Chapter 15

545 30 0
                                    

Malam hari pun tiba.

Kini terlihat Hafdal dan ketiga anak nya yang sedang makan malam.

"Daddy, kenapa Daddy tidak makan?"tanya Carel yang melihat Hafdal tidak memakan makanan nya.

"Daddy makan di dalam kamar saja, kalian makan nya habis kan, dan setelah nya pergi tidur,"ucap Hafdal sambil berdiri dari duduk nya, dan membawa sepiring nasi dan juga segelas air putih.

"Kenapa gak makan di sini aja Dad?"tanya Arga.

"Jangan banyak tanya kalian, ini rumah Daddy, mau Daddy makan di mana saja itu terserah Daddy,"ucap Hafdal dan langsung pergi dari hadapan ketiga anak nya.

"Hiks Abang Arel mau Bunda,"ucap Carel  sambil menangis.

"Sabar ya Dek, nanti Bunda pasti bangun ko, kalau Bunda udah bangun, kita aduin ke Bunda kalau Daddy jahat,"ucap Arga menenangkan Carel.

"Tapi kapan Bang, Hiks Arel mau Bunda."

"Nanti Dek, sekarang kita selesaikan makan nya, terus kita tidur."

Carel hanya menganggukan kepala nya, dan kembali memakan makanan nya.

Kembali ke Hafdal.

Kini Hafdal sudah berada di dalam kamar milik nya, dengan posisi duduk di samping ranjang, dan Elvano yang duduk di atas ranjang dengan posisi menghadap Hafdal.

"Buka mulut mu,"pinta Hafdal dengan nada dingin.

Elvano hanya menurutinya saja, tanpa berani menolak perkataan Hafdal.

"Kak,"panggil Elvano hati-hati.

"Hmm,"jawab Hafdal.

"El kangen sama anak-anak, El pengen ketemu sama mereka."

"Gak."

"Kenapa kak?"

"Diam dan makan lah, jangan lu bikin gue emosi El,"bentak Hafdal.

Setelah mendapat bentakan dari Hafdal, El benar-benar diam, dan tak mengatakan sepatah kata pun lagi. Sampai makanan yang di bawakan oleh Hafdal pun habis.

"Kembali istirahat, jangan berani lu turun dari ranjang,"pinta Hafdal.

"Tapi El bosen;"ucap Elvano.

"Nurut atau gue siks*?"

"Tapi gue bukan hewan yang lu harus kurung kaya gini, gue juga manusia, gue pengen kaya yang lain bisa hidup bebas, kalau gue punya salah sama lu, harus nya lu bilang sama gue, jangan jadiin gue bud*k lu,"ucap Elvano sambil berteriak karna kesal pada Hafdal.

Plaaakkkk!.....

Satu tamparan berhasil mengenai pipi Elvano, yang membuat nya harus tertoleh ke samping.

"Berani lu teriak di depan gue?"tanya Hafdal tak kalan marah.

"Lu jahat, lu egois, gue benci sama lu."

"Diam, atau gue tampsr lagi?"

"Tampar aja terus, kenapa gak sekalian lu bunuh aja, gue capek harus kaya gini terus,."

"Jadi lu udah capek hidup?"tanya Hafdal sambil mencekik leher Elvano dengan sangat kuat.

Elvano yang kesakitan dan nafas nya mulai habis pun, hanya bisa menangis dan memegang tangan kekar Hafdal yang berada di leher nya.

Hafdal yang melihat Elvano akan kehabisan nafas pun, langsung melepaskan cekikan nya, dan mentap wajah merah Elvano yang sedang meraup oksigen.

"Sekali lagi gue denger lu bilang capek, gue beneran bakal bunvh lu."

Elvano yang masih mengatur nafas dan kesakitan pun, hanya bisa diam saja, tanpa berniat membalas ucapan Hafdal.

"Jika kamu nurut,maka saya akan berbuat baik pada mu,"ucap Hafdal sambil mengacak-ngacak rambut Elvano.

"Hiks anak-anak Bunda kangen, Bunda pengen ketemu sama kalian,"ucap Elvano sambil menatap pintu yang sudah tertutup oleh Hafdal.

*

*

*

*

*

Jam menunjukan pukvl 00:00

Terlihat dua pria yang sedang tertidur, dengan posisi salah satu dari pria itu membelakangi pria yang satu lagi.

"Jangan tinggalin Afdal,"ucap pria yang sedang tertidur itu dan masih menutup mata nya, dengan tubuh bergetar dan keringat yang bercucuran membasahi tubuh nya.

"Kak,"panggil Elvano yang tidur nya terganggu.

"Gak jangan tinggalin Afdal, Afdal minta maaf,"ucap nya dan masih menutup mata nya bahkan suara nya bergetar.

"Kakak kenapa?, kakak bangun,"pinta Elvano sambil duduk dari tidur nya dan menggoyangkan bahu Hafdal.

"Enggak hiks Afdal minta maaf hiks jangan tinggalin Afdal, Afdal sayang El,"ucap nya lagi.

Elvano yang bingung pun, mencoba mengangkat kepala Hafdal dan menaro nya di atas paha nya dan juga memelvk kepala nya dan tak lupa mengelus-ngelus rambut Hafdal.

"Kakak bangun, kakak kenapa?"tanya Elvano panik karna Hafdal tak kunjung membuka mata nya dan terus berucap meminta maaf.

Sekitar setengah jam Elvano menenangkan Hafdal, akhirnya Hafdal pun tenang, posisi mereka masih sama, Elvano yang duduk Hafdal yang terbaring dengan kepala yang masih berada di atas pah* Elvano.

"Kakak gak papah kan?"tanya Elvano sambil mengelus-ngelus rambut Hafdal.

Hafdal hanya menggelengkan kepala nya, dan masih membenamkan muka nya di perut Elvano.

"Kakak gak mau cerita sama El?"

Tidak ada jawaban dari Hafdal yang membuat Elvano hanya bisa menarik nafas nya pelan.

"Kenapa kak Hafdal bermimpi seperti itu, siapa El yang di maksud kak Hafdal,"batin Elvano yang penasaran dengan mimpi yang di alami oleh Hafdal.

Jangan lupa tinggalkan vote

Melahirkan anak untuk Mafia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang