Chapter 18

607 25 0
                                    


Satu minggu kemudian.

Terlihat seorang pemuda yang terbaring di atas ranjang rumah sakit dengan banyak nya alat rumah sakit yang menempel di tubuh nya.

"Om Bunda kapan bangun nya?"tanya seorang bocil yang bernama Cashel.

"Om rasa hari ini juga bangun, Cashel yang sabar ya,"ucap Alex sambil mengelus rambut Cashel.

"Om gak boong kan?"tanya Carel.

"Om gak bohong ko, Arga kenapa diem aja?"tanya Alex pada Arga yang hanya diam sedari tadi.

Arga hanya menatap sekilas ke arah Alex dan ketiga adik nya, setelah nya kembali pokus ke depan tanpa berniat membalas pertanyaan Alex.

Setelah kepergian Hafdal satu minggu yang lalu, kini kepribadian Arga berubah menjadi dingin dan emosian, bahkan Arga selalu lupa pada ketiga adik nya.

Arga beranjak dari duduk nya, dan hendak pergi dari hadapan mereka ber empat, tapi Carel menahan nya dengan cara memeluk nya.

"Abang mau kemana?"tanya Carel.

Arga masih tak menjawab, diri nya malah melepaskan pelukan sang adik dengan sangat kasar, membuat Carel terjatuh.

"Arga,"bentak Alex.

"Apa?"tanya Arga dengan menaikan suara nya.

"Kamu kenapa jadi berubah kaya gini Arga, sifat kamu seperti Daddy mu."

"Bukan urusan Om,"ucap nya dan langsung pergi dari sana dan menghiraukan panggilan adik nya.

"Hah kenapa jadi seperti ini, Hafdal lu di mana?"tanya Alex pada diri nya sendiri.

Parkiran rumah sakit.

Terlihat Arga sedang berdiri di depan sebuah mobil hitam dengan tatapan taj*m dan juga datar, lalu masuk kedalam mobil itu.

Sebelum pergi meninggalkan rumah sakit, Arga tak lupa mengirimkan pesan terlebih dahulu pada Alex untuk tidak mencari nya, dan jika Bunda nya sadar, Arga minta bilang saja jika diri nya bersama sang Daddy.

Bahkan Arga mengirim pesan jika diri nya tidak akan kembali jika Bunda nya belum sembuh total, dan Daddy nya di temukan.

Kembali ke Alex.

Alex yang mendapat pesan seperti itu dari Arga pun sontak membulatkan mata nya, kenapa seorang bocil yang baru berusia 6 tahun, memiliki sifat seperti orang dewasa.

Saat sedang sibuk dengan lamunan nya, Alex di kejutkan dengan suara lenguhan seorang pemuda dan sedikit rintihan.

"El kau sudah sadar?, apa ada yang sakit?"tanya Alex.

"Kak Hafdal,"gumam Elvano dan mencari sosok yang diri nya panggil dan melupakan pertanyaan dari Alex.

"Hei di sini tidak ada Hafdal."

"Kak Hafdal mana kak?"tanya Elvano dengan mata yang sudah berkaca-kaca.

"Hafdal sedang bersama Arga, kenapa kau menanyakan bajingan itu?"

"Kakak jangan bilang kaya gitu, Kak Hafdal orang baik."

"Baik dari mana nya si El, kenapa lu begitu polos, sampai mau di sakitin sama cowok berengsek kaya si Hafdal?"

"Kak Hafdal gak jahat, El mau ketemu sama Kak Hafdal."

"Dia gak ada puas lu, bahkan selama lu di rawat di sini aja dia gak liat keadaan lu, lu masih mau berharap apa lagi sama dia?"

"Gak mungkin, Kak Hafdal pasti jenguk El, kak Hafdal kan sayang sama El."

"Dia gak sayang sama lu El, dia cuma jadiin lu pelampiasan doang, bahkan karna dia, Arga anak pertama lu pergi entah kemana."

"El gak peduli sama anak-anak, El cuma mau kak Hafdal."

"Serah lu aja deh, gue capek."

Alex pergi dari ruangan Elvano dengan perasaan kesal, kenapa Elvano masih mengharapkan Hafdal baik pada nya, padahal sudah jelas-jelas Hafdal tidak pernah berbuat baik sedikit pun, yang ada diri nya tambah tersiks*.

Setelah kepergian Alex, Elvano menangis sejadi-jadi nya, sambil terbaring karna pervt nya terasa sakit jika di gerakan.

"Kakak jangan tinggalin El, El gak papah ko di siks* tiap hari sama kakak, asalkan kakak jangan tinggalin El,"gumam Elvano dengan air mata yang terus mengalir.

***************

Kembali ke Arga.

Kini Arga sudah sampai di sebuah mansion yang sangat besar, bahkan lebih besar dari mansion yang diri nya tempati.

Arga berjalan memasuki mansion itu dengan tatapan dingin, semua maid dan Bodyguard memberikan hormat pada nya tapi tidak ada satu pun di antara mereka yang di balas oleh Arga.

Arga terus berjalan, sampai langkah nya terhenti di dalam sebuah kamar yang begitu besar, tapi kamar nya sangat gelap karma lampu nya mati.

Arga mencari tombol lampu nya, agar lampunya menyala, dan ruangan itu tidak gelap. Saat sudah mendapatkan nya, Arga langsung menekan nya, dan berjalan ke arah ranjang yang ada di dalam kamar itu.

"Kau beneran datang Baby?"tanya pria yang sedang terbaring di atas ranjang itu.

Arga tak membalas pertanyaan dari pria itu, diri nya malah melayangkan satu pukulan tepat di wajah pria itu, walau pun Arga masih kecil tapi pukvlan nya lumayan sakit.

Pria itu tak marah diri nya hanya tersenyum, membuat Arga memalingkan muka nya karna kesal.

"Ayok lah baby jangan marah seperti itu, apa kau tidak ingin memeluk ku?"tanya pria itu sambil merentangkan kedua tangan nya.

Arga yang melihat nya, tanpa basa basi langsung memelvk tubvh pria itu, bahkan diri nya naik ke atas tubvh pria itu, dan membenamkan muka nya di leh*r si pria.

"Hiks kangen,"ucap Arga dengan nada sangat pelan dan sedikit bergetar bertanda jika Arga sedang manahan tangis nya.

"Kau menangis Baby, dimana sifat dingin dan kej*m mu itu, kenapa sekarang kau malah menangis,"ejek nya dan tak lupa mengelus-menguls rambut Arga.

Arga tak menjawab nya, diri nya terus menangis, bahkan mengeratkan pelukan nya, seolah diri nya tak ingin di tinggalkan oleh orang yang kini sedang menenangkan nya.

"Sial jaitan nya pasti terbuka, dasar anak tidak tau diri, jika aku tak sayang padamu, sudah ku lemparkau dari mansion ini,"batin nya menahan rasa sakit di perut nya.

"Sudah lah Baby jangan menangis seperti ini, aku tidak apa-apa,"ucap nya menenangkan Arga.

Arga hanya menggelengkan kepala nya, dan semakin menangis, membuat pria itu hanya bisa menghela nafas nya sabar.

Melahirkan anak untuk Mafia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang