Chapter 16

549 25 0
                                    

Satu bulan kemudian.

Kini Elvano sudah terbiasa dengan sipat Hafdal yang suka marah tiba-tiba dan perhatian tiba-tiba.

Pagi ini Elvano sedang duduk di atas ranjang nya, dan di temani ke empat anak nya, karna Hafdal ada urusan penting di kantor nya.

"Bunda muka Bunda pucat,"ucap Arga yang melihat muka pucat Elvano.

Elvano hanya tersenyum menanggapi ucapan Arga.

"Kita kerumah sakit ya Bun, Arga gak mau Bunda sakit,"ajak Arga.

"Gak usah sayang, Bunda gak papah ko,"tolak Elvano.

"Bunda gak boleh gitu, Asel tlpon Daddy ya biar Daddy pulang."

"Bunda gak papah ko, kalian jangan ganggu Daddy, kan Daddy lagi kerja."

"Tapi muka Bunda pucat, suara Bunda juga lemes banget."

"Bunda gak papah ko, udah ya, mending sekarang kalian tidur siang aja."

"Tapi Bun."

"Gak ada tapi-tapi, kalau gak nurut Bunda tinggalin."

"Jangan Bunda, kita gak mau jauh dari Bunda."

"Makanya kalian harus nurut sama Bunda, sekarang pergi tidur siang."

"Baik Bunda."

Ke empat anak Elvano pun pergi dari hadapan Elvano, dengan Arga yang menggendong Nadira.

Setelah ke empat anak nya tidak ada, Elvano langsung mencari obat yang pernah di berikan oleh Alex dulu tanpa di ketahui oleh Hafdal.

"Aku lupa cuci darah, rasa nya pervt ku sakit,"gumam Elvano sambil memegangi perut nya yang terasa sakit.

"Bukan lupa si, lebih tepat nya aku gak pernah cuci darah, karna kak Hafdal gak ngijinin aku keluar,"gumam nya lagi sambil tersenyum.

"Kalau Bunda gak ada, kalian jadi anak baik ya, kalian harus nurut sama Daddy, Bunda sayang kalian,"gumam Elvano.

Malam hari pun tiba.

Terlihat Hafdal yang baru pulang kerja, dan mendapati Arga yang sedang menferjakan tugas nya di ruang tamu.

"Baby sedang apa?"tanya Hafdal dan langsung duduk di samping Arga.

"Abang lagi ngerjain tugas Dad,"jawab nya sambil tersenyum.

"Kenapa gak ngerjain nya di kamar?"

"Gak papah, Abang lagi pengen di sini aja."

"Abang yang semangat ya ngerjain nya, Adek-Adek Abang kemana?"

"Mereka udah pada tidur Dad."

"ya udah, Abang juga kalau udah selesai langsung tidur, jangan main hp."

"Ia Daddy."

Lalu Hafdal mengecup puncuk kepala sang anak dan setelah nya berjalan menaiki tangga untuk sampai di kamar milik nya.

Di dalam kamar.

Hafdal begitu terkejut saat melihat Elvano yang tergeletak di atas lantai dengan muka yang sangat pucat.

Hafdal langsung menghampiri Elvano dan menggendong nya, dan menidurkan nya di atas ranjang.

"Baby hei bangun, kau kenapa?"tanya Hafdal sambil menepuk-nepuk pipi Elvano.

Tapi tidak ada reaksi apapun dari Elvano.

Tanpa pikir panjang lagi, Hafdal langsung membawa Elvano kerumah sakit.

Kini Elvano sudah di tangani oleh pihak rumah sakit.

Saat Hafdal sedang menunggu Dokter yang menangani Elvano, tiba-tiba Alex datang, dan langsung memvkul wajah Hafdal secara bervtal, bahkan Alex tak memberi celah sedikit pun untuk Hafdal melawan.

"Mat* lu njing,"ucap Alex penuh emosi.

"Gue udah bilang sama lu, kalau sampai El kenapa-kenapa, gue gak bakalan diem aja, mau lu temen masa kecil gue atau pun sodara gue, gue gak peduli,"ucap nya.

Alex menghentikan pukulan  nya, saat pintu ruangan Elvano di buka, dan menampilkan seorang Dokter.

Hafdal yang terbaring dengan keadaan yang tidak baik-baik saja pun ikut menghampiri Dokter itu.

"Gimana Dok keadaan istri saya?"tanya Hafdal tanpa mempedulikan tatapan tidak suka dari Alex.

"Keadaan nya sangat buruk  apa satu bulan ini pasien tidak cuci darah?"tanya sang Dokter.

"Maksud Dokter apa?"

"huh biar lebih jelas, lebih baik anda temui saya di ruangan saya saja."

"Baik Dok."

Kini hanya ada Alex dan Hafdal berduaan di sana, karna sang Dokter udah pergi.

"puas lu, ini kan yang lu mau, melihat orang yang selama ini lu benci terbaring lemah kaya gini?"tanya Alex dengan nada ketus nya.

"Lu gak tau apa-apa, jadi gak usah ikut campur."

"Egois lu, gue sumpahin lu bakalan nyesel suatu saat nanti."

"Hahaha lucu, kenapa gue harus nyesel kalau dia ninggalin gue?, bagus dong kalau dia pergi, gue bisa cari yang baru."

"Pergi lu dari sini, lu gak pantes buat El."

"Chk ini juga gue mau pergi, lu urus aja sampah yang penyakitan itu, gue gak butuh uke penyekatan," ucap Hafdal dan langsung pergi dari hadapan Alex.

Ingin rasa nya Alex memberikan pukulan nya pada wajah tak bersalah Hafdal itu, tapi Alex urung kan, dan memilih melihat keadaan Elvano.

***********

Di sebuah ruangan yang tak terlalu besar, terlihat dua pria yang sedang duduk dengan posisi berhadapan.

"Apa Dok memiliki satu ginjal?"tanya Hafdal dengan nada terkejut saat mendengar cerita dari sang Dokter.

"Ya, pasien memiliki Ginjal satu, dan pasien juga tidak pernah cuci darah selama ini."

"Kenapa lu sembunyiin ini dari gue El, gue sayang sama lu, tapi kenapa lu sembunyiin ini dari gue?"tanya Hafdal pada diri nya sendiri.

"Maaf mas, apa mas tidak tau semua ini?"

"Tidak Dok, istri saya tidak pernah menceritakan hal ini sama saya."

"Baik lah, anda bisa keluar."

"Apa tidak ada cara lain agar istri saya sembuh?"

"Dia harus menerima donor ginjal dengan secepat nya."

"Terima kasih Dok, kalau begitu saya permisi dulu."

Dokter itu hanya menganggukan kepala nya, lalu Hafdal pergi dari ruangan sang Dokter.

Hafdal berniat pulang karna ini sudah malam, di tambah di rumah anak-anak sedang tidur, Hafdal takut jika mereka terbangun.

Saat sedang berjalan melewati ruangan Elvano, Hafdal  tak berniat masuk sedikit pun kedalam ruangan itu, dan hanya menatap nya sekilas.

"Semoga dengan ini, lu bisa pergi dari hidup gue selama nya, gue bakal ihklas kalau lu ninggalin gue,"gumam Hafdal yang tak sengaja di dengar oleh Alex yang berada tak jauh dari nya.

Alex mengepalkan kedua tangan nya saat mendengar perkataan dari Hafdal, Alex berjanji akan menjaga Elvano dengan sangat baik, bahkan jika Elvano sembuh, Alex tidak akan pernah mau mempertemukan Hafdal dengan Elvano.

"Lu bajingan pengecut Dal, gue gak nyangka lu jadi kaya gini,"gumam Alex.





Jangan lupa tinggalkan vote

Melahirkan anak untuk Mafia (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang