Menjadi Mama | Part 18 | Kado Spesial

442 5 0
                                    

Mama menarikku ke depan cermin besar yang terletak di meja rias, tempat di mana aku telah menyaksikan transformasi diriku. Kini, kami berdiri berdua di sana, berdampingan, dan cermin itu memantulkan bayangan kami dengan begitu jelas—aku dan mama dalam lingerie yang sama, riasan yang sama, bahkan aroma parfum yang sama. Untuk beberapa detik, aku tidak bisa mengalihkan pandanganku dari cermin, menatap bayangan kami berdua yang begitu mencolok.

Bayangan itu memperlihatkan sosok kami yang begitu mirip. Dari wajah yang dihias dengan riasan tebal—bibir merah menyala, mata yang dihias dengan eyeshadow gelap—hingga tubuh yang sama-sama dililit lingerie tipis dan menggoda, semua terlihat seolah-olah kami adalah cerminan satu sama lain. Rambut mama yang tergerai jatuh di pundaknya menyerupai rambutku yang juga terurai lepas. Setiap detail tampak sinkron, seolah-olah mama sedang menciptakan versi kedua dari dirinya di dalam diriku. Aku tidak bisa menahan rasa takjub dengan apa yang kulihat.

Namun, di antara kesamaan yang begitu mencolok itu, ada satu hal yang membedakan kami—perut mama yang besar karena kehamilannya. Itulah satu-satunya hal yang membuat kami tidak sepenuhnya sama. Lingerie yang melilit tubuhnya dengan ketat memperjelas bentuk perutnya yang membuncit, menandakan kehidupan baru yang sedang tumbuh di dalamnya. Meski begitu, dari leher hingga kaki, penampilan kami nyaris tak terbedakan. Kami benar-benar tampak seperti sepasang anak kembar, yang satu dewasa dan yang lain lebih muda, tetapi tetap dengan aura yang identik.

"Mama..." bisikku pelan lagi, kali ini sedikit lebih berani, namun suara itu tetap saja nyaris tenggelam dalam kebingunganku. Ada begitu banyak hal yang ingin kuungkapkan, tetapi semuanya tersangkut seperti benang kusut di tenggorokanku. Aku tidak bisa memahami situasi ini, dan yang lebih membingungkan, aku tak tahu bagaimana harus bereaksi.

Mama tampak sama sekali tidak terganggu oleh kebingunganku. Tatapannya masih tertuju pada cermin, melihat bayangan kami berdua yang tampak begitu mirip. Ada keheningan singkat yang menyelimuti ruangan, hanya suara napas kami berdua yang terdengar samar. Mama menyunggingkan senyum kecil di bibirnya, senyum yang entah mengapa membuatku semakin resah. Ada perasaan puas di wajahnya, seolah-olah melihat kami berdua yang kini terlihat identik adalah hal yang benar-benar ia rencanakan sejak awal.

"Kita benar-benar mirip, ya," katanya dengan nada lembut namun penuh keyakinan, tanpa sedikit pun keraguan di suaranya.

Aku tak bisa lagi menahan diriku. "Apa sih, Ma? Kenapa kita harus kaya gini?" tanyaku akhirnya, suaraku keluar dengan campuran bingung dan frustasi. Aku menatap bayangan kami di cermin lagi, masih tidak bisa mengerti mengapa mama begitu ingin kami terlihat sama, dari ujung rambut hingga ujung kaki.

Mama tidak segera menjawab. Dia membiarkan pertanyaanku menggantung di udara untuk beberapa saat sebelum akhirnya, dengan gerakan perlahan, dia mengalihkan pandangannya dari cermin dan menatapku langsung. "Ini tuh kado spesial buat papa," jawabnya tenang, seolah itu adalah jawaban yang cukup untuk menjelaskan segalanya.

Aku mengerutkan kening, semakin bingung. "Maksud Mama?" tanyaku dengan suara pelan, masih mencoba mencari kepastian dari semua ini. Apa maksud mama dengan "kado"?


Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio. 

Menjadi MamaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang