Chapter 12

690 27 0
                                    

Di sebuah ruangan dengan nuasan yang berwarna putih, terlihat seorang pria manis yang sedang terbaring di sebuah ranjang rumah sakit, dengan infus di punggung tangan nya, dan juga selang oksigen di hidung nya.

"Sampai kapan kamu akan seperti ini terus?"tanya seorang pemuda pada pria manis yang sedang terbaring.

"Sampai dia merasakan rasa sakit yang dulu dia berikan pada ku,"jawab nya sambil menatap lurus kedepan.

"Aku tau kau sangat membenci nya, tapi ingat lah anak-anak mu, mereka masih kecil dan masih butuh kasih sayang mu."

"Aku capek, apa kamu tidak mengerti dengan perasaan ku?, walau pun aku seorang laki-laki aku juga memiliki hati."

"Terserah kamu saja, tapi jangan terlalu lama membenci nya, kamu harus ingat dengan anak-anak mu."

"Ya aku tau, untuk saat ini biar saja dia yang menjaga nya, aku ingin melihat dia merasakan apa yang dulu aku rasakan."

"Sebentar lagi mereka akan menjenguk mu, Hafdal sudah memberitahu ku tadi, apa kamu masih mau berpura-pura juga?"

"Entah lah, aku masih tidak percaya pada nya."

"Aku yakin jika Hafdal sangat mencintai mu, satu lagi, jangan pernah menyerah dengan penyakit yang ada di tubuh mu, aku akan berusaha membantu mencari Dokter yang terbaik untuk mu."

"Terima kasih, dan  ingat  jangan beritau Hafdal tentang penyakit ku."

"Baik lah, kalau begitu aku permisi dulu."

Pria manis itu hanya berdehem saja, lalu sang Dokter pun keluar dari ruangan itu.

"Apa aku keterlaluan melakukan hal ini, sebenar nya aku juga sangat merindukan anak-anak ku, tapi untuk Ayah nya, aku masih membenci nya, walau pun Hafdal melakukan hal seperti itu pada ku hanya karna dendam nya pada orang tua ku, tapi aku tetap membenci nya,"gumam nya.

Dia adalah Elvano, sebenar nya Elvano sudah sadar dua hari yang lalu, tapi dia menyuruh Alex untuk merahasia kan nya, dengan alasan membenci Hafdal.

Tak berselang dari Alex pergi. masuk lah lima orang kedalam ruangan Elvano, yang tak lain adalah ke empat anak nya dan juga sang suami.

Ketiga anak Elvano langsung berlari menghampiri ranjang Elvano, dan juga langsung memeluk  nya dengan sangat erat.

"Bunda hiks Arga kangen Bun,"ucap Arga di sertai dengan air mata nya.

"Ia Bunda, kita juga kangen, Bunda kapan bangun nya?"tanya si kembar.

"Pasti Bunda udah gak sayang lagi sama kita, maafin kita yang suka bandel Bunda, Asel janji, Asel gak bakalan nakal lagi, Bunda bangun,"ucap Cahsel.

"Bunda tau gak, Arel udah sekolah loh Bun, Arel punya banyak temen di sekolah dan mereka juga pada baik-baik sama Arel."

"Bunda ayok bangun, Bunda udah janji bakal anterin Asel sama Arel sekolah, tapi kenapa sekarang Bunda malah tiduran kaya gini?"

Elvano yang memang sudah sadar dua hari yang lalu, hanya bisa menahan tangis nya, saat ketiga putra nya terus berbicara  meminta diri nya untuk cepat bangun.

Ingin rasa nya Elvano membuka kedua mata nya dan melihat wajah imut dan tampan yang di miliki sang putra yang kini sedang menangis.

"Maafin Bunda sayang, tapi Bunda beneran gak bisa kaya dulu lagi, Bunda pengen bebas sayang, Bunda bukan seekor hewan yang harus di kurung setiap hari, Bunda hanya seorang bocah yang masih tak mengerti cara menjaga kalian, Bunda ingin seperti temen-temen Bunda yang lain, Bunda minta maaf,"batin Elvano menangis.

"Abang Bunda nangis, jadi Bunda bisa denger semua yang kita bilang,"ucap Carel yang tak mengaja melihat mata tertutup Elvano yang mengeluarkan air mata.

Melahirkan anak untuk Mafia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang