Bab 12

311 49 19
                                    

"Din, gue nggak mau."

"Coba dulu, sepupu gue baik kok, nggak yang neko-neko kayak si Sean mantan lo."

Muka Ara langsung masam pas Dinda nyebut nama seseorang yang udah lama dia masukin ke buku hitam, alias haram untuk di sebut-sebut. Kalo mau muji Devano ya silahkan, ngapain coba bawa-bawa nama mantan? Nggak banget.

"Lo mikir nggak sebelum ngomong gitu ke gue." Nada bicara Ara yang terkesan dingin mengindikasikan ketidaksukaannya atas ucapan Dinda.

Masalahnya nih ya, Dinda tuh salah satu saksi hidup yang lihat langsung perjuangan Ara untuk lepas dari hubungan toxicnya sama Sean. Dinda juga salah satu tempat Ara nangisin Sean saat cowok itu ketahuan selingkuh untuk kesekian kalinya. Dinda tahu gimana babak belurnya Ara ngelewatin life after break up, Dinda tahu jahatnya Sean yang sengaja pamer kemesraan sama selingkuhannya biar Ara makin menderita,

Jadi wajar dong Ara nggak senang? Secara Dinda tahu seluk-beluk drama percintaannya sama sang mantan ya kan? Sebenarnya boleh-boleh aja jadiin Sean bahan perbandingan, tapi minimal banget pikirin dulu perasaan teman sendiri!

"Ara sorry, gue nggak ada maksud." Dinda raih tangan Ara untuk digenggam. Sumpah dia asbun doang tadi, nggak ekspek Ara masih ketrigger dengar nama Sean.

"Anjing lo." Maki Ara. Kesel banget dia.

"Sorry..."

"Terserah. Gue balik sama Devano, eneg gue liat muka lo."

Dinda emang nggak enak hati sama Ara, tapi di lain sisi senang juga karna akhirnya Ara bersedia diantar pulang sama Devano. "Bentar, gue kasih tau Vano." Balasnya sambil ngetik pesan singkat buat Devano.

"Ingat, cuma nganterin gue pulang. Untuk yang lain-lain nggak dulu."

"Umm well, gue nggak ada hak buat maksa lo sih. Tapi kalo bisa, kasih Vano kesempatan buat nunjukin perasaannya please, Ra. Dia udah lama banget naksir lo, selama ini gue tahan-tahan karna lo— kita semua lagi pada sibuk kuliah. Kalo sekarang kan udah lumayan senggang."

Dinda nggak ngarang lho ya, Devano emang udah lama banget naksir Ara. 3 tahun-an ada kayaknya, yang berarti sejak semester pertama mereka kuliah. Devano sendiri yang ngaku ke Dinda, ngakunya baru-baru ini sih. Awalnya cowok itu naksir gara-gara lihat foto Ara di story instagram Dinda, katanya imut banget, pas dia kepoin akun Ara ternyata udah ada cowoknya, Devano sempat patah hati waktu itu, tapi nggak bikin dia berhenti ngepoin keseharian Ara. Setelah bertahun-tahun jadi stalker barulah Devano punya keberanian buat deketin Ara.

"Gue nggak bisa." Ara kukuh nolak. Ya jelas nolak lah! Orang udah punya cowok juga...

"Kenapa? Masih belum move on?"

"Ck." Cewek itu berdecak sebal.

'Vano nggak bakal nyakitin lo. Gue berani jamin." Ujar Dinda, senyum tulus tersungging di bibir tipisnya.

Ara tarik napasnya dalam-dalam terus dihembus kasar. Nggak boleh marah-marah, soalnya Dinda nggak tahu Ara udah punya Benji, tapi kalopun Dinda tau, bisa aja cewek itu makin-makin nyomblangin Ara sama Devano. Ah, sial.

"Hei." Di tengah-tengah kebingungan Ara, Devano tiba-tiba muncul sembari mengulas senyum di wajah gantengnya.

Ngomong-ngomong, Cece sama Vania udah pulang duluan. Vania dijemput pacarnya, mungkin mau ngedate? Kalo Cece ditelpon Papanya, disuruh pulang cepat karna ART cuma stay di rumah sampe sore. Cece tuh ninggalin adeknya yang masih kelas 5 SD sendirian di rumah tau, padahal ortu mereka masih di luar kota, memang nggak ada bagus-bagusnya Cece jadi Abang.

"Pulang sekarang?" Karna nggak ada sambutan dari Ara dan Dinda, Devano pun kembali bersuara.

"Huh? Iya."

Hold fast to loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang