Chapter 20

686 32 2
                                    

Singkat cerita kini Elvano sudah sembuh bahkan sudah di ijin pulang.

Elvano pulang di jemput oleh supir pribadi nya, padahal Elvano sudah berharap jika yang menjemputnya adalah Hafdal, tapi harapan itu ia kubur dalam-dalam karna tak mungkin jika Hafdal yang menjemput nya.

Sesampai nya di halaman mansion.

Elvano turun dari mobil itu dan berjalan masuk kedalam mansion Hafdal yang di mana, di dalam nya ada ke empat anak nya.

"Sayang Bunda pulang,"ucap Elvano saat memasuki ruang tamu.

Ke empat anak Elvano yang memang lagi bermain di sana, saat mendengar ucapan Elvano pun langsung berlari ke arah nya.

"Bunda Arel kangen,"ucap Carel yang pertama sampai di depan Elvano.

"Bunda juga kangen sama kalian,"ucap Elvano sambil tersenyum.

"Kenapa Bunda gak bilang sama Abang kalau Bunda mau pulang?"tanya Arga.

"Bunda sengaja gak ngasih tau kalian, biar kalian senang."

"Tapi Bunda harus bilang sama kita, Bunda kan baru sembuh,"ucap Cashel.

"Ia deh Bunda salah, Nadira mana?"

"Eh ia, ko Adek nya di tinggalin,"ucap Arga sambil tertawa.

Mereka ber empat melihat ke arah bayi perempuan yang berjalan ke arah mereka dengan mengggunakan tangan dan juga kaki nya sebagai penahan.

Elvano yang melihat nya langsung tersenyum dan jongkok di depan anak perempuan nya dan langsung menggendong nya.

"Anak Bunda udah besar aja, maafin Bunda ya sayang karna Bunda gak jagain dan rawat kamu,"ucap Elvano sambil mengecup pipi sang anak.

Nadira yang memang masih kecil hanya tertawa saja, sambil tangan nya mengusap-ngusap wajah manis Elvano.

"Bunda ayok duduk, Bunda kan harus istirahat,"ajak ketiga anak nya.

Elvano hanya menganggukan kepala nya, dan mengikuti ketiga anak nya untuk duduk di sofa.

"Daddy ada pulang gak?"tanya Elvano.

"Ada ko Bun, tapi cuma sebentar,"jawab Carel.

"Kenapa?"

"Gak tau, ngapain si Bunda nanyain Daddy,"ucap Arga dengan nada ketus.

"Emang salah ya kalau Bunda nanyain Daddy?"

"Engga, tapi Daddy itu udah jah*t sama Bunda, Arga gak suka kalau Bunda baik sama Daddy."

"Oke deh, Bunda gak bakalan tanyain Daddy lagi, kalian udah makan belum?"

"Udah Bun, Bunda udah makan?"

"Udah, mending kalian pergi ke kamar gih buat tidur siang, Bunda mau istirahat dulu."

"Tapi Arel mau main sama Bunda."

"Nanti aja ya sayang main nya, Bunda mau istirahat dulu."

"Adek gak boleh kaya gitu, Bunda baru sembuh, kita harus nurut sama Bunda,"ucap Cashel.

"Ia Abang."

Akhirnya ke empat anak nya pun pergi ke kamar, dengan Nadira yang di gendong oleh Arga.

Saat ke empat anak nya sudah tidak ada, Elvano langsung pergi ke lantai dua untuk menuju kamar milik nya.

Setelah berada di dalam kamar, Elvano teringat dengan hp milik nya, tanpa pikir panjang lagi, Elvano langsung mengambil nya dan menlpon Hafdal.

Tak menunggu waktu lama, tlpon pun tersambung.

"Halo kak."

"Ada apa?"

"E-El udah pulang, kakak kapan pulang nya?"

"Untuk apa kau bertanya seperti itu?"

"Kenapa?, El kan masih istri kakak?"

"Istri?!, sejak kapan diri ku menganggap mu sebagai istri ku?"

"Gak papah kalau kakak gak mau ngakuin El sebagai istri kakak, tapi El mohon, kakak pulang."

"Chk mengganggu."

Hafdal mematikan tlpon nya secara sepihak, Elvano hanya bisa menarik nafas  nya dalam-dalam, dan memilih untuk memejamkan mata nya sebentar.

"El gak salah kak, El minta maaf, waktu itu El gak tau harus apa, bukan berarti El yang bunvh dia, El minta maaf,"gumam Elvano dengan nada lirih bahkan air mata nya keluar tanpa diri nya minta.

Saat sedang asik dengan pikiran masa lalu nya, tiba-tiba seseorang memasuki kamar itu, membuat elvano langsung bangun dan menghapus air mata nya.

Elvano menatap orang yang masuk ke kamar nya.

"Kakak beneran pulang?"tanya Elvano sambil ter
senyum manis ke arah pemuda itu.

"Chk tidak usah terlalu berharap, diriku pulang hanya ingin bertemu dengan anak ku saja, bukan bertemu dengan mu."

"Gak papah ko kak, kakak udah pulang aja El udah senang."

"Diam, kau terlalu berisik, jika kau berani berbicara lagi, akan ku pastikan mulut mu tidak akan bisa bicara lagi,"ucap Hafdal dan membaringkan tubuh nya di atas ranjang yang di duduki nya.

Elvano yang mendengar ucapan Hafdal pun hanya bisa menuruti nya saja, karna diri nya benar-benar takut dengan ancaman Hafdal.

"Kenapa hidup gue gak pernah bahagia, kapan gue ngerasain kebahagiaan, semua orang benc* sama gue,"batin Elvano sambil mengepalkan tangan nya.

Elvano yang tersulut emosi pun, tanpa diri nya sadari, tangan nya memukul lemari kaca yang berada di sisi ranjang nya.

Bukan hanya sekali, bahkan Elvano berkali-kali memvkul lemari kaca itu, membuat tangan nya berdar*h. bahkan serpihan kaca nya pun ada yang menusuk pada tangan nya.

Hafdal yang memang tak tidur pun langsung berdiri dan berjalan ke arah Elvano yang masih berdiri di dekat lemari yang sudah hancur itu.

Hafdal jongkok di depan Elvano, lalu mengambil serpihan kaca yang agak besar dan sangat taj*m itu, dan kembali berjalan mendekat ke arah Elvano.

"Ka-kakak,"gumam Elvano ketakutan  sambil mundur dari hadapan Elvano.

"Mau kemana Baby?, bukan kah kau suka melihat tubuh mu terluka, kemari lah, akan ku tunjukan luka yang sebenar nya,"ucap Hafdal sambil tersenyum bak pchikopat.

"Kakak jangan, Elvano minta maaf,"ucap Elvano semakin ketakutan.

"Jangan takut Baby, aku hanya ingin membuat mu senang, bahkan bila perlu aku lukai semua tubuh mulus mu itu."

Elvano terus mundur, sedangkan Hafdal terus berjalan dengan kaca di tangan nya, dan tak lupa dengan tawa yang sangat menyeramkan.

Kini Elvano sudah tidak bisa kemana-mana lagi, tubvh nya sudah di kunci oleh tubuh Hafdal, ingin rasa nya Elvano menghilang dari hadapan Hafdal yang sangat menyeramkan itu.

Elvano yang baru kelua dari rumah sakit, dan kepala nya yang masih terasa pusing dan juga sakit, akhirnya pingsan, dengan sigap Hafdal menangkap nya.

Hafdal membuang kaca yang tadi diri nya pegang, dan langsung menggendong tubvh mungil Elvano dan menidurkan nya di atas ranjang.

"Jangan pernah berpikir untuk melukai diri mu Baby, aku tidak ingin kehilangan mu lagi, cukup waktu itu saja,"gumam Hafdal sambil mengelus rambut Elvano dan mengecup nya.

Setelah nya, Hafdal pergi mengambil air hangat obat dan juga perban, untuk mengobati luka di tangan Elvano.

Sebenar nya, Hafdal sangat panik saat melihat Elvano yang memukvl kaca lemari itu sampai membuat tangan nya terluka, tapi entah kenapa rasa khawatir itu hilang berganti dengan emosi yang membuat nya akan melukai Elvano.

Tbc

Jangan lupa tinggalkan vote

Melahirkan anak untuk Mafia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang