Bab 15. Situasi Memanas

325 14 10
                                    

Bruk!

"Huaaaa, sakit!"

Tangisan Safia membuat percakapan keduanya terhenti, Alana juga Ilham langsung panik, dan segera mendekat ke arahnya.

"Ya ampun, kenapa sampai jatuh? Makannya hati-hati kalau main!" ucap Ilham yang malah membuat Safia semakin menangis.

"Nak, mana yang sakit?" tanya Alana dengan lembut, lantas membuat Safia lebih mendekat padanya dari pada kepada Papanya sendiri.

"Dengkul Safia sakit, Tante."

Dengan segera Alana mengeceknya, setelah di lihat ternyata ada luka di sana. Sudah di pastikan Safia jatuh cukup keras.

"Coba kamu duduk dulu, luruskan kakimu!" Perintah Alana, dan Safia hanya menurut saja.

Alana mengambil sesuatu dari dalam tasnya, itu adalah sapu tangan yang masih bersih segera ia tutup luka itu dengan sapu tangan miliknya. Ilham terpaku, dia terdiam bukan menatap putrinya, tetapi menatap Alana yang benar-benar membuatnya terpukau. 

Alana sudah seperti seorang Ibu, dia begitu peduli dengan Safia bahkan bisa membuat putrinya jadi tenang tidak menangis lagi. Hatinya tersentuh, perasaannya kembali kambuh, perasaan yang sudah lama ia buang jauh-jauh, tetapi saat ini kembali dibangkitkan oleh perlakuan Alana kepada putrinya.

"Untuk sementara di tutup sama ini dulu ya, nanti kita obati." Sambil menghapus air mata Safia. Gadis kecil itu hanya mengangguk, kemudian Ilham segera menggendongnya untuk di bawa ke dalam mobil, karena sepertinya sudah tidak bisa di ajak main lagi dengan kondisi Safia saat ini.

Setelah memasukkan Safia ke dalam mobil, Ilham menatap Alana yang kini masih berdiri di samping mobilnya.

"Tante, ayo masuk!" ajak Safia. Alana hanya melempar dengan senyumnya.

"Ayo, sekalian aku antar pulang," Timpal Ilham.

"Tidak usah, aku pulang sendiri saja, oh ya, jangan lupa kalau sudah sampai rumah segera obati lukanya!"

"Alana, aku sangat berterimakasih padamu, kamu sungguh sosok wanita yang baik. Kamu begitu menyayangi anakku."

"Safia itu udah aku anggap sebagai anak sendiri, kamu tidak usah berterimakasih, kaya sama siapa saja." Sambil tersenyum.

Desiran angin menyentuh rambut Alana sehingga menambah kecantikan wajahnya. Ilham tidak bisa menahan diri, ia begitu menikmati kecantikan wajahnya.

"Hei! Kenapa malah diam?" tanya Alana. Ilham tersadar, mendadak jadi gugup.

"Sebagai ucapan terimakasih karena kamu sudah mau meluangkan waktu untuk Safia, mari kita makan siang bersama!"

"Tetapi ..."

"Aku tidak suka penolakan, ayo segera naik mobilku!" Ilham bahkan sudah membukakan pintu mobil untuk Alana.

"Tante, ayo masuk!" Raut wajah gadis kecil itu seakan merayunya sampai akhirnya ia pun masuk ke dalam mobil, dan Safia yang mulanya duduk di depan beralih ke tengah, karena ingin duduk di pangkuan Alana.

Ilham diam-diam tersenyum melihat putrinya yang begitu senang jika bersama Alana, segera ia menyusul lalu menjalankan mobilnya.

Sepanjang perjalanan Safia terlihat begitu ceria, terus mengobrol dengan Alana, Ilham diam-diam ikut tersenyum, memperhatikan Alana dari kaca depannya.

Sementara itu.

Rafli sedang fokus melihat laptopnya, namun sedetik kemudian ponselnya bergetar, berusaha untuk di abaikan tetapi kembali terdengar lagi. Sehingga memecahkan konsentrasinya, pria itu membuka kacamatanya, mengambil ponsel dan sedikit memundurkan kursinya.

Rahasia Dibalik Senyum IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang