Papa menggenggam tanganku sedikit lebih erat, memberi isyarat agar aku tetap tenang dan percaya diri. "Ayo, kita sapa beberapa orang dulu," bisiknya lembut sambil tersenyum. Aku mengangguk, mengikuti langkah Papa dengan penuh kepercayaan diri, meskipun perasaan gugup sempat muncul di dalam diriku.
Kami berjalan menyusuri ruangan yang dipenuhi dengan keanggunan dan kehangatan. Setiap sudut gedung ini dipenuhi dengan tamu-tamu yang berpakaian rapi, bercakap-cakap dengan nada yang sopan dan santai. Papa, dengan penampilannya yang tenang dan percaya diri, berjalan di sampingku. Aku menyadari bahwa malam ini, aku bukan hanya seorang anak yang menemani ayahnya; aku menggantikan Mama, mengambil peran yang biasanya diemban olehnya sebagai pendamping Papa.
Saat kami bertemu dengan beberapa rekan kerja Papa, aku berusaha menjaga sikap yang anggun dan dewasa, sebagaimana Mama biasanya bersikap. Setiap kali Papa memperkenalkanku, aku tersenyum dan menyapa dengan sopan. Aku meniru cara Mama berbicara, cara dia selalu memberikan perhatian penuh pada orang-orang yang diajaknya berbincang. Ternyata, mengambil peran ini lebih menantang daripada yang kukira, tetapi aku tahu betapa pentingnya peranku malam ini.
Satu per satu, para rekan kerja Papa menyambut kami dengan ramah. Mereka memuji penampilan kami sebagai pasangan yang serasi, dan beberapa dari mereka bahkan bercanda tentang betapa cantiknya "istri" Papa malam ini. Setiap kali itu terjadi, aku hanya tersenyum dan berusaha untuk tidak menunjukkan rasa canggungku, meskipun dalam hati ada sedikit kegugupan.
Aku berusaha keras untuk menjaga sikap yang sopan dan elegan, sebagaimana yang Mama lakukan dalam situasi seperti ini. Ketika mereka berbicara tentang hal-hal yang lebih serius, aku mendengarkan dengan penuh perhatian, sesekali memberikan komentar yang sederhana namun tepat. Papa juga tampak memperhatikan bagaimana aku menjalankan peran ini, dan aku bisa melihat bahwa dia merasa bangga dengan caraku menangani situasi.
Berada di sisi Papa, mengambil peran Mama malam ini, memberiku perspektif baru tentang bagaimana Mama selalu mendampingi Papa. Aku mulai menyadari betapa pentingnya peran ini, bukan hanya sebagai pendamping, tetapi juga sebagai seseorang yang memberikan dukungan emosional dan sosial. Aku merasa semakin terhubung dengan Mama, dan betapa aku mengagumi caranya selalu bisa menjaga sikap dalam situasi apa pun.
Saat malam semakin larut, suasana di dalam gedung semakin meriah, namun aku justru merasa semakin nyaman dalam peran baruku. Perasaan gugup yang sempat ada di awal acara perlahan menghilang, tergantikan oleh keyakinan bahwa aku mampu menjalani malam ini dengan baik. Aku bisa melihat bahwa Papa juga lebih tenang, tampak puas dan bangga melihat bagaimana aku bisa menggantikan Mama malam ini.
Baca selengkapnya di https://karyakarsa.com/auliashara atau klik link di bio.
KAMU SEDANG MEMBACA
Menjadi Mama
Fiksi UmumDimas, seorang siswa kelas dua SMP, menjalani masa pubertas dengan banyak perubahan dan rasa penasaran tentang tubuh wanita, terutama mamanya yang cantik. Suatu hari, Dimas jatuh sakit dan didiagnosis dengan penyakit darah langka yang menghentikan r...