Malam semakin larut, dan puncak bukit tempat Yue Hanna dan Xiou Win berdiri mulai dipenuhi kabut tebal. Suasana semakin mendekati momen yang menentukan dalam perjalanan mereka. Dalam hati, mereka berdua tahu bahwa apa yang akan mereka lakukan akan membawa mereka ke dalam bahaya yang lebih besar daripada sebelumnya.
"Di mana kita bisa menemukan objek yang bisa kita gunakan untuk memikat perhatian dewa-dewa?" tanya Yue, suaranya penuh semangat, meski ada ketegangan yang tak dapat dielakkan. "Apa yang mungkin dianggap berharga bagi mereka?"
Xiou Win memandang jauh ke arah gelapnya hutan, memikirkan kemungkinan yang ada. "Kita perlu menemukan sesuatu yang memiliki kekuatan luar biasa, mungkin artefak kuno atau sesuatu yang berhubungan dengan kekuatan abadi. Dewa-dewa sangat menghargai simbol-simbol kekuasaan."
"Bagaimana jika kita mencari di reruntuhan kuno? Banyak artefak yang bisa saja masih terjaga di sana," saran Yue, wajahnya bersinar dengan antusiasme. "Aku pernah mendengar tentang sebuah kuil yang hilang di dalam hutan, yang dipenuhi dengan kekuatan luar biasa."
Xiou Win mengangguk setuju. "Itu bisa jadi pilihan yang baik. Kita harus pergi ke sana secepatnya. Kita tidak bisa membuang waktu lebih lama lagi."
Mereka berdua bersiap, mengumpulkan perlengkapan yang diperlukan dan memastikan mereka memiliki semua yang dibutuhkan untuk perjalanan yang berbahaya. Dengan langkah mantap, mereka menuju ke dalam hutan, mengandalkan insting dan kemampuan mereka untuk menemukan kuil yang hilang.
Setelah berjam-jam berjalan, cahaya bulan mulai memudar, dan kabut semakin menebal. Namun, semangat mereka tidak pudar. Akhirnya, mereka tiba di reruntuhan kuil kuno yang telah lama terlupakan. Batu-batu besar berdiri kokoh, dan di tengah-tengahnya, ada patung dewa yang tampak menakutkan.
"Tempat ini terasa... angker," ucap Yue, sedikit terintimidasi oleh aura kegelapan yang menyelimuti kuil.
Xiou Win mengamati sekeliling, merasa tidak nyaman, tetapi tetap menunjukkan sikap tenang. "Hati-hati. Kita tidak tahu apa yang mungkin ada di dalam."
Mereka melangkah perlahan ke dalam kuil, menyusuri lorong-lorong yang dipenuhi debu dan bayangan. Setiap langkah terasa berat, seolah ada mata yang mengawasi mereka. Di tengah kuil, mereka menemukan sebuah altar dengan simbol-simbol kuno yang bercahaya samar.
"Ini dia," bisik Yue, menatap altar dengan penuh rasa ingin tahu. "Kita harus mencari tahu bagaimana cara mengambil artefak ini."
Xiou Win mendekat, menganalisis simbol-simbol yang terpahat di altar. "Ada kemungkinan ini adalah tempat penyimpanan artefak. Kita perlu berhati-hati, karena banyak jebakan di sini."
Saat mereka menyentuh altar, cahaya mulai berkilau, dan suara bergema di dalam kuil. "Siapa yang berani mengganggu kedamaian tempat ini?" suara itu menggetarkan seluruh ruangan.
Yue dan Xiou Win terkejut, bersiap menghadapi ancaman yang muncul. "Kami datang dengan maksud baik! Kami mencari kekuatan untuk melindungi dunia dari ancaman dewa-dewa!" teriak Yue, berusaha menunjukkan ketulusan.
"Motivasi kalian tidak akan membebaskan kalian dari konsekuensi!" suara itu kembali menggelegar. "Hanya yang layak dapat mengambil apa yang tersimpan di sini."
"Mengapa kami tidak layak?" tanya Xiou Win, dengan tatapan tajam. "Kami tidak takut pada siapa pun, termasuk pada dewa-dewa!"
"Keberanianmu akan diuji," suara itu menjawab. "Buktikan bahwa kalian layak mendapatkan kekuatan ini."
Seketika, lorong kuil dipenuhi dengan cahaya terang, dan muncul sosok-sosok dari kegelapan. Mereka adalah pengawal kuno, siap untuk menguji kekuatan dan keberanian Yue dan Xiou Win.
"Bersiaplah!" teriak Xiou Win, menarik pedangnya dan berdiri melindungi Yue.
Pertarungan dimulai. Pengawal kuno menyerang dengan cepat, namun Yue dan Xiou Win melawan dengan kekuatan dan keterampilan yang telah mereka asah. Dalam kerjasama yang harmonis, mereka berdua bergerak dengan gesit, serangan dan pertahanan saling melengkapi.
Yue menghindar dari serangan dengan lincah, lalu mengeluarkan tenaga dalamnya untuk membalas. Dia mengeluarkan serangan yang kuat, menciptakan cahaya di ujung jari-jarinya, sementara Xiou Win memfokuskan kekuatannya untuk melindungi Yue dari serangan yang mengancam.
"Ini tidak mudah, tetapi kita bisa melakukannya!" seru Yue, semangatnya membara meski kelelahan mulai merayap.
Xiou Win hanya mengangguk, matanya tidak teralihkan dari musuh-musuh di depan. Dalam kegelapan yang menyelimuti, mereka berdua menjadi satu, berjuang bukan hanya untuk diri mereka, tetapi untuk masa depan yang mereka impikan.
Setelah pertarungan sengit, mereka berhasil mengalahkan para pengawal kuno. Dalam keheningan, suara itu kembali terdengar, "Kalian telah membuktikan diri kalian. Ambil artefak yang kalian cari."
Di depan mereka, sebuah artefak kuno berkilau di altar, menunggu untuk diambil. Yue dan Xiou Win saling memandang, harapan baru berkilau di mata mereka.
"Ini dia," kata Yue, perlahan meraih artefak itu. "Dengan ini, kita bisa melindungi diri kita dari ancaman."
"Tapi kita harus lebih berhati-hati," Xiou Win memperingatkan. "Kekuatan ini bisa menarik perhatian lebih dari sekadar dewa-dewa. Kita harus siap menghadapi segala kemungkinan."
Dengan artefak di tangan dan tekad yang semakin kuat, mereka keluar dari kuil, bersiap untuk menghadapi tantangan yang akan datang. Cinta dan keberanian mereka akan menjadi senjata terkuat dalam pertempuran yang akan mengubah nasib mereka selamanya.
---
KAMU SEDANG MEMBACA
Whispers of the Immortal moon
FantasiaDalam dunia di mana kekuatan dan takdir saling bertarung, dua jiwa bertemu di tengah kepingan-kepingan harapan yang tersisa. Yue Hanna, seorang pendekar setengah dewa yang menyembunyikan kekuatan sejatinya, terjebak dalam konflik antara cintanya dan...