Bab 14

4.6K 12 0
                                    

Pov Salfa.

"Dadah papah hati hati di jalan" aku melambaikan tanganku pada suamiku yang hendak berangkat ke kota sambil menggendong anak ku, anak ku juga ikut melambaikan tangannya pada ayahnya sambil tertawa setelah sebelumnya menangis sampai terisak isak.

Suamiku kemudian berangkat menuju terminal diantar oleh ayahku menggunakan motor, karena suamiku akan berangkat ke kota menggunakan bus. Suamiku berangkat sendirian karena aku tidak jadi ikut, setelah anakku terus menerus menangis tidak mengijinkan aku pergi, karena tidak tega akhirnya aku meminta ijin tinggal di kampung untuk beberapa waktu.

Sambil menghela nafas panjang akhirnya suamiku mengijinkan aku untuk tinggal di kampung, meskipun sepertinya suamiku sedikit kecewa dengan keputusanku tapi akhirnya dia mengijinkannya juga, karena tidak tega melihat anaknya menangis seperti itu.

Suamiku memang tidak tegaan orangnya, dia akan selalu luluh jika melihat aku atau anaku menangis, pernah suatu ketika dia memarahiku sampai membuatku menangis, tapi pada akhirnya dia memeluk ku dan meminta maaf karena sudah memarahiku. Setelah suamiku berangkat, ibu ku lalu mengajak kami masuk kerumah.

"Horee mamah ngga jadi berangkat" teriak anaku sambil tepuk tangan dan tertawa riang karena berhasil melarangku untuk berangkat.

"Dede seneng ya mamah di rumah?" Tanyaku pada anak ku. "Iya dong mah

hehehee" jawabnya sambil tertawa.

Karena gemas dengan tingkah anak ku, aku lalu mencium pipinya berkali kali dan anak ku diam saja tak mengelak, karena biasanya dia selalu mengelak jika hendak di cium.

Rencana yang sudah ku susun semuanya gagal total, dari mulai berangkat ke kota sampai rencanaku yang ingin memasak daging untuk suamiku, aku gagal berangkat karena anakku dan aku gagal masak karena mas Warman.

Suamiku yang memintaku agar tidak pulang terlalu sore nyatanya aku pulang sampai di rumah jam 12 malam, itu terjadi karena saat aku mengantar mas Warman pulang aku mengajaknya untuk mampir ke pasar malam yang kami lewati saat menuju rumah mas Warman.

Kami lalu bermain main di pasar malam terlebih dahulu, memainkan beberapa permainan yang ada disana, mulai dari melempar rotan yang berbentuk lingkaran ke dalam bungkus rokok atau minuman kaleng, melempar balon dan lainnya.

Tak lupa kami makan bersama untuk mengisi perut kami yang mulai merasa lapar, dan sebelum sampai di rumahnya, mas Warman kembali menggarap tubuhku sekali lagi. Dan yang lebih ekstrim adalah mas Warman menggarap tubuhku persis di pinggir jalan, meskipun awalnya aku ragu tapi pada akhirnya mas Warman berhasil membujuk ku, jalanan yang sepi dan gelap karena tidak ada lampu jalan membuatku merasa sedikit lebih aman.

Aku tidak sampai telanjang hanya menurunkan celanaku sampai ke lutut kemudian aku menungging lalu bertumpu pada motorku dan mas Warman kembali menghujamkan Pen****snya ke dalam vag****naku. Jantungku berdetak sangat cepat, antara nafsu dan takut bercampur menjadi satu, karena aku belum pernah bercinta di tempat terbuka seperti ini, beruntung saat itu tidak ada satupun kendaran yang lewat sehingga aku dan mas Warman bisa meraih puncak kenikmatan bersama.

Aku mengantarkan mas Warman hanya sampai di pinggiran desa, karena mas Warman tidak mau ada orang yang mengenalnya melihatnya pulang di antar oleh seorang wanita.

Sebelum pergi mas Warman memakaikan jaketnya padaku, karena di perjalanan akan terasa dingin, aku pun menerimanya, itung itung kenangan darinya karena besok pagi aku akan berangkat ke kota. Aku lalu pulang menuju rumahku, menyusiri jalanan yang sangat gelap, tak banyak kendaraan yang lewat karena sudah malam, udara malam terasa begitu dingin, beruntung mas Warman memberikan jaketnya yang lumayan tebal padaku.

Kisah Kehidupan Pasutri (Cuckold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang