Bab 24. Mencari Rafli

149 13 3
                                    

Setelah pagi tiba, Rafli belum juga pulang. Tidak biasanya Rafli seperti ini, pria itu pasti akan selalu pulang ke rumah, walau pun sedang ada masalah, lembur atau lainnya.

Alana tidak bisa terus begini, kalau memang ini karena masalah foto itu ia akan menyelesaikannya sekarang juga. Alana memutuskan untuk pergi ke kantor Rafli, menyelesaikan kesalah pahaman yang terjadi.

Setelah sampai di kantor, ternyata mobil Rafli tidak ada di sana. Alana pun terheran, biasanya jam segini Rafli sudah ada di kantornya.

Karena sudah terlanjur sampai, Alana tetap melangkah masuk ke kantor, seketika ia memelankan jalannya. Orang di sekitar menatapnya dengan benci serta saling berbisik, Alana yang melihat itu tau apa yang mereka bisikkan, tetapi sebisa mungkin ia tahan dulu, karena tujuannya sekarang harus bertemu Rafli terlebih dahulu.

"Bu, Alana?" Sapa Laras. Alana menatap ke arah Laras.

"Laras, apa Mas Rafli ada di dalam?"

Laras mengerutkan keningnya, sambil menggeleng ia pun menjawab, "Tidak ada, Bu. Saya pikir Pak Rafli masih di rumah, tapi kenapa Ibu malah menanyakan Pak, Rafli?" Laras terlihat bingung.

Jadi kemana dia pergi semalaman? Jangan-jangan Mas Rafli pergi ke wanita lain. Tidak! Itu pasti tidak mungkin! Batin Alana mulai tak tenang.

"Bu, Ibu tidak apa?" tanya Laras melihat Alana yang seperti ingin terjatuh, untungnya Laras langsung memegangi tangannya.

"Saya tidak apa, Ras," jawab Alana dengan pelan.

"Ya sudah, Ibu tunggu saja di dalam, nanti saya coba hubungi Pak Rafli." Alana hanya menurut, mungkin karena semalam tidak tidur di tambah kondisi tubuh sedang lemah sebelumnya, dan sekarang ia merasa begitu tidak kuat untuk berdiri.

Laras menuntun Alana menuju kursi, dan memintanya untuk menunggu di sana, tepatnya ruangan Rafli.

"Terimakasih, Ras."

"Iya, Bu sama-sama, ya sudah saya tinggal dulu, ya, Bu!"

"Tunggu, Ras!" Tahan Alana.

"Eh, iya Bu, ada yang bisa saya bantu?"

"Soal foto saya yang beredar, itu ... bukan pria selingkuhan saya, kami hanya berteman. Untuk itu, saya mohon sama kamu, kalau ada yang membahasnya lagi tolong bantu jelaskan!" Alana menatap Laras dengan memohon.

"Dari awal saya juga tidak percaya, Bu. Ibu tidak mungkin selingkuh, yang sabar ya, Bu. Nanti saya jelaskan kepada mereka, semoga masalah Ibu segera selesai." Laras melempar senyumnya.

"Iya Ras, amin. Sekali lagi terimakasih."

"Iya sama-sama, Bu." Laras pun meninggalkan tempat. Sejenak Alana berpikir, ternyata Laras memang orang yang baik, selama ini ia telah salah menilai orang.

Tetapi, sekarang pikirannya kembali tidak tenang, apalagi Rafli tidak ada di kantornya. Alana mengambil ponselnya lagi untuk menghubungi Rafli, tetapi masih belum aktif juga.

Ceklek! Pintu terbuka.

Alana beranjak dari duduknya, ternyata yang masuk adalah Rafli, nafas pria itu naik turun tak beraturan seperti habis lari, bahkan kancing kemejanya ada yang salah masuk, penampilannya dari atas sampai bawah cukup berantakan tidak seperti biasanya.

"Mas?" Panggil Alana.

"Alana, kenapa kamu ada di sini?"

"Aku yang harusnya bertanya, kenapa kamu tidak pulang? Lalu, kenapa sekarang baru sampai kantor?" Alana menatap suaminya dengan tajam.

Rafli berusaha untuk tetap tenang, dia berjalan menuju kursinya, dan duduk di sana sedikit menyandarkan tubuhnya.

"Mas, dengan cara kamu tidak pulang ke rumah, itu tidak akan menyelesaikan masalah." Lanjut Alana, dia geram karena pertanyaannya tidak di jawab juga.

Rahasia Dibalik Senyum IstrikuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang