa melakukannya sendiri tapi memang laki-laki itu yang senang merepotkan orang lain. Belum lagi Salsa masih merasa bersalah kepada Lian karena bagaimanapun luka tersebut didapatkan Lian karena dia mau melindunginya.

"Selesai". Ucap Salsa

"Sini Salsa biar Tante yang beresin".

"Makasih Tante".

"Tante yang makasih, maafin ya kalo Lian sering merepotkan kamu".

"Itu emang hobinya Lian Tante haha". Ujar Salsa bercanda sedangkan Lian hanya cemberut mendengar dialog antara bundanya dan Salsa.

"Tante saya pamit ya, takut telat ke kampusnya".

"Oh iya nak, sekali lagi makasih ya".

"Iya Tante sama-sama, assalamualaikum".

"Waalaikumsalam".

Salsa berjalan ke depan diikuti oleh Lian.

"Makasih ya".

"Ga gratis tapi ya".

"Waduh perhitungan juga ya anda".

"Di dunia ini engga ada yang gratis brooww". Ucap Salsa dengan ekspresi tengilnya.

"Mau minta apa?".

"Serius lu nanya?". Balas Salsa bertanya.

"Iya, lu mau minta dunia sama seisinya juga gua kasih".

"Gaya lu". Salsa menoyor pelan kepala Lian.

"Serius gua tanya lu mau apa?".

"Ga, gua ga minta apa-apa".

"Gua cuma mau minta lu sehat". Lian tersenyum mendengar penuturan Salsa.

"Biar ga ngerepotin gua lagi". Seketika senyuman Lian menghilang. Salsa tertawa puas melihat hal itu.

"Hahaha udah ah gua mau ngampus".

Salsa menghidupkan mobilnya kemudian mengendarai mobilnya keluar dari pekarangan rumah Lian. Salsa membunyikan klakson sekali dan terkekeh melihat ekspresi Lian yang datar menatapnya.

Setelah kepergian Salsa, Lian kembali masuk ke dalam rumahnya. Saat dia hendak naik ke kamarnya Lian berpapasan dengan ayahnya di tangga.

"Lian". Langkah Lian terhenti, namun dia tak menoleh sedikitpun.

"Perempuan itu siapa?". Lian mengerti siapa yang dimaksud oleh ayahnya.

"Salsa".

"Pacar kamu?". Tanya ayah Lian

"Bukan urusan ayah".

Lian melanjutkan langkahnya menuju ke kamar dan meninggalkan ayahnya seorang diri. Sedangkan ayahnya hanya bisa menatap punggung anak sulungnya yang sudah beranjak dewasa dengan tatapan sendu. Anak laki-laki yang dulu selalu ia gendong kesana-kemari sekarang sudah bisa membawa seorang perempuan ke rumah, ini adalah pertama kalinya Lian membawa perempuan ke rumah oleh karena itu dia sedikit penasaran namun seperti dugaannya dia tidak akan mendapatkan respon yang baik dan dia hanya bisa menghela nafasnya kemudian melanjutkan langkahnya.

***

Salsa sedang berada di kelas dan mengikuti perkuliahan. Dia harus menghadiri dua kelas hari ini.

Belum Terlambat Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang