Bab 11: Cahaya di Tengah Kegelapan

4 0 0
                                    


Pagi itu, Yue Hanna bangun dengan hati yang sedikit lebih tenang. Percakapannya dengan Xiou Win malam sebelumnya masih bergaung dalam benaknya, membawa rasa lega sekaligus kebingungan. Xiou mungkin belum sepenuhnya mempercayainya, namun Yue tahu ada perubahan—sebuah langkah kecil menuju keterbukaan di antara mereka.

Namun, kedamaian itu tidak berlangsung lama.

Ketika Yue bersiap untuk melanjutkan perjalanannya, sebuah kilatan cahaya muncul di langit. Dari kejauhan, Yue melihat sesosok bayangan meluncur cepat ke arahnya. Ia mengenali energi itu—energi yang kuat dan berbahaya. Yue segera mengangkat pedangnya, bersiap menghadapi ancaman yang mendekat.

Sosok itu mendarat di tanah dengan anggun, debu berhamburan di sekitar mereka. Berdiri di hadapan Yue adalah seorang pria dengan jubah hitam panjang, wajahnya tersembunyi di balik topeng perak yang berkilauan. Mata pria itu memancarkan kegelapan yang dalam.

“Kau akhirnya ditemukan, Yue Hanna,” suara pria itu terdengar dingin dan mengancam. “Kau pikir bisa melarikan diri dari takdirmu sebagai setengah dewa?”

Yue menyipitkan mata, tidak mengenali pria itu. Tapi energi yang ia rasakan jelas menunjukkan bahwa pria ini bukan lawan sembarangan. “Siapa kau?” tanya Yue dengan tegas, menjaga jarak.

Pria itu tertawa pelan, suaranya penuh ejekan. “Aku adalah seseorang yang sudah lama mencari kekuatanmu. Kekuatan yang bisa membangkitkan kekuatan besar yang tersembunyi di dunia ini.”

Yue merasa tubuhnya menegang. Siapa pria ini? Dan bagaimana dia bisa tahu tentang kekuatannya sebagai setengah dewa? Yue selalu berhati-hati, menyembunyikan kekuatan sejatinya dari semua orang, bahkan dari Xiou. Namun kini, ada seseorang yang tahu lebih dari yang seharusnya.

“Kau tidak punya hak untuk ikut campur,” balas Yue dingin, mengangkat pedangnya. “Aku sudah memilih jalanku sendiri.”

Pria itu tersenyum di balik topengnya, tatapannya licik. “Kita lihat saja, seberapa kuat pilihanmu itu.” Dalam sekejap, ia melesat maju, menyerang Yue dengan kecepatan yang hampir tidak terlihat.

Yue menangkis serangan itu dengan pedangnya, dan percikan api muncul saat bilah-bilah mereka bertabrakan. Kekuatan pria itu sangat besar, membuat Yue terdorong beberapa langkah ke belakang. Namun, ia dengan cepat membalas serangan, melancarkan pukulan kuat ke arah pria tersebut.

Pertarungan mereka berlangsung cepat dan intens. Setiap serangan yang dilancarkan pria bertopeng itu terasa seperti badai yang menghantam tanpa henti, namun Yue terus bertahan, menggunakan semua kemampuan yang dimilikinya. Meski dia belum sepenuhnya mengungkapkan kekuatan setengah dewanya, Yue tahu dia tidak bisa menahan diri lebih lama lagi.

Saat pria itu melancarkan serangan terakhirnya yang mematikan, Yue merasakan sesuatu berubah dalam dirinya. Energi yang selama ini dia tahan mulai bangkit. Cahaya putih bersinar dari tubuhnya, dan dalam sekejap, ia menangkis serangan pria itu dengan satu gerakan. Pria bertopeng itu terhempas ke belakang, jatuh dengan keras ke tanah.

Dia bangkit dengan terhuyung, menatap Yue dengan mata penuh kekaguman dan ketakutan. “Kau... kau lebih kuat dari yang kuduga.”

Yue berdiri tegap, energi setengah dewanya mulai membanjiri sekelilingnya. Dia tahu bahwa jika dia terus melawan, pria ini akan kalah. Namun sebelum ia sempat melakukan gerakan lebih lanjut, sebuah suara yang sangat dikenalnya tiba-tiba terdengar.

“Berhenti.”

Yue menoleh dan melihat Xiou Win muncul dari balik pepohonan, tatapannya tajam dan serius. Tanpa kata, Xiou melangkah maju, berdiri di antara Yue dan pria bertopeng itu. Dengan gerakan cepat, Xiou mengangkat tangannya, dan sebuah gelombang energi melesat keluar, menghantam pria itu dengan kekuatan dahsyat. Pria bertopeng itu terpental lebih jauh lagi, dan kali ini, dia tidak bangkit.

Yue menatap Xiou dengan tatapan terkejut. “Kau...”

Xiou tidak menatapnya. “Aku sudah bilang, Yue. Kau tidak sendirian.”

Yue merasakan detak jantungnya melambat, tapi perasaannya bercampur aduk. Dia bersyukur Xiou datang tepat waktu, namun juga khawatir. Jika Xiou menyaksikan kekuatan sejatinya, apa yang akan terjadi setelah ini?

Pria bertopeng itu tersungkur, namun sebelum dia bisa mengatakan sesuatu lagi, dia menghilang dalam kabut hitam. Keberadaannya lenyap begitu saja, seolah dia tak pernah ada.

Keheningan menyelimuti mereka. Yue menatap ke tempat pria itu menghilang, lalu mengalihkan pandangannya ke Xiou. “Kenapa kau melindungiku?”

Xiou menatapnya dengan dingin, tapi kali ini ada sesuatu yang berbeda dalam suaranya. “Bukan soal melindungimu. Aku tidak akan membiarkan siapapun mengambil sesuatu dariku.”

Yue terdiam, tatapannya melekat pada Xiou. Kata-kata itu terucap begitu sederhana, namun memiliki makna yang begitu dalam. Apakah ini artinya Xiou mulai menganggapnya lebih dari sekadar teman perjalanan? Atau mungkin... lebih dari itu?

Xiou berbalik, melangkah pergi dengan langkah yang tenang, namun dia melontarkan satu kalimat sebelum benar-benar pergi. “Jangan sembunyikan kekuatanmu lagi, Yue. Kita akan membutuhkan semua yang kita miliki untuk menghadapi apa yang akan datang.”

Yue tetap berdiri di sana, hatinya berdebar kencang. Kita. Xiou menggunakan kata itu—sesuatu yang tidak pernah ia bayangkan akan Xiou katakan.

Dengan hati yang masih diliputi berbagai perasaan, Yue akhirnya berbalik dan mulai mengikuti Xiou. Perjalanan mereka belum selesai, dan kini, dengan ancaman baru yang muncul, mereka tahu bahwa bahaya yang lebih besar sedang mengintai.

---

gimana masih mau lanjut lagi?

Whispers of the Immortal moonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang