22. Akhir(?)

50 7 0
                                    

-Flashback End-

-✿-

"Jadi orang yang bikin Nadi babak belur kemarin itu kemungkinan besar ayah lu bang" sahut Aga setelah mendengar semua cerita dari Yaksa.

"Bukan kemungkinan lagi, tapi memang papa" balas Yaksa, sedangkan Dika masih diam setelah mendengar semua cerita lengkap dari Yaksa, walau sudah tahu sedikit cerita nya dia tetap masih shock sepertinya.

"Dan karena kejadian itu bundanya Nadi meninggal, Nadi awalnya mau lari ke bundanya sebelum pelatuk di tarik, tapi berhasil kita tahan walau akhirnya ada korban jiwa. Sejak saat itu Nadi jadi benar-benar pendiam, selalu mengurung diri kalau gua datang jenguk dia, bahkan Zaidan dan kak Ardan pun juga sering di abaikan sama Nadi" Yaksa mengakhiri semua ceritanya sambil menatap Nadi yang masih terlelap.

"Bahkan terkadang kak Ardan bawa Nadi ke psikolog supaya mengurangi trauma dan depresi nya" sambung Zaidan.

"Nadi sedendam itu sama keluarga kita kah bang?" Tanya Dika kepada Yaksa.

"Rasa dendam atau bencinya pasti ada, bundanya meninggal karena ulah papa, tapi rasanya Nadi ga berniat mencelakai kalian terutama Dika, mau gimana pun kamu masih Abang favorit nya dibanding kita bertiga. Terbukti ga ada yang celaka kan di antara kalian? Malah Nadi sendiri yang celaka karena papa tiba-tiba muncul" Yaksa menjelaskan dengan tenang karena sepertinya sang adik merasa bersalah.

"Maaf Vy harusnya gua angkat telpon lu hari itu, maaf karena ninggalin Nadi disana, maaf Dika ga ada jenguk bunda dan bang Idan" hati Dika terluka dan terus merasa bersalah walau yang lain sudah mengatakan tidak apa-apa rasa bersalah itu masih tertinggal di hati Dika.

"Maaf menyela tapi tadi Avy bilang ke kita berdua Nadi udah biasa begini? Maksudnya apa?" Akhirnya Gyan bersuara setelah terus mendengarkan semuanya, tiba-tiba Gyan teringat ucapan Avy tadi.

"Oh itu, ini bukan percobaan pertama Nadi bunuh diri, maaf Avy ga cerita apapun ke kalian karena Nadi nahan terus dan suka nekat" semua tentu terkejut dengan ucapan Avy, karena benar-benar tidak da yang tahu kejadian ini.

"Dan tadi sebenarnya Avy mau ke kamar Nadi tapi di pintunya di tempel surat ini, kayaknya ini surat terakhir karena ada inisial namanya di surat nya. Dan begitu liat surat ini Avy udah berusaha buka pintu kamar Nadi bahkan dobrak pintu nya tapi ga berhasil, berniat turun ke bawah buat panggil bang Dika, tapi ternyata telat Nadi udah lompat duluan" Avy mengeluarkan surat yang ditemukan nya pagi tadi dan memberikan nya kepada Dika.

 Dan begitu liat surat ini Avy udah berusaha buka pintu kamar Nadi bahkan dobrak pintu nya tapi ga berhasil, berniat turun ke bawah buat panggil bang Dika, tapi ternyata telat Nadi udah lompat duluan" Avy mengeluarkan surat yang ditemukan nya pagi...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Selamat tinggal?" Dika membaca kata terakhir di surat itu yang mencuri perhatian semua penghuni kamar kecuali Nadi tentunya.

"Kalau kakak tadi cek bedasarkan dosis obat yang di konsumsi Nadi, dia bisa tewas kalau obat yang diminum lebih banyak lagi walaupun jumlah yang tadi dia minum sudah tergolong banyak, dan seandainya kalian ga gerak cepat dan ga ada pertolongan pertama dari Dika bisa bahaya, makasih kalian udah bawa Nadi kesini secepat mungkin walaupun sebenarnya bahaya buat kalian bawa mobil se-ngebut itu, lain kali jangan di ulang ya Aga!" Jelas Ardan sekaligus memperingati mereka semua, 10 menit dari rumah ke rumah sakit sangat tidak masuk akal karena biasanya memakan waktu 20 - 25 menit paling cepat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 30 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

IGNOSCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang