Bab 17

5.2K 12 0
                                    

Mas Warman lalu meminta satu permintaan lagi pada ku, karena aku sudah terlanjur cinta, akhirnya aku pun memenuhi permintaannya lagi. Mas Warman memintaku untuk menumbuhkan bulu jembutku, karena dia lebih suka vag****na yang berjembut dari pada yang gundul, seleranya benar - benar bertolak belakang dengan suamiku dimana suamiku lebih suka vag****na yang bersih dari pada yang berbulu.

Pada akhirnya aku memenuhi keinginan mas Warman, karena aku pikir aku tinggal mencukur jembut ku jika aku berangkat ke kota atau jika suamiku pulang. Aku bahkan sampai membeli obat penumbuh rambut untuk menumbuhkan jembutku, sehingga vag****na gundul ku hanya tinggal kenangan berganti vag****na berjembut lebat.

Obat penumbuh rambut itu ternyata sangat manjur, karena dalam kurun waktu 3 minggu saja berhasil menumbuhkan jembutku sangat lebat, saking lebatnya sampai bibir vag****naku yang berwarna ping tidak kelihatan karena tertutup lebatnya jembutku.

Dan ternyata aku mengoleskannya terlalu tinggi, sehingga jembutku tidak hanya tumbuh di bagian vag****na saja tapi hampir sampai mendekati pusarku, sehingga jika aku menggunakan celana dalam, bulu jembutku masih kelihatan di bagian atas celana dalamku.

Tapi melihat penampilanku sekarang, dengan rambut pirang dan jembut yang lebat,entah kenapa membuatku merasa sangat seksi, Mas Warman tentu saja semakin senang dengan penampilanku ini. Tapi ada satu permintaan mas Warman yang masih belum bisa ku sanggupi, karena terlalu berat, aku hanya melakukanya jika ingin bertemu dengannya, karena terlalu berat jika harus melepas kerudungku secara permanen, ya mas Warman memintaku untuk tidak menggunakan kerudung lagi, karena menurutnya aku lebih cantik tanpa kerudung.

Selama 2 bulan ini aku sudah beberapa kali bertemu dengan mas Warman untuk memadu kasih, di tempat penginapan dekat pasar yang sudah menjadi tempat langganan kita memacu birahi. Saat ini aku sedang membantu ibuku memasak untuk makan malam, kebetulan adik ku sindy datang dengan suaminya untuk menginap, sehingga ibuku sedikit kerepotan memasak untuk keluargaku, dan aku berinisiatif membantunya.

Sementara sindy dan suaminya berada di depan sedang mengobrol dengan ayahku, sindy sempat memprotes penampilanku saat ini, apalagi melihat rambutku yang berwarna pirang ini dia sedikit kesal melihat kakaknya berubah penampilan.

"Kak kamu kok rambutnya jadi pirang gini sih" ucap sindy kaget saat pertama kali melihat rambut pirangku.

"Iya nih sin, kakak salah beli cat rambut, kirain item, eh ngga taunya pirang" balasku pada sindy.

"Ini juga ngapain pake baju kaya gini sih" ucapnya memprotes baju yang ku pakai.

"Kayak gini gimana sih sin, orang bajunya bener kok" ucapku pada sindy, aku merasa tidak ada yang salah dengan bajuku.

Saat ini aku memang sedang menggunakan kaos lengan pendek berwarna hijau tua yang sedikit kekecilan sehingga mencetak tubuhku dengan jelas dan celana pendek selutut, Berbeda dengan sindy yang jauh lebih alim dari ku, dia saat ini mengenakan baju syar'i berwarna hitam dengan kerudung yang senada, di tambah dengan sarung tangan yang dia pakai semakin terlihat soleha adik ku ini, kecuali cadarnya yang saat ini sudah dia lepas, karena sedang berada di dalam rumah.

"Huu kakak aku ini emang paling bisa kalo ngejawab" ucapnya kesal, yang membuatku tertawa.

"Kayak kamu ngga pernah pake baju kaya gini aja kalo di rumah" ledekku pada sindy.

"Yee apaan sih malah ngebalikin lagi" ucapnya sambil tersipu. Aku hanya tertawa melihatnya tersipu.

Sebagai kakaknya tentu aku tau kalau dia juga pasti pernah memakai baju seperti ku ini bila di rumah, sementara suaminya sedikit memandangku dengan tatapan yang aneh, tapi aku tidak memperdulikannya.

"Fa ambilin ibu garam tuh di atas" suruh ibuku setelah tadi mencicipi masakannya, mungkin kurang asin sehingga harus diberi garam lagi.

Aku lalu membuka pintu kitchen set yang berada di atas, karena letak garam yang lumayan cukup tinggi aku sampai harus menjinjitkan kaki, dan karena baju yang kupakai sedikit kekecilan, membuat baju ku ikut tertarik sampai ke pusar saat aku hendak mengambil garam, yang tentu saja membuat bulu jembutku terlihat dengan jelas, setelah ku ambil garam itu lalu ku berikan pada ibu ku.

Kisah Kehidupan Pasutri (Cuckold)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang