Saat malam semakin larut, suasana ruangan yang sunyi semakin mencekam. Zayyan dan Hyunsik masih terjaga, bergantian mengawasi sekeliling. Setiap bunyi kecil dari luar jendela atau derit pintu membuat mereka semakin waspada.
Zayyan berusaha menjaga pikirannya tetap fokus, tetapi kelelahan mulai mengambil alih. Pandangannya kabur sesaat sebelum dia mengusap wajahnya, berusaha tetap terjaga. “Hyunsik, lo yakin gak mau tidur dulu? Gue bisa jagain sendiri,” bisik Zayyan.
Hyunsik menggeleng. “Gak, gue gak bisa tidur sekarang. Terlalu banyak yang ada di kepala gue. Kita harus tetap siaga,” jawabnya sambil mengalihkan pandangannya ke pintu yang tertutup rapat.
Tiba-tiba, terdengar suara aneh dari luar ruangan—seperti langkah kaki yang pelan, seakan seseorang sedang mengendap-endap di koridor. Zayyan langsung menegakkan tubuhnya, jantungnya berdegup kencang.
“Lo denger itu?” tanya Zayyan, suaranya hampir berbisik.
Hyunsik mengangguk, wajahnya serius. “Ya, gue dengar. Kita harus cek.”
Zayyan merasa keraguan muncul dalam dirinya, tapi dia tahu mereka tidak bisa mengabaikan suara itu. “Oke, kita pergi bareng,” ucapnya dengan suara gemetar.
Dengan langkah pelan, mereka berdua keluar dari ruang tamu, berusaha untuk tidak membangunkan teman-teman yang lain. Mereka menuju koridor yang sunyi, hanya diterangi cahaya remang-remang dari lampu darurat di ujung lorong.
Suara langkah itu semakin jelas, tetapi ketika mereka sampai di ujung koridor, tidak ada siapa-siapa. Zayyan menelan ludah, merasa ada sesuatu yang aneh.
“Gak ada orang, tapi suara tadi jelas banget,” gumam Zayyan, mengerutkan kening.
Hyunsik memandang sekeliling, seakan mencoba mencari penjelasan. “Mungkin ada yang sengaja buat kita paranoid.”
Zayyan mengangguk pelan. “Bisa jadi, tapi kita harus terus waspada.”
Saat mereka kembali ke ruang tamu, perasaan tidak nyaman semakin menguat. Zayyan tidak bisa menghilangkan bayangan bahwa ada seseorang yang mengawasi mereka dari kegelapan. Begitu mereka duduk lagi, Hyunsik berbisik, “Zayyan, gue rasa ada yang sengaja mainin kita.”
Zayyan menghela napas panjang. “Mungkin. Tapi kenapa? Dan siapa?”
Pertanyaan itu menggantung di udara, tanpa jawaban. Hingga akhirnya, kelelahan merayap dan mereka kembali tertidur, dengan rasa waspada yang tetap mengintai.
Namun, menjelang pagi, Zayyan tiba-tiba terbangun lagi—kali ini oleh rasa sesak di dadanya. Napasnya terasa berat, dan dia tahu apa yang sedang terjadi. Asmanya kambuh. Dia meraba-raba ke dalam tasnya, mencari inhaler yang selalu dia bawa, tetapi rasa panik mulai menyerang, memperburuk kondisinya.
Dia mencoba tetap tenang agar tidak membangunkan yang lain, tetapi usahanya sia-sia. Wain yang tidur di dekatnya terbangun saat mendengar Zayyan terengah-engah.
Tangannya bergetar, dan pandangannya mulai kabur. Zayyan mencoba menarik napas lebih dalam, tapi dadanya terasa seperti tertindih sesuatu yang berat.
“Zayyan! Lo kenapa?!” Wain bertanya panik, langsung duduk dan mendekat.
Zayyan tidak bisa menjawab. Dengan tangan gemetar, dia hanya menunjuk tasnya yang tergeletak di lantai. Wain buru-buru mengambil tas itu, membuka isinya, dan menemukan inhaler milik Zayyan.
“Ini inhaler lo?” Wain menatapnya dengan wajah terkejut, tapi dia dengan cepat menyerahkan inhaler itu ke tangan Zayyan.
Zayyan segera menggunakan inhalernya, menarik napas dalam-dalam dan menahan beberapa detik. Perlahan-lahan, sesak di dadanya mulai mereda. Dia bersandar di dinding, mencoba menenangkan diri, meski napasnya masih sedikit tersengal.
![](https://img.wattpad.com/cover/373909837-288-k418433.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
VEGEANCE ( xodiac )
Misterio / SuspensoHanya sebuah kisah tentang sekumpulan remaja yang di teror X beyond the world Xodiac 입니다