Bab 22. Penyakit Serius

171 15 15
                                    

"Mana coba lihat! Ya ampun, ini serius?"

"Iya serius, aku juga tidak menyangka."

"Ya ampun, kok bisa. Padahal suaminya sudah mapan, ganteng tidak bersyukur sekali jadi wanita."

"Dia kelihatannya pendiam, kok bisa ya selingkuh?"

"Jangan salah, terkadang yang diam itu menghanyutkan."

Begitulah kira-kira yang sedang mereka bicarakan, masih pagi kantor sudah ramai dengan gosip terbaru dari mereka, Rafli yang baru saja sampai merasa penasaran, tetapi begitu mereka melihat kedatangannya langsung terdiam mendadak menunduk semuanya, untungnya ada Laras yang bisa ia tanyakan seputar ini.

"Ras, saya mau tanya."

"Iya, Pak. Mau tanya apa?" ucap Laras dengan sopan.

"Tadi, saya melihat mereka sedang bergosip, tidak wanita saja bahkan pria pun ikut-ikutan. Memangnya ada gosip apa?"

"Gosip, ya! Duh ... saya sebenarnya tidak enak, Pak memberitahu ini." Laras menunduk.

"Ada apa? Siapa? Saya tidak mau nama kantor jadi jelek karena gosip ini." Rafli mulai tegas, mendengar Laras berkata seperti itu, tentu saja ia merasa penasaran.

"Saya pikir Bapak sudah tau." Perkataan Laras malah semakin membuatnya tidak sabar.

"Saya tidak tau apa-apa, kalau tau tidak akan saya tanyakan."

"Anu Pak, saya juga cukup terkejut pas lihat fotonya. Itu ... ada akun random yang kirim foto Bu Alana sama pria lain dan anak kecil ke grup, mereka lagi jalan bertiga di sebuah taman."

Rafli mengerutkan keningnya, jadi yang sedang menjadi bahan gosip adalah istrinya.

"Grup kantor?"

"Iya, tapi grup yang tidak ada Bapaknya." Laras menunduk.

"Kapan di kirimnya?"

"Kalau videonya viral tadi pagi, Pak."

"Boleh saya lihat fotonya?"

"Boleh, Pak. Sebentar!" Laras mengambil ponselnya lalu menunjukkan beberapa foto yang di maksud.

Ini kan pria yang kemarin ke rumah dengan anaknya. Oh jadi, waktu itu dia habis jalan sama mereka. Batinnya.

"Pak, yang sabar, ya. Saya memang tidak tau apa yang terjadi, semoga saja ini cuma salah paham, dan rumah tangga Bapak baik-baik saja." Laras menatap dengan sendu.

"Laras, tolong cari orang pertama yang kirim foto ini!"

"Cari Pak? Ah, baiklah nanti coba saya cari."

"Oh ya, tolong suruh mereka hapus foto-foto itu, dan jangan sampai ke sebar terlalu jauh."

"Baik, Pak."

"Ya sudah, kamu bisa kembali ke tempat!" Laras mengangguk seraya menuju tempatnya. Rafli masih terdiam dengan emosi yang sudah membara, Rafli tidak mempermasalahkan soal Alana yang berfoto atau jalan bersama pria itu, yang jadi masalah kalau sampai ini tersebar semakin jauh dan ini hanya akan menjadi masalah besar dan memalukan untuknya.

"Astaga! Apa lagi ini? Baru saja aku bisa tenang, kini di tambah soal masalah foto, dia begitu menyusahkan hidupku!" gumam Rafli sambil memijat pelipisnya. Walau pun hubungannya dengan Alana sudah sedikit membaik setelah perdebatan kemarin, sekarang di tambah masalah baru.
Rafli segera mengambil ponselnya lalu mengetik pesan, dan mengirimnya kepada Alana.

***

"Bagaimana, Dok?" tanya Alana setelah selesai di periksa.

"Jika sudah berkembang ke tahap lebih lanjut lagi, pilihan terakhirnya adalah transplantasi."

Rahasia Dibalik Senyum IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang