"Pah bangun udah nyampe nih" Istriku membangunkan ku saat kereta ini sudah sampai di tujuan akhir, ternyata aku cukup lelap saat tertidur hingga tak terasa sudah sampai tujuan. Tak kulihat orang yang semalam bermesum ria dengan istriku. Aku lalu bergegas keluar kereta dengan istriku, kulihat lagi istriku yang sekarang berdiri disampingku, sekilas tak ada yang aneh dengannya hanya saja aku tak tau apakah istriku masih tidak mengenakan apa apa lagi dibalik sweaternya. Merasa sedang diperhatikan istri lalu menoleh ke arah ku
"Liatin apa sih pah?"
"Bajunya sudah dipakai belum?"
"Hehehe" Istriku hanya tersenyum mendengar pertanyaanku, dan kucubit pipinya.
"Nakal kamu mah"
"Udah di pake kok pah, tenang aja"
"Terus kemana orangnya"
"Sudah duluan tadi"
"Kok bisa sih dia duduk sama kamu?"
"Udah entar aja ceritanya kalo udah di rumah, ayo buruan pulang"
Kampung halaman istriku memang masih lumayan jauh, karena dari stasiun masih harus naik kendaraan umum selama satu jam, dan setengah jam lagi naik ojek dari pinggir jalan raya menuju rumah mertuaku.
Suasana masih cukup gelap saat kami sampai karena sekarang baru pukul 5 pagi, sementara kendaraan umum baru ada nanti jam 6, yang berarti kami harus menunggu 1 jam lagi.
"Huuuh dingin pah"
Sambil memeluk tubuhnya sendiri istriku menggigil kedinginan, karena memang masih pagi jadi udara terasa lebih dingin, aku juga merasakan hal yang sama. Lalu ku ajak istriku ke warung yang ada di sekitar stasiun untuk membeli minuman agar bisa sedikit menghangatkan badan. Kupilih wedang jahe sebagai minumanku, istriku juga memilih minuman yang sama.
Kami duduk di kursi panjang yang ada di warung ini, dan istriku sedang memegang cangkir dengan kedua tangannya sambil meniupnya, kakinya yang tak sampai ke tanah ia gerakan maju mundur, terlihat seperti anak kecil yang sedang merasa gembira. Aku tersenyum melihatnya dan Ku usap usap rambutnya yang masih tertutup jilbab, tak ada rasa kesal atau marah atas aksinya semalam. Dan tak sedikitpun mengurangi rasa cintaku padanya.
Waktu berlalu kini kami sudah berada di dalam kendaraan umum yang sedang berjalan menyusuri jalan, istriku tertidur menyenderkan kepalanya di pundakku. Aku sendiri tak merasa ngantuk karena sudah tertidur cukup lelap saat di kereta.
Mobil Pun telah sampai dan kita turun di pinggir jalan raya, saat kami baru saja turun sudah ada beberapa tukang ojek yang berkerumun menghampiri kami untuk menawarkan jasanya.
Lalu aku melihat lihat motor mana yang paling layak jalan, aku melakukan hal ini bukan tanpa alasan. Karena Jalan menuju kampung halaman istriku belum teraspal dengan baik, sehingga banyak lubang dimana mana, Males aja jika nanti motor yang kami tumpangi rusak tengah jalan.
Ku lihat hanya ada 1 motor satria yang menurutku layak jalan, dan motor yang lainnya terlihat memprihatinkan. Aku heran dengan mereka, seharusnya mereka bisa merawat motor mereka dengan baik mengingat motor itu adalah sumber pemasukannya.
Lalu ku suruh istriku naik ke motor yang menurutku paling layak jalan tersebut, dan aku naik dengan motor lainnya. Ojek yang akan membawaku bernama pak Zulkifli berumur 43 tahun, sementara ojek yang membawa istriku aku tak tau namanya karena lupa untuk bertanya, tapi ku taksir umurnya belum sampai 30 karena masih terlihat cukup muda.
Istriku jalan duluan dan aku mengikutinya dari belakang, jalanan masih cukup baik saat aku baru berjalan dari pangkalan ojek, tapi beberapa ratus meter kemudian jalanan mulai berlubang dan bergelombang, sehingga motor yang kunaiki bergerak naik turun, begitu juga dengan istriku yang berada di depan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kisah Kehidupan Pasutri (Cuckold)
AdventureIstriku memang sering bahkan hampir selalu memakai baju yang tertutup saat keluar rumah, meskipun saat di dalam rumah sering memakai baju alakadarnya, Karena sering memakai baju yang tertutup para tetangga pun menilai bahwa istriku wanita yang soleh...