Chapter 27 : Persiapan

967 32 12
                                    

Aku duduk di ruang tamu sambil ngecek ponsel, mencoba santai meskipun jelas banget Kak Cindy mondar-mandir di belakang sofa. Dari raut wajahnya yang tegang, aku tahu dia mau ngomong sesuatu. Mungkin soal acara temennya di luar kota itu, yang sempat aku dengar sekilas waktu dia cerita sama Mama kemarin.

Akhirnya, Kak Cindy duduk di sampingku dengan senyum lebar yang agak dipaksakan. "Reza, kamu lagi sibuk nggak Sabtu besok?" tanyanya pelan, tatapannya penuh harap.

Aku menatapnya sebentar, sedikit curiga. "Nggak juga sih, kenapa? Emangnya ada apa?"

"Jadi, Kakak dapet undangan pernikahan temen lama di luar kota. Tapi Kakak nggak ada temen buat diajak. Semua orang pada sibuk, dan Kakak nggak enak kalau harus pergi sendirian," katanya sambil melirikku dengan tatapan minta tolong.

Aku sedikit menahan tawa, nggak menyangka dia beneran sampai segelisah ini cuma gara-gara dateng ke nikahan. "Kak, santai aja, pergi sendiri juga nggak apa-apa kali. Nggak bakal kenapa-kenapa juga, kan?"

Kak Cindy langsung cemberut, ekspresinya kecewa. "Rezaaa, masa kamu tega sih ninggalin Kakak pergi sendirian? Kamu nggak ngerti gimana canggungnya jadi satu-satunya yang nggak bawa pasangan atau temen. Nggak nyaman, tau."

Aku menatapnya, sedikit merasa nggak enak tapi tetap mencoba tahan-tahan buat nggak langsung mengiyakan. "Kalau Kakak mau, ya bisa lah aku temenin. Tapi ngapain juga repot-repot?"

Mata Kak Cindy langsung berbinar. "Serius, kamu mau nemenin? Wah, ini bakal nyelamatin Kakak banget! Lagian, kamu juga butuh jalan-jalan, kan?"

Aku angguk dengan santai. "Iya, aku ikut deh. Tapi nggak perlu dandan ribet-ribet atau gimana, ya."

Kak Cindy senyum, tapi ada sesuatu di balik tatapannya yang bikin aku sedikit was-was. "Oke, berarti besok kita perlu nyiapin beberapa hal... termasuk kebaya buat kamu, ya?"

Aku langsung berhenti napas sesaat, menatapnya nggak percaya. "Hah? Kebaya? Kak, aku nggak denger salah, kan?"

Kak Cindy menatapku dengan ekspresi serius, seolah apa yang baru dia bilang itu biasa aja. "Iya, kebaya. Kamu nyamar jadi cewek. Semua tamu di sana pasti dateng bawa temen cewek atau pasangan, dan kalau kamu pakai baju biasa, ya... semua orang bakal ngerasa aneh."

Aku mendengus, mencoba tertawa meskipun sebenarnya udah mulai cemas. "Kak, nggak perlu segitunya kali. Ngapain juga aku harus nyamar?"

"Reza, ini acara formal, semua tamu pasti dateng sama temen cewek. Kalau Kakak bawa kamu dengan penampilan biasa, nanti malah jadi pusat perhatian. Aneh kan?"

Aku masih nggak percaya dengan yang baru aja dia bilang. "Jadi Kakak serius nih, mau aku pake kebaya? Terus... nyamar jadi cewek?!"

Kak Cindy mengangguk dengan tegas, kayak semua ini benar-benar wajar. "Iya, Reza. Bukan soal Kakak nggak mau bawa kamu apa adanya, tapi ini demi acara yang lancar. Nggak akan ada yang nyangka kamu itu cowok, dan kalau kita jalani dengan santai, ini nggak bakal sesulit yang kamu bayangin."

Aku mendesah, masih berusaha menolak idenya dalam hati, tapi rasa bersalah mulai muncul. Kak Cindy kelihatan sangat berharap, dan aku nggak tahu kenapa dia terlihat sangat membutuhkan ini. Padahal dia jarang banget minta tolong kayak gini.

"Kalau aku ikut, Kakak janji nggak bakal bikin aku kayak cewek lebay atau gimana, kan?" tanyaku akhirnya, suaraku lemah tapi udah hampir nyerah.

Kak Cindy tersenyum lebar, kayak beban besar baru saja lepas dari pundaknya. "Kakak janji! Kamu cuma perlu temenin Kakak, cukup tampil sederhana aja. Dan, Reza... makasih, ya. Kamu nggak tau betapa berarti ini buat Kakak."

Aku menarik napas dalam-dalam, berusaha menerima kenyataan yang rasanya terlalu aneh. "Iya... iya, tapi serius, Kak. Jangan kebablasan, ya."

Dia tertawa, suaranya penuh rasa lega. "Santai aja, Reza! Ini cuma satu malam, kok. Kamu bakal kelihatan cantik, aku janji!"

Cowok Punya Hormon CewekTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang