Bab 16

308 55 14
                                    

Muka Benji hampir kejatuhan hape gara-gara refleks noleh ke samping, tepatnya pada pintu kamar mandi yang baru aja terbuka. Bukan lihat setan, yang Benji lihat sekarang pacarnya lagi berdiri berkacak pinggang tanpa sehelai pun benang, alias telanjang.

"Biasa aja dong, jelek!" Celetuk Ara. Pede aja dia melenggang di depan Benji dengan penampakan seporno itu.

Alih-alih membalas ucapan Ara, Benji justru bersiul kencang sambil matanya naik turun memindai body molek pacarnya. Sorotan mesum cowok itu sukses buat Ara meremang, ngerasa di cat calling Abang-abang kenek angkot dia tuh.

Ara nggak bermaksud pamer badan lho ya, salahin tuh pacarnya yang lupa minta handuk ataupun jubah mandi ke pihak hotel. Si Benji juga bisa-bisanya nginap di hotel nggak bawa perlengkapan mandi, nggak mau rugi banget, mentang-mentang udah disediain semua sama pihak hotel.

"Nginap nggak bisa ya, Ra?" Tanya Benji tiba-tiba.

"Nggak bisa Abang sayang... sekarang aja Ara pasti lagi dicariin sama Mbak. Lagian besok pagi Ara mau berangkat. Ribet." Sambut Ara.

"Iya juga ya? Si Sri juga sibuk kali Abang tengok."

"Hah?"

"Ini. Nggak berhenti-berhenti dia kirim pesan, udah Abang balas juga nyaut terus. Cerewet kali. Kayak apa aja." Benji ngedumel sendiri sambil ngetik sesuatu di hape pintar Ara.

"Kok di balas sih??" Buru-buru Ara pake baju terus lari ke tempat tidur buat rebut hapenya. Sayangnya gagal karna Benji sigap pindahin tangannya ke arah lain.

"Sebentar, Abang masih ngetik." Kata cowok itu.

"Abang jangan aneh-aneh, deh."

"Enggak. Abang udah berlagak macam kau ini. Nggak akan curiga dia."

"Mana?" Ara beringsut naik ke tempat tidur, ambil posisi berbaring di samping Benji dan jadiin lengan berotot Benji sebagai bantal. Cuddle after sex ceunah. "Ihh, alay! Ara nggak pernah ya pake emot itu." Protes Ara pas liat deretan pesan norak yang diketik Benji.

"Masa iya? Tapi emot love terbakar ada di sini. Sering kau pakek kan berarti?"

"Yaa... mungkin?"

Apa maksud? Nggak mungkin Benji nggak curiga dengar jawaban skeptis Ara. Dia nggak bego, lho. Jelas-jelas emot love terbakar jadi salah satu emot yang paling sering digunain sama cewek itu, kok bisa-bisanya masih ngelak.

"Emotnya sering kau kirim ke siapa. Jujur sama Abang." Desak Benji. Sorot matanya nggak se-santai tadi lagi.

"Hmm... ke Mama? Atau ke Papa, ya? Oh! Ke kak Wulan! Iya, Ara sering kirim emot itu ke kak Wulan."

"Benar?"

"Bener! Cek aja roomchat Ara sama kak Wulan."

Nggak ada sedikitpun keraguan dari omongannya barusan. Mimik muka cewek itu juga biasa aja. Meski demikian, Benji tetap ngikutin ucapan Ara buat ngintip roomchatnya sama sang kakak ipar.

"Tuh, kan! Bener." Ara bersuara lagi. Aslinya lega banget karna Benji nggak jadi mikir yang aneh-aneh. Untung dia ingat, nggak kebayang gimana dia bakal dicerca habis-habisan sama Benji cuma gara-gara lupa kirim emot ke siapa. Ara orangnya pelupa tau!

"Typing kau ke kak Wulan kenapa gemas kali? Abang iri."

Ara ketawa kencang sampe Benji refleks jauhin kepalanya. Toa masjid aja kalah menggelegar dibandingin sama suara Ara. Mana lengking banget macam suara peluit? "Abang mau juga?" Ujarnya tanpa rasa bersalah, geser pula dia ke samping biar makin nempel sama pacarnya.

Hold fast to loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang