Reza menatap dirinya sendiri di cermin kamar mandi sekolah.
(Ilustrasi)
Tubuhnya terasa panas, terutama di bagian dadanya. Dengan gerakan cepat, ia mencoba menarik kemejanya ke bawah agar terlihat lebih longgar. Dia memeriksa sekeliling, memastikan tak ada orang lain yang bisa melihatnya. Setiap hari, ia semakin khawatir bahwa teman-temannya akan menyadari perubahan yang sedang terjadi di tubuhnya.
Ia menghela napas panjang dan keluar dari kamar mandi, berusaha untuk tetap tenang. Di luar, Rian sudah menunggunya.
"Zah, kenapa lama banget?" Rian bertanya sambil merapikan rambutnya yang sedikit acak-acakan. "Aku udah mau masuk kelas aja."
Reza tersenyum canggung. "Ah, biasa, perutku nggak enak."
"Perut kamu terus yang nggak enak. Kalau gitu kamu perlu ke dokter, kali!" Rian tertawa sambil menepuk bahu Reza. Reza meringis pelan saat bahunya disentuh, sensitif terhadap sentuhan yang biasanya tidak terasa apa-apa.
Senyuman di wajah Reza mulai memudar. "Iya, nanti aku coba deh." Hatinya berdebar kencang, dan ia merasa tidak nyaman. Percakapan dengan Rian terasa makin berat setiap kali mereka bersama.
Saat mereka masuk ke kelas, Meira sedang duduk di bangku belakang, tertawa bersama Azizah dan Vito. Rian langsung bergabung dengan mereka, tetapi Reza hanya berdiri sebentar sebelum memutuskan untuk duduk di tempatnya sendiri, agak jauh dari mereka. Pikirannya kalut, memikirkan perubahan yang terus terjadi. Dada yang mulai membesar, kulit yang terasa aneh, dan hal yang paling sulit diabaikan-fakta bahwa ia mengalami menstruasi seperti seorang perempuan.
Tatapan Reza menyapu ke arah Meira, yang tertawa tanpa beban. Sejenak, ia teringat perasaannya pada gadis itu, perasaan yang mulai terasa lebih kompleks seiring perubahan tubuhnya. Setiap kali melihat Rian dan Meira dekat, rasa cemburu muncul, tetapi bukan hanya karena Meira. Terkadang, Reza bingung apakah ia cemburu dengan kedekatan mereka atau karena perasaan terhadap dirinya sendiri yang semakin kabur.
"Kamu kenapa diem aja, Zah?" Azizah menyadari bahwa Reza tampak tidak terlibat dalam obrolan seperti biasanya. "Biasanya kamu yang paling heboh kalau ada gosip."
Reza hanya menggeleng pelan. "Lagi nggak enak badan aja."
Azizah mengangkat alis. "Kamu lagi nggak enak badan terus akhir-akhir ini. Jangan-jangan kena kutukan cinta bertepuk sebelah tangan sama Meira?" katanya bercanda, membuat Meira menggelengkan kepala sambil tertawa.
"Apa sih, Ziz, jangan ngeledek Reza!" Meira menyikut Azizah, tapi tawa ringan tetap keluar dari bibirnya.
Reza tersenyum tipis, tapi tidak bisa benar-benar menikmati lelucon itu. Di dalam hatinya, ada rasa sakit yang tak bisa dijelaskan.
---
Bab 1, Bagian 4: Persiapan Pelajaran Renang
Hari pelajaran renang semakin dekat, dan Reza mulai merasa panik. Di kelas, guru olahraga sudah mengumumkan bahwa pelajaran berikutnya akan diadakan di kolam renang sekolah, dan semua murid diharapkan membawa pakaian renang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Punya Hormon Cewek
Teen FictionPERINGATAN: Cerita ini mengandung tema dewasa seperti eksplorasi seksualitas dan perubahan gender. Hanya untuk pembaca berusia 21+ . Harap bijak dalam membaca dan menghormati batasan pribadi masing-masing. Cerita ini tidak dimaksudkan untuk konsums...