dia mulai merasa canggung, dan akhirnya memberanikan diri untuk bertanya pada Cindy.
Reza: "Cindy, gue penasaran... apa rasanya punya payudara?"
Cindy terkejut dan sedikit tertawa mendengar pertanyaan adiknya.
Cindy: "Hahaha, wah, Reza, kenapa nanya gitu tiba-tiba?"
Reza: "Gue cuma pengen tahu aja.
Cindy: "Oh, gitu. Hmm, awal-awal mungkin agak berat dan kadang bisa nyeri juga, tapi lama-lama kita terbiasa. Ada rasa nggak nyaman di awal, tapi setelah itu, biasa aja
Reza menatap Cindy dengan canggung, lalu bertanya lagi.
Reza: "Cindy, kalau sekarang udah membesar, rasanya gimana? Maksudnya, ada perubahan yang beda nggak dibandingin waktu awal?"
Cindy terlihat sedikit berpikir sebelum menjawab.
Cindy: "Hmm, kalau udah membesar, rasanya mungkin lebih berat dan kadang lebih sensitif. Kadang ada rasa tidak nyaman, terutama saat bergerak atau pakai bra yang nggak pas. Tapi kita terbiasa dengan itu seiring waktu."
Reza: "Oh, gitu ya. Jadi, semakin membesar, semakin terasa?"
Cindy tersenyum sambil menggelengkan kepala.
Cindy: "Iya, benar. Tapi lo nanya-nanya kayak gini kelihatannya lo lagi mesum aja. Haha."
Reza merasa malu dan hanya bisa tertawa canggung
Reza mencoba menjelaskan dengan cepat.
Reza: "Ngga ah, aku cuman tiba-tiba kepikiran aja. Nggak ada maksud lain."
Cindy hanya mengangguk dan melanjutkan menonton TV.
Beberapa saat kemudian, Reza mulai merasa tubuhnya sedikit panas dan merasa demam. Ia mencoba untuk menenangkan diri, tapi rasa panas di tubuhnya semakin terasa.
Reza: "Cindy, gue rasa gue mulai demam. Tubuh gue rasanya panas banget."
Cindy langsung menoleh dan memperhatikan Reza dengan cemas.
Cindy: "Serius? Lo harus periksa ke dokter deh, Reza. Ini nggak bisa dibiarkan. Ayo, gue bisa bantu lo."
Reza merasa cemas dan mencoba menolak saran Cindy.
Reza: "Ngga usah, Cindy. Gue takut kalau dokter tahu, nanti malah bikin masalah. Gue mending tidur aja di kamar."
Cindy terlihat khawatir tapi akhirnya mengangguk.
Cindy: "Oke, kalau gitu. Tapi lo harus makan sesuatu. Gue bakal buatin sup, biar lo bisa merasa lebih baik."
Reza hanya mengangguk dan pergi ke kamarnya, berbaring di tempat tidur sambil merasa tubuhnya semakin panas. Cindy segera menuju dapur untuk menyiapkan sup, berharap itu bisa membantu adiknya merasa lebih nyaman.
Di kamar...
Reza membuka bajunya dan berdiri di depan cermin, mencoba memeriksa tubuhnya. Dengan perasaan campur aduk, dia melihat bahwa puting dadanya tampak sedikit melebar. Meskipun perubahannya tidak signifikan, Reza merasa cemas melihatnya.
Reza: "Apa ini? Kenapa bisa begini..."
Reza: "Aduh, ini terasa jauh lebih sensitif dari sebelumnya..."
Dia menghela napas berat dan berbicara pada dirinya sendiri.
Reza: "Apa ini normal? Kenapa rasanya jadi begini?"
Reza mencoba menenangkan diri dengan duduk di tepi tempat tidur, lalu menghela napas lagi.
Reza: "Gue harus gimana nih? Gue nggak bisa ketemu dokter, tapi ini terasa nggak nyaman banget."
Dia terus meraba dan memeriksa dengan hati-hati, masih merasa cemas dan bingung dengan perubahan yang terjadi.
...
Saat Reza meraba area yang sensitif itu, tiba-tiba pintu kamar terbuka dan Cindy masuk dengan membawa mangkuk sup.
Cindy: "Reza, gue bawa sup. Lo udah ngerasa..."
Cindy terkejut melihat Reza yang buru-buru menarik selimut menutupi tubuhnya.
Cindy: "Eh, lo kenapa? Kenapa lo buru-buru nutupin diri?"
Reza, dengan wajah memerah, berusaha tenang dan tersenyum canggung.
Reza: "Ah, nggak apa-apa, Cindy. Gue cuma... merasa kedinginan aja. Makasih supnya."
Cindy menatap Reza dengan bingung, tapi akhirnya meletakkan mangkuk sup di meja samping tempat tidur.
Saat Cindy melihat Reza yang masih menggigil di bawah selimut, dia tidak bisa menahan rasa penasarannya.
Cindy: "Eh, Reza, kalau lo merasa dingin, kenapa malah buka baju? Kan jadi makin dingin."
Reza, panik, berusaha mencari alasan.
Reza: "Ah, itu... gue cuma kepanasan dikit. Jadi nyoba-nyoba buka baju aja."
Cindy menatap Reza dengan skeptis, tetapi dia tidak ingin memaksa.
Cindy: "Pakailah baju lo lagi, biar hangat. Lo bisa tidur lebih nyenyak."
Reza, masih merasa canggung, berkata.
Reza: "Cindy, keluar dulu ya. Gue mau pakai baju dulu."
Cindy mengangguk dan keluar dari kamar.
Reza segera mengenakan bajunya, lalu berbaring di tempat tidur dengan selimut menutupi tubuhnya. Setelah merasa lebih nyaman, dia memejamkan mata dan mencoba tidur.
Sementara itu, Cindy kembali ke ruang tamu dan melanjutkan menonton TV, berharap Reza segera merasa lebih baik.
........
Reza bangun sekitar jam 7 malam, merasa lemah dan masih sedikit menggigil. Dia cepat-cepat memakai hoodie untuk melawan rasa dingin sebelum turun ke bawah.
Di meja makan, ibu dan ayah Reza sudah menunggu. Ibu, yang sedang menghidangkan makanan, menatap Reza dengan khawatir saat dia masuk ke ruang makan.
Ibu: "Nak, akhirnya kamu bangun. Kenapa kamu tidak ke sekolah? Kami khawatir."
Ayah, yang duduk di meja makan, juga menambahkan dengan nada prihatin.
Ayah: "Iya, anak. Kamu kelihatan lemas. Ada apa? Jangan-jangan kamu sakit?"
Reza duduk di meja, mencoba tersenyum meskipun terasa sulit.
Reza: "Iya, Ma, Pa. Gue sakit kepala dan demam tadi. Jadi gue mutusin untuk istirahat di kamar."
Ibu: "Kamu harus makan dulu dan istirahat. Jangan terlalu memaksakan diri. Kalau kamu masih merasa tidak enak badan, kita bisa bawa ke dokter."
Reza mengangguk lemah, merasa bersyukur atas perhatian dan kepedulian orangtuanya.
Reza: "Makasih, Ma, Pa. Gue bakal makan dan istirahat."
Ayah: "Bagus. Makan yang banyak supaya cepat sembuh, ya."
Reza mulai makan dengan perlahan, merasa hangat dan nyaman dengan perhatian serta kasih sayang dari keluarganya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Cowok Punya Hormon Cewek
Teen FictionPERINGATAN: Cerita ini mengandung tema dewasa seperti eksplorasi seksualitas dan perubahan gender. Hanya untuk pembaca berusia 21+ . Harap bijak dalam membaca dan menghormati batasan pribadi masing-masing. Cerita ini tidak dimaksudkan untuk konsums...