Malam itu, langit dipenuhi oleh bintang-bintang, dan angin malam berhembus lembut di hutan. Yue Hanna duduk di dekat api unggun kecil, merenungkan pengakuannya kepada Xiou Win. Tak pernah ia merasa begitu terbuka kepada seseorang. Bahkan setelah sekian lama menyembunyikan identitasnya, mengungkapkan kebenaran itu terasa seperti melepaskan beban yang selama ini membelenggunya.
Tapi meski begitu, ada sesuatu yang masih mengganjal. Xiou Win, meski mengerti, masih menyimpan jarak. Meskipun Yue tahu dia tidak akan menyatakan perasaannya dengan mudah, sesuatu di balik tatapan dinginnya selalu membuat Yue merasa penasaran.
Sementara itu, di sisi lain hutan, Xiou Win berdiri sendirian di tepi sungai, memandangi air yang mengalir tenang. Pikirannya dipenuhi oleh Yue. Bukan hanya karena kekuatan tersembunyi Yue, tapi juga karena hal-hal lain yang belum dia pahami. Mengapa Yue memilih untuk hidup seperti manusia biasa? Mengapa dia tidak menggunakan kekuatannya untuk hal-hal besar? Pertanyaan-pertanyaan itu menghantuinya.
Saat Xiou sedang tenggelam dalam pikirannya, suara langkah lembut mendekat. Yue muncul dari balik pepohonan, mendekat dengan sikap tenang. Xiou menoleh, tetapi tidak mengatakan apa-apa.
Yue menghampiri, berdiri di sampingnya. “Kenapa kau selalu menyendiri?” tanyanya, suaranya lembut tapi penasaran.
Xiou tetap diam, matanya menatap ke kejauhan. Setelah beberapa saat, ia akhirnya berbicara, “Aku tidak cocok berada di antara orang-orang.”
Yue menghela napas pelan. “Kau bukan satu-satunya.”
Ada keheningan di antara mereka. Hanya suara sungai yang mengalir menemani malam yang sunyi itu. Yue menatap Xiou dari samping, berusaha memahami pria yang begitu misterius ini.
“Kau menyembunyikan sesuatu dariku juga, bukan?” tanya Yue, menatap Xiou dengan tajam.
Xiou tidak langsung menjawab, tapi kali ini ada kerutan halus di dahinya. “Apa maksudmu?”
“Ada sesuatu tentangmu yang kau sembunyikan, Xiou,” lanjut Yue, nadanya yakin. “Bukan hanya kekuatanmu yang besar. Ada lebih dari itu.”
Xiou menghela napas panjang, kali ini sedikit lebih keras dari biasanya. “Tidak banyak yang bisa disembunyikan oleh seseorang yang hidup selamanya.”
Yue tersentak, tidak menyangka Xiou akan mengatakan hal itu. “Apa maksudmu?”
Xiou menundukkan kepalanya sedikit, tatapannya terasa jauh dan hampa. “Kehidupan yang panjang tidak selalu menyenangkan. Ketika kau hidup begitu lama, kau kehilangan banyak hal… dan orang-orang yang kau sayangi.”
Yue merasakan ketenangan Xiou berubah menjadi beban yang dalam. Dia tahu Xiou pasti telah kehilangan lebih banyak daripada yang bisa dibayangkan manusia biasa. Rasa kesepian itu… begitu nyata.
“Orang-orang datang dan pergi,” lanjut Xiou, suaranya pelan tapi penuh arti. “Aku sudah menyaksikan begitu banyak kematian, pengkhianatan, dan kehilangan. Pada akhirnya, hanya aku yang tertinggal.”
Yue menatapnya dengan penuh empati. Ia mulai menyadari bahwa di balik sikap dingin Xiou, ada luka yang dalam. Luka yang tidak bisa sembuh hanya dengan waktu.
“Xiou…” Yue mencoba berbicara, namun kata-katanya terhenti. Ia ingin mengatakan sesuatu yang dapat menghiburnya, tapi ia tahu bahwa kata-kata mungkin tidak akan pernah cukup.
Tiba-tiba, Xiou berbalik dan menatap Yue, tatapannya tajam dan penuh dengan sesuatu yang belum pernah dilihat Yue sebelumnya kerentanan. “Kau mungkin kuat, Yue Hanna. Kau mungkin bisa bertarung dengan para dewa. Tapi apakah kau siap untuk hidup tanpa akhir? Untuk melihat semua yang kau cintai hancur di depan matamu?”
Pertanyaan itu menghantam Yue seperti petir. Ia terdiam, tidak tahu harus menjawab apa. Selama ini, dia hanya berpikir tentang kekuatannya, tentang misinya. Tapi sekarang, Xiou menyajikan sesuatu yang jauh lebih mengerikan masa depan yang abadi, penuh dengan rasa kehilangan yang tiada akhir.
Yue merasa hatinya berdetak lebih cepat. “Aku… belum pernah memikirkan itu.”
Xiou mengangguk pelan. “Itulah kenapa aku memilih untuk tidak terikat pada siapapun. Tidak ada yang abadi, kecuali aku.”
Yue merasakan keheningan yang berat menyelimuti mereka. Xiou kembali menatap sungai, sementara Yue berdiri di sisinya, merasa bahwa untuk pertama kalinya, ia benar-benar mengerti pria di depannya ini.
Namun, meski Xiou mencoba menjauhkan diri dari orang lain, Yue tidak bisa mengabaikan perasaannya sendiri. Ada sesuatu yang mulai tumbuh di dalam hatinya—rasa yang selama ini ia hindari. Rasa yang, meskipun ia tahu bisa membawa penderitaan, juga membawa kehangatan yang tak bisa dijelaskan.
“Xiou,” panggil Yue dengan lembut. “Mungkin kita tidak bisa menghindari kehilangan… tapi itu bukan alasan untuk hidup sendiri selamanya.”
Xiou menoleh sedikit, menatap Yue dengan mata yang penuh keraguan. “Dan kau pikir hidup bersamamu akan berbeda?”
Yue tersenyum tipis, meski ada ketegangan di balik senyumnya. “Aku tidak tahu. Tapi kita bisa mencobanya.”
Xiou menatapnya lama, seolah mempertimbangkan kata-katanya. Namun, seperti biasanya, ia tidak memberikan jawaban yang pasti. Ia hanya memandang Yue dengan tatapan yang tidak bisa dibaca, sebelum akhirnya berbalik dan mulai berjalan menjauh.
“Kita lihat nanti,” ucap Xiou pelan, sebelum menghilang di kegelapan hutan.
Yue berdiri di sana, menatap punggung Xiou yang semakin jauh. Meskipun jawaban Xiou tidak jelas, Yue merasa ini adalah langkah kecil menuju sesuatu yang lebih besar. Mungkin, suatu hari nanti, Xiou akan membuka hatinya meskipun hanya sedikit.
Dan saat itu tiba, Yue akan siap.
---
![](https://img.wattpad.com/cover/378507203-288-k572482.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Whispers of the Immortal moon
FantastikDalam dunia di mana kekuatan dan takdir saling bertarung, dua jiwa bertemu di tengah kepingan-kepingan harapan yang tersisa. Yue Hanna, seorang pendekar setengah dewa yang menyembunyikan kekuatan sejatinya, terjebak dalam konflik antara cintanya dan...