13. Gudang

62 9 2
                                    

15 menit setelah Avy dan Aga berangkat kini Nadi masih berada dirumah. Ketika ia akan berangkat ternyata tiba-tiba dosen yang mengajar hari ini membatalkan kelasnya 10 menit lalu.

"Kalau tau begini tadi ikut bang Aga sama Avy keluar" pada akhirnya ia tidak ada kegiatan, walau bisa menyusul tapi Nadi malas.

Entah karena apa tiba-tiba kaki Nadi membawa dirinya ke gudang, ia membuka kunci gudang yang entah sejak kapan sudah ada ditangan Nadi.

Dengan tetap membiarkan pintu gudang terbuka Nadi masuk melihat isi gudang, banyak barang lama, seperti mainan anak-anak, sepeda kecil, tumpukan album lama yang masih bersih seperti selalu di sentuh atau dibersihkan rutin, serta beberapa barang lain nya.

Nadi melihat beberapa album disana namun setelah beberapa saat dia merasa waspada, karena tiba-tiba Nadi merasa bahwa ada orang lain di rumah.

Perlahan ia meletakkan kembali album foto yang dilihat nya, dan keluar dari gudang. Saat Nadi berjalan masuk ke ruang tengah ia melihat pintu depan terbuka.

"Bang Dika.. bang Gyanii..?" Sambil memanggil Dika dan Gyan, Nadi berjalan menuju pintu depan perlahan.

"Bang Aga? Avyan... Ada yang ketinggalan kah?" Nadi sekarang mulai ketakutan, karena dia sebenarnya penakut walau sepertinya tidak akan ada yang percaya kalau Nadi mengatakan itu.

Sambil sesekali melihat sekitar rumah Nadi memberanikan diri menutup pintu depan dan mengunci nya. Sebuah kesalahan yang Nadi buat seharusnya dia keluar dari rumah itu.

Setelah mengunci pintu Nadi segera berlari ke arah tangga berniat ingin mengunci diri di kamar, tapi-

"Emmppphhhh...ARGGHHH lepas, lepasin bangs-AKH" tiba-tiba seseorang membekap mulut nya, dan karena terlalu berisik seseorang(?) itu  memukul kepala Nadi dan setelah Nadi kehilangan kesadaran nya orang itu membawanya ke gudang.

"Nadi Danudara, berani-beraninya kamu kabur kesini? Seharusnya kamu tetap menderita di dalam rumah itu HAHAHA"

Setelah beberapa menit pingsan perlahan Nadi kembali sadar, melihat sekitar kini Nadi sadar bahwa dia berada di gudang, tapi tidak ada cahaya apapun.

"ARGGHHH... Le-lepasin, Na-di ga salah, bun-da-a tolong" tanpa aba-aba orang itu menginjak dada Nadi, rasa takut benar-benar menguasai Nadi sekarang.

"Gimana kalau kita bermain sebentar wahai putra bungsu Danudara" seseorang itu mengambil tongkat di sudut ruangan.

Nadi benar-benar tidak bisa melakukan perlawanan karena tubuhnya lemas ketakutan, sambil berharap ada yang menolong nya dan membawa nya pergi dari sini.

Drrrrttt... Drrrrttt

Ponsel di saku milik orang itu bergetar,  setelah mengangkat telpon nya akhirnya orang itu meletakan tongkat itu kembali, dan berjalan mendekat menuju Nadi.

"Kita lanjutkan lain hari mata boba" orang itu bangkit dan berjalan menuju pintu. Tiba-tiba orang itu berhenti sebelum keluar dan berbalik kembali menuju Nadi.

BUGH BUGH

Dua pukulan menghantam ulu hari dan kepala Nadi membuatnya kehilang kesadaran di gudang yang gelap itu. Sedangkan orang tadi segera pergi meninggalkan Nadi sendirian.

-✿-

Hari menjelang tengah malam, semua orang sudah berkumpul di ruang tengah kecuali Nadi yang masih tidak terlihat

"Nadi tadi kuliah kan?" Gyan bertanya pada yang lain dengan serius.

"Harusnya iya bang, tapi tadi kita berdua berangkat Nadi belum berangkat" jawab Avy.

IGNOSCETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang