Memiliki sekitar 5 pekerjaan paruh waktu di saat umurnya yang ke 23 tahun adalah hal biasa bagi seorang wanita bernama (Fullname) atau biasa di panggil dengan (Y/n). Hidupnya hanya tentang bekerja dan menghasilkan uang untuk dirinya dan juga... kelu...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
☆゚.*・。゚
Sinar mentari yang lembut menyelimuti halaman panti, membawa kehangatan yang tak terbayangkan. Udara pagi terasa segar, dipenuhi suara tawa riang anak-anak yang berkebun dan berlarian di sekitar.
Dan di balik semua itu, di sinilah (Y/n) berada —dikerumuni oleh sekelompok anak panti yang menatapnya dengan mata berbinar penuh ketertarikan dan rasa ingin tahu. Ia hanya bisa tersenyum canggung, tidak menyangka akan mendapat perhatian sebanyak ini.
'Kenapa aku yang jadi pusat perhatian, sih? Seharusnya Himejima-san yang menarik perhatian mereka dengan tubuh besarnya itu.'
Seorang anak perempuan menarik ujung lengan bajunya dengan semangat. "Nee-san, apakah kau benar-benar seorang Pembasmi Iblis?"
Anak lain ikut menimpali dengan mata berbinar. "Apakah kau pernah melawan iblis besar yang menyeramkan?"
(Y/n) terbatuk kecil dengan canggung, lalu berusaha mencari jawaban yang tepat di tengah tatapan penuh antusiasme itu. "Uh… yah, aku memang seorang Pembasmi Iblis. Tapi kalau soal iblis besar dan menyeramkan, sepertinya Himejima-san yang lebih sering menghadapinya."
Seolah dikomando, anak-anak itu langsung menoleh ke arah Gyomei yang berdiri tak jauh dari mereka, tenang dengan tasbih di tangannya. Beberapa dari mereka berbisik penuh kekaguman, sementara yang lain tampak semakin penasaran.
Namun, seorang anak laki-laki dengan surai merah justru tetap menatap (Y/n) dengan polos, seakan enggan melepas fokus darinya. "Tapi kau juga kuat, 'kan, Nee-san?"
(Y/n) terdiam sesaat, lalu tersenyum kecil. "Aku akan melakukan yang terbaik untuk melindungi kalian."
Manik anak-anak itu semakin berbinar mendengar jawabannya. Seolah jawaban itu sudah cukup untuk meyakinkan mereka, mereka pun bersorak kecil dan semakin mendekatinya, membuat (Y/n) hampir kewalahan oleh gelombang kehangatan yang mereka berikan.
Namun, di sela-sela suara riang yang memenuhi udara, netra hitamnya menelisik wajah-wajah polos di sekitarnya dengan tatapan melankolis. Ada sesuatu yang mengendap di dadanya —rasa lelah yang bercampur dengan kehangatan ini membawanya kembali pada kenangan lama.
Salah satu pekerjaan paruh waktunya dulu… di kehidupan pertamanya.
Sebagai seorang pengasuh di panti asuhan, ia pernah menghabiskan hari-hari dengan anak-anak yang penuh rasa ingin tahu, sama seperti mereka. Mendengar gelak tawa mereka, menenangkan tangisan mereka, membaca dongeng sebelum tidur. Kenangan itu terasa begitu nyata hingga hampir bisa ia rasakan kembali dalam genggamannya.