Bab 9

340 48 13
                                    

I'm back :))


___


"Huekkk... Apa ini anjing?! Pait! Nggak enak!!" Ara mencak-mencak heboh gara-gara nelan peju Benji.

Lihat pacarnya menggelepar di lantai, bukannya ditenangin si Benji malah ketawa ngakak, siapa suruh telan? Benji udah bilang jangan lho, disepong sampe crot aja dia udah bersyukur banget, emang Ara-nya aja yang kelewat penasaran sama rasanya.

"Minum dulu, sayang— hahahaha!" Cowok itu mukul-mukul pahanya sendiri saking terhiburnya, berhenti sejenak buat ambil napas terus angsurin sebotol air mineral ke Ara. Setelah botol minum berpindah ke tangan Ara, Benji pun lanjut ngakak lagi.

Ngomong-ngomong resleting celana cowok itu belum dinaikin, kontol loyonya sampai berayun-ayun ngikutin gerak tubuhnya, persis belalai gajah dengan bonus lato-lato sama jembut keriting.

"Nggak bakalan Ara sepong lagi kontol Abang! Asli nggak enak! Bau bensin lagi!"

"Masa, sih?"

Bodohnya Benji malah refleks nunduk terus tarik kepala kontolnya ke atas buat diendus. "Nggak, ah. Perasaan kau aja itu." Bantahnya.

"Bang." Ara tiba-tiba bangun, mimik wajahnya berubah serius, semacam ada hal genting yang mengganjal otaknya.

"Kenapa?" Tanya Benji, grasak-grusuk dia masukin kontolnya ke celana biar mata Ara berhenti jelalatan.

"Kok dimasukin lagi? Ara kan masih pengen liat."

"Nanti-nanti lagi. Sekarang biarin dia hibernasi dulu."

"Dih. Kayak apa aja."

Benji cekikikan doang. Ya mikir lah anjeng, kontolnya dipandangin terus apa nggak baper dia? Ntar kalo bangun lagi Ara juga yang repot. Lagian Benji juga nggak mau sering-sering manfaatin pacarnya. Cewek cantik plus gemes kayak Ara tuh cocoknya disayang-sayang, sama sekali nggak cocok dijadiin pemuas nafsu.

"Sini." Benji tepuk pahanya sekali, isyaratkan Ara untuk duduk di atasnya. Ara pun segera berdiri dan ambil posisi duduk di atas paha Benji, duduk mengangkang menghadap Benji dengan kedua tangan melingkari pundak lebar cowok itu.

"Maaf ya." Ucap Benji tiba-tiba yang sontak buat Ara berkerut kening.

"Minta maaf untuk?" Heran Ara.

"Maaf karna air mani Abang nggak enak."

Kirain minta maaf karna udah ngelecehin pacarnya. Tapi nggak bisa disebut pelecehan juga nggak, sih? Soalnya sama-sama suka.

"Cih. Abang sih, keseringan ngudud. Sehari berapa kali coba?"

"Berapa, ya?"

Ekspresi mikir Benji konyol banget di mata Ara. Alis aneh cowoknya itu gerak-gerak kayak ulat bulu, sorot matanya ke mana-mana, terus bibirnya juga berpindah ke kiri dan ke kanan, konyol banget pokonya.

"kurang lebih 1 bungkus sehari." Balas Benji kemudian.

"Banyak amat?! Pantesan peju lu nggak enak. Pantesan nggak kaya-kaya padahal kerja dari pagi ketemu pagi. Kurangin, nggak?"

"Ya... cemana lah kan? Kalau nggak merokok bawaannya ngantuk terus. Nggak semangat kerja juga."

"Tapi nggak baik buat kesehatan Abang. Ara nggak ngelarang Abang ngerokok, tapi bisalah dikurangin. Kemaren juga Ara nggak sengaja liat botol amer di tong sampah belakang kontarakan, banyak banget, botol dari kapan itu?"

"Hehe." Benji nggak berani jawab. Cengar-cengis doang dia.

"Iss! Kalo gini terus kapan kayanya?! Ara nggak masalah punya pasangan pas-pasan lho ya, Ara mau terima Abang apa adanya, tapi Papa Ara nggak mungkin diam aja kalo tau Ara pacaran sama cowok miskin kang mabok."

Hold fast to loveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang