Bab 12. Hanya Salah Paham

181 7 3
                                    

Malam itu, hanya keheningan yang menemani Rafli, ia tengah duduk termenung di sofanya pandangannya terlihat kosong ke arah ponsel yang sedang di genggamnya, biasanya ia akan memainkan game atau menonton video menarik di dalamnya, tetapi kali ini semua tak lagi menarik untuknya. Hanya Alana yang ada di pikirannya, bagaimana raut wajahnya, perkataannya semua masih terbayang serta terngiang di telinganya.

Di kamar, Alana tengah berdiri di depan jendela dia membuka jendela itu untuk menikmati angin malam yang sukses mendinginkan tubuhnya. Ia hanya menatap bulan dengan sendu, dalam diamnya tentu hati terasa sedih saat menyadari bahwa sudah satu jam sang suami tidak juga menyusulnya. Padahal, Alana berharap Rafli akan menyusul lalu meminta maaf atau semacamnya ternyata sama sekali tidak.

"Apa perkataanku tadi sudah keterlaluan?" Gumam Alana dengan helaan nafas panjang. Ada sedikit penyesalan karena ia lebih mengikuti emosinya sampai berkata seperti itu.

Suara pintu terbuka membuat Alana tetap berdiri di tempat, seketika ia merasa canggung, tatapannya tetap fokus ke depan sambil membelakangi Rafli menyembunyikan kesedihan yang sedang ia alami. Rafli duduk di tepi ranjang, ia menghela nafas dengan berat merasakan beban dari kata-kata yang tadi di ucapkan Alana.

"Maaf," ucapnya dengan lirih.

Alana tersentak mendengar kata maaf dari suaminya. 

"Apa yang terjadi, tidak seperti yang kamu bayangkan. Aku memang pergi makan dengannya, tetapi tentu tidak berdua. Sekarang aku tanya, dari mana kamu tau aku dan dia makan bersama, sampai kamu menyimpulkan bahwa hanya berdua?"

"Status Laras, aku melihatnya di sana," ucap Alana tanpa mengubah posisinya.

"Status?"

"Kamu bisa tanyakan pada Laras, Mas."

"Baiklah, besok aku tanyakan."

Hening lagi.

"Kamu serius tadi?" tanya Rafli dengan penuh rasa tak percaya. "Kamu serius ingin aku kembalikan kepada Ibumu?" Lanjut Rafli.

Deg!

Alana tak langsung menjawab, dadanya bergemuruh juga terasa sesak sekarang, tetapi perkataan itu sudah terlanjur terucap.

"Aku... aku tidak tau, Mas," jawabnya dengan suara pelan serta gemetar. "Aku cuma merasa tidak sanggup lagi, aku tidak bisa menerima wanita lain di dalam rumah tangga kita, maka ku pikir lebih baik kamu kembalikan aku kepada Ibu."

Rafli beranjak dari duduknya menghampiri Alana yang kini masih membelakanginya, ia hendak menyentuh punggung Alana yang bergetar itu, tetapi kembali mengurungkannya.

"Jadi begitu solusimu? Kamu pikir itu akan menyelesaikan masalah? Yang ada akan memperburuk masalah, kamu menjadikan alasan aku berselingkuh untuk berpisah dan jatuhnya itu fitnah," jawab Rafli sedikit bernada tinggi.

Alana memberanikan diri untuk berbalik, ia menatap dengan mata berkaca-kaca. 

"Kalau memang itu tak benar, aku akan meminta maaf, dan menarik perkataanku. Kalau ternyata benar maka aku akan tetap dengan solusiku."

"Jadi, kamu belum percaya juga dengan segala penjelasanku, Alana?" ucap Rafli dengan geram.

"Kamu benar-benar kekanakan, cemburumu itu terlalu berlebihan. Kalau begini, mana mungkin aku bisa menyukaimu."

Rahasia Dibalik Senyum IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang