Dalam dunia di mana kekuatan dan takdir saling bertarung, dua jiwa bertemu di tengah kepingan-kepingan harapan yang tersisa. Yue Hanna, seorang pendekar setengah dewa yang menyembunyikan kekuatan sejatinya, terjebak dalam konflik antara cintanya dan...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Cinta bukan tentang seberapa kuat kita bertarung melawan dunia, tapi tentang seberapa dalam kita memilih bertahan untuk satu sama lain
Yue Hanna
_______________________________
Hari-hari berlalu, dan ketegangan antara Yue Hanna dan Xiou Win semakin menumpuk, seiring dengan pertumbuhan perasaan mereka satu sama lain. Namun, mereka juga tahu bahwa semakin dalam mereka terlibat, semakin besar risiko yang harus mereka hadapi.
Suatu malam, mereka bertemu di puncak bukit yang sama di mana mereka biasa berbicara. Suasana di sekitar mereka terasa lebih berat, seolah langit malam pun menantikan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Yue Hanna menatap bulan yang bersinar cerah, “Apa yang kita lakukan bisa menarik perhatian para dewa. Mereka tidak akan membiarkan hubungan kita terus berlanjut.”
Xiou Win berdiri di sampingnya, wajahnya kembali dingin. “Aku tahu. Tapi jika kita bersembunyi, mereka akan mencium bau ketakutan kita. Kita harus melangkah maju, meskipun itu berarti kita akan menghadapi konsekuensinya.”
“Mungkin kita bisa mengalihkan perhatian mereka,” usul Yue, berusaha mencari jalan keluar. “Jika kita membuat kesan seolah-olah kita tidak bersama, mereka mungkin akan berpikir kita tidak berbahaya.”
Xiou Win menatapnya, matanya tajam. “Itu berbahaya, Yue. Jika mereka tahu kita berpura-pura, mereka akan menjadi lebih curiga.”
“Tapi kita juga bisa menggunakan itu untuk keuntungan kita,” jawab Yue, rasa percaya diri mulai muncul dalam suaranya. “Kita bisa menampilkan diri sebagai musuh bagi mereka.”
Xiou Win menghela napas, berpikir. “Berpura-pura menjadi musuh adalah langkah berisiko. Kita harus sangat hati-hati.”
“Baiklah,” ucap Yue, suara penuh tekad. “Kita harus mencari tahu apa yang mereka inginkan. Jika kita bisa mengungkap rencana mereka, kita mungkin bisa menghentikan mereka sebelum mereka menghancurkan kita.”
Xiou Win mengangguk, perlahan menerima ide tersebut. “Dan untuk itu, kita perlu bantuan.”
“Apa kau tahu siapa yang bisa kita percayai?” tanya Yue, menatap Xiou Win dengan penuh harapan.
“Mungkin ada beberapa pihak yang bisa membantu. Tapi ingat, kita tidak bisa percaya sembarang orang,” jawabnya, nada suaranya kembali dingin. “Ada banyak yang ingin memanfaatkan situasi ini untuk kepentingan mereka sendiri.”
Yue memahami betapa rumitnya situasi ini. “Kita harus berhati-hati. Tapi jika kita bekerja sama, kita bisa menemukan jalan keluarnya.”
Xiou Win menatapnya, merasakan semangatnya. “Baiklah. Kita mulai dengan mengumpulkan informasi. Aku akan mencari tahu lebih banyak tentang dewa-dewa dan para tetua. Sementara itu, kau bisa menyelidiki di dunia manusia.”
“Setuju,” balas Yue, merasa lebih percaya diri. “Kita akan menemukan cara untuk menghentikan ancaman ini.”
Namun, dalam perjalanan mereka, kesulitan mulai muncul. Keduanya merasakan kehadiran sesuatu yang lebih gelap, sesuatu yang mengikuti mereka di setiap langkah. Meskipun mereka berusaha untuk tetap tenang, rasa cemas terus menghantui pikiran mereka.
Pada suatu malam, saat Yue berlatih di tempat tersembunyi, dia merasakan sesuatu yang aneh. Seolah-olah ada mata yang mengawasi dari kejauhan. Hati Yue berdebar-debar saat dia berusaha menenangkan diri.
“Siapapun kamu, tunjukkan dirimu!” teriaknya, suaranya penuh tantangan.
Tak lama kemudian, sosok misterius muncul dari bayangan. Seorang pria berpakaian gelap, wajahnya tersembunyi di balik kain. “Yue Hanna, aku datang untuk memberi peringatan.”
“Siapa kau?” tanya Yue, berusaha tetap tenang. “Apa yang kau inginkan?”
Pria itu melangkah maju, menatapnya dengan mata tajam. “Kau dan Xiou Win sedang bermain api. Para dewa tidak akan membiarkan hubungan kalian berlangsung lebih lama.”
Yue merasakan ketegangan di udara. “Kami tidak takut pada dewa-dewa. Kami akan berjuang untuk apa yang kami percaya.”
“Keberanianmu luar biasa, tapi ingat, mereka tidak akan ragu untuk menghancurkanmu,” balas pria itu, suaranya penuh ancaman. “Jika kau tidak berhati-hati, kalian berdua akan menjadi mangsa mereka.”
“Lalu, apa yang harus kami lakukan?” tanya Yue, merasa terdesak.
“Berhentilah bersembunyi. Tunjukkan kekuatanmu. Itu satu-satunya cara untuk melawan mereka,” jawab pria itu, kemudian menghilang ke dalam kegelapan.
Yue merasakan ketegangan yang mendalam. Dia tahu mereka harus bersiap menghadapi semua kemungkinan. Dengan langkah mantap, dia pergi untuk menemui Xiou Win dan menceritakan apa yang baru saja terjadi.
Saat mereka bertemu di puncak bukit, Yue menatap Xiou Win dengan serius. “Kita harus segera bersiap. Ada yang memperingatkanku tentang para dewa.”
“Seperti yang kuduga,” balas Xiou Win, menatapnya dengan intens. “Kita perlu mengumpulkan kekuatan.”
“Apakah kau berpikir kita bisa melakukannya?” tanya Yue, sedikit ragu.
Xiou Win mendekat, menatap dalam-dalam ke matanya. “Kita tidak punya pilihan lain. Kita harus bertindak sebelum terlambat.”
Dengan semangat baru, mereka memutuskan untuk mempersiapkan diri menghadapi semua kemungkinan. Dalam kegelapan malam, mereka berdua bersatu dengan satu tujuan menghadapi ancaman yang akan datang dan melindungi cinta mereka, tak peduli seberapa besar rintangan yang harus mereka hadapi.