Chapter 7

8.5K 380 2
                                    

Di perjalanan menuju mansion setelah mengantarkan Arga sekolah.

"Daddy,"panggil Carel.

"Kenapa Carel sayang?"tanya Hafdal.

"Arel pengen jalan-jalan dulu Dad, dan Arel juga pengen Ice creem."

"Baik lah, kita pergi ke taman bermain dulu."

"Yey makasih Daddy."

Hafdal hanya membalas nya dengan deheman saja, lalu kembali pokus menyetir.

"Andai lu dari dulu kaya gitu sama mereka, pasti mereka seneng banget,"batin Elvano merasa senang.

Sesampai nya di taman bermain.

Carel dan Cashel yang akan langsung menarik tangan Elvano kalau sudah turun dari mobil, kali ini mereka berdua malah menarik Hafdal , dan mengajak Hafdal bermain bersama nya.

Hafdal yang selalu bersifat dingin pada mereka, sekarang sifat dingin itu hilang, dan berubah menjadi baik bahkan tertawa lepas.

Elvano yang melihat kesenengan mereka di pinggir taman itu, hanya bisa menatap nya dengan iri karna tak bisa ikut bergabung dengan mereka, di karenakan diri nya sedang mengandung.

"Kenapa tiba-tiba gue pengen naik perosotan itu?, padahal kan gue udah besar," gumam Elvano sambil mengelus perut buncit nya.

"Sayang kamu pengen naik ya?, ya udah bunda turutin, tapi setelah ini jangan nendang perut Bunda lagi ya,"ucap Elvano dengan lembut sambil berdiri dari duduk nya.

Seperti nya bayi yang ada di dalam perut Elvano itu mengerti dengan ucapan sang Bunda, yang tadi nya terus bergerak kini kembali terdiam.

"Kak,"panggil Elvano yang kini sudah berada di samping Hafdal yang sedang memegang tangan Carel.

"Tumben panggil kakak?, tiap hari juga panggil nama saya,"ucap Hafdal sedikit mengejek Elvano.

"Jadi lu gak mau gue panggil Kak?, oke gue bakal panggil lu monyet."

"Gak boleh gitu bahasa nya, nanti di denger anak-anak gimana?"

"Lagian lu ngeselin.

"Ya udah kamu mau apa?"

Elvano tak menjawab nya, diri nya malah menarik-narik ujung jas yang di kenakan oleh Hafdal.

"Mau apa Baby?, mau pulang?"

"Bukan."

"Mau makan?"

"Bukan."

"Terus mau apa?, perut nya sakit?, mau di periksa?"

"Bukan ihk."

"Terus apa dong?"

"Pengen naik perosotan itu,"ucap Elvano dengan nada seperti anak kecil sambil menunjuk salah satu perosotan yang ada di taman bermain.

"Tapi kamu lagi hamil sayang, kalau nanti kamu sama bayi nya terluka gimana?"

"Hiks mau naik perosotan,"ucap nya sambil menangis.

Hafdal yang melihat Elvano menangis pun merasa heran, karna tak biasa nya Elvano bersifat seperti ini pada nya.

Dulu kalau ngidam pun Elvano langsung meminta nya, walau pun diri nya selalu menolak nya, tapi Elvano tak pernah menangis dan langsung melakukan apa yang diri nya inginkan, tapi kenapa sekarang sampai menangis.

"Ya udah kamu boleh naik perosotan, tapi jangan nangis,"ucap Hafdal sambil mengelus rambut Elvano.

Elvano yang mendapatkan ijin dari Hafdal pun, kini senyum nya kembali terlihat, bahkan Elvano menghapus air mata nya menggunakan jas yang di kenakan oleh Hafdal.

Hafdal hanya menggelengkan kepala nya, melihat tingkah Elvano yang menutut nya sangat aneh.

"Daddy pengen ice creem,"ucap Carel dan juga Cashel.

"Kalian tunggu di sini ya sama Bunda, Daddy beliin dulu Ice creem nya.

Setelah mendapatkan anggukan dari kedua putra kembar nya, Hafdal langsung pergi untuk membelikan Ice creem yang anak nya ingin kan.

Tak berselang lama, Hafdal pun kembali dengan tiga Ice creem di tangan nya, lalu memberikan Ice creem itu.

Setelah menyuruh anak nya untuk duduk di sebuah ayunan, Hafdal langsung menghampir iElvano yaang asik dengan perosotan nya.

"Sayang udah ya main nya, nih ice creem buat kamu,"ucap Hafdal.

Elvano yang posisi nya membelakangi Hafdal, kini berbalik menghadap ke arah Hafda, lalu mengambil Ice creem itu dan memakan nya.

"Pengen pulang,"rengek Elvano seperti anak kecil, bahkan Elvano merentangkan kedua tangan nya seperti minta di gendong.

"Tapi mereka masih pengen bermain sayang,"ucap Hafdal dengan lembut pada Elvano.

"Hiks poko nya mau pulang,"rengek nya lagi.

Hafdal yang tak punya pilihan lain pun, akhirnya menggendong Elvano, dan meminta kedua anak nya untuk pulang.

Di dalam gendongan nya, Elvano membenamkan muka nya di dada Hafdal dengan tangan yang mengalung di leher Hafdal.

"Kapan lagi coba di manjain kaya gini, ada bagus nya juga si gue ngandung anak perempuan, jadi gue bisa ngerasain gimana rasa nya di manjain sama seorang suami,"batin Elvano merasa senang.

Melahirkan anak untuk Mafia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang