~~~"Ilo aku ikut kamu kesini buat kerja, bukan cuma ongkang-ongkang kaki nikmatin suasana hotel terus kamu suruh jalan-jalan!" Kalana akhirnya meledak, mengeluarkan semua gundah dan unek-unek dihatinya yang selama tiga hari ini ia pendam.
Sudah tiga hari Kalana menemani Ceilo ke Bandung atas suruhan Moreno untuk membantu Ceilo dalam urusan pekerjaan, namun selama tiga hari ini Ceilo hanya mengerjakan semua urusan bisnis nya seorang diri tanpa melibatkan Kalana.
Kalana dibebaskan oleh Ceilo untuk melakukan apapun selama mereka berada di Bandung, kecuali bekerja. Hal ini tentu membuat Kalana muak.
Keputusan untuk ikut Ceilo ke Bandung bukanlah keputusan mudah bagi Kalana, namun karena ia paham kewajiban nya sebagai karyawan maka Kalana menyetujui untuk ikut serta dengan Ceilo mengurusi perihal cabang baru Kelana Kopi.
Kalana masih berusaha untuk diam dan bersabar menunggu arahan dari Ceilo saat hari pertama, namun sudah hari ketiga tetap saja Ceilo tak memberi perintah apapun dan malah menyuruh Kalana untuk jalan-jalan menikmati kota Bandung.
Maka ketika Ceilo mengirimi pesan bahwa ia akan menjemput Kalana di kamarnya untuk makan malam bersama di restaurant hotel. Kalana tak bisa lagi menyembunyikan amarahnya.
"Aku ini karyawan kamu Ilo! Aku di-amanahin sama Moren buat bantuin kamu ngurusin kerjaan disini, bukan buat liburan." Desis Kalana kesal, hampir saja ia akan menghentakan kaki namun sesaat sebelumnya Kalana tersadar bahwa sikap seperti itu cukup kekanakan.
"Aku tau Lan, aku tau. Tapi aku bisa kerjain semuanya sendirian kok." Jarak mereka yang cukup jauh membuat nada pembicaraan mereka mau tak mau sedikit meninggi, syukurnya kamar hotel mereka kedap suara.
"Kamu nggak percaya sama aku Ilo? Nggak berani ngasih kepercayaan soal urusan kerjaan kamu ke aku?"
"Astaga Kalana......" Ceilo frustasi, "Bukan gitu, aku bukannya nggak percaya sama kamu."
"Ya terus kenapa? Kamu takut kan nyerahin urusan kerjaan kamu ke orang yang nggak berpendidikan tinggi kayak aku?" Kalana masih meninggikan uratnya, seolah menghakimi dirinya sendiri dan tersadar bahwa ia bukan siapa-siapa.
"Demi Tuhan Kalana! Aku nggak mandang kamu kayak gitu, bahkan kamu jauh lebih cerdas dari aku." Ceilo mengurut keningnya sendiri yang mendadak terasa pening. Niatnya untuk menjemput Kalana dan menikmati makan malam bersama justru berakhir dengan kericuhan yang entah bagaimana untuk menghentikannya.
"Ya kalau gitu biarin aku kerja. Bagi kerjaan kamu sama aku, aku disini tuh biar kamu nggak kecapekan ngurusin semua nya sendirian." Meski suara Kalana sudah tak setinggi diawal, namun keras kepala Kalana kali ini tentu membuat Ceilo hanya semakin frustasi.
"Lan karena cuma dengan kerja seharian penuh, kerja sampai badan aku capek, sampai pikiran aku lelah. Baru aku bisa lupain kamu buat sejenak." Ceilo menunduk lemah, suaranya berakhir lirih diujung kalimat.
"Mm-maksud kamu?" tanya Kalana yang merasa pijakan kakinya tiba-tiba melemah, perempuan itu menyadari bahwa lontaran kalimat Ceilo bukanlah lagi soal pekerjaan.
Ceilo membuang nafas gusar.
Jarak yang terbentang antara ia dan Kalana kini semakin menjelaskan bahwa perempuan itu tak bisa lagi ia gapai. Baik secara harfiah maupun realita, Kalana akan selalu diluar jangkauannya.
Katakan saja Ceilo lemah, tak apa. Karena setetes air mata kini mengalir dipelupuknya tanpa bisa ia cegah, lagipula semua tentang Kalana memang akan selalu menjadi kelemahan seorang Ceilo.
"Aku harus kerja Lan, nonstop. Sampai badan dan pikiran aku bener-bener capek, sampai nggak ada ruang buat aku terkecuali tidur. Dengan kayak gitu aku bisa buat nggak kepikiran tentang kamu. Aku tau aku serakah, seharusnya aku bersyukur dengan kamu yang ada didepan mata aku. Tapi tetep aja semua nggak akan bisa balik kayak dulu, kamu nggak pernah jadi milik aku lagi kan."

KAMU SEDANG MEMBACA
Like A Star (Complete)
RomanceSeperti bintang di langit, Kalanaya tau bahwa Ceilo tidak akan pernah bisa ia gapai karena letak mereka sangat berjauhan dan penuh perbedaan. Hingga suatu hari Ceilo tiba-tiba saja meminta nya menjadi kekasih nya. Kalana bingung karena ia sadar diri...