06

257 38 5
                                    


Suasana di asrama semakin tegang saat mereka menunggu Zayyan kembali . Lex terus mengecek jamnya, ia semakin gelisah .

“Eh, kenapa zayyan belum balik? Harusnya dia udah ada di sini,” ucapnya sambil gelisah.

“Gue bilang juga apa , kita harus cari dia,” ucap  Beomsoo tegas. “Dia bisa aja lagi dalam masalah.”

“Mungkin kita cari di taman,” saran Gyumin. “Dia kan suka keluar kalo butuh udara segar.”

“Yuk, kita cari dia,” ucap Hyunsik , sambil mengambil senter dan memimpin jalan keluar.

Waktu mereka berjalan ke taman, rasa khawatir semakin menempel. Mereka semua berusaha untuk tetap tenang, tapi tetap saja rasa was-was itu ada. Setiap langkah yang diambil seperti ada beban di hati.

Ketika sampai di taman, mereka melihat Zayyan tergeletak di tanah, ia keliatan lemah. Teman-temannya langsung berlari mendekat.

“Zayyan! Lu baik-baik aja?” teriak Lex, suaranya panik.

Zayyan terbatuk, ia berusaha bicara, tapi suaranya tidak keluar. Dia mencoba bangkit, tapi tubuhnya seperti tidak mau diajak kerjasama.

Dari tempat gelap, ada sosok yang memperhatikan situasi itu sambil tersenyum sinis, orang itu merasa momen ini menjadi kesempatan untuk mengambil kendali. Dalam bayang-bayang, pelaku memperhatikan teman-teman Zayyan yang sudah bergegas ke arah suara.

“Zayyan! Kita di sini!” teriak Hyunsik, berusaha memberikan semangat. Tapi mereka tidak sadar ada mata yang memperhatikan mereka dari kegelapan.

Zayyan berjuang untuk mengeluarkan suara, tapi cuma desisan lemah yang keluar. Teman-temannya semakin mendekat, tapi Zayyan merasa cemas, berusaha menutupi rasa tidak nyaman yang dia rasakan

Mendengar teriakan itu, teman-temannya semakin mendekat. Lex dan Gyumin buru-buru maju, berusaha mencari Zayyan.

“Dia butuh bantuan!” kata Lex, matanya melotot. “Kita harus bantu dia!”

Seseorang di bayangan itu memperhatikan mereka dengan cermat, dia tidak menunjukan diri, tapi sudah merencanakan langkah selanjutnya.

“Cukup! Kita gak akan biarin siapa pun ngancem Zayyan!” teriak Beomsoo, bersiap untuk melindungi teman-temannya.

Zayyan merasakan keringat dingin mengucur, dan dalam keadaan setengah sadar, dia berusaha menggerakan tubuhnya.

Melihat kesempatan, Hyunsik mencoba mengalihkan perhatian kelompok itu, sementara Lex berlari untuk mencari bantuan.

“Dia butuh pertolongan!” teriak Lex, berharap bisa mengalihkan perhatian orang yang tidak terlihat itu.

Zayyan berjuang melawan rasa panik yang menyelimuti dirinya . Suara langkah kaki semakin dekat, dan saat bantuan tiba, dia berusaha fokus ke teman-temannya.

Ketika Zayyan mendapat sedikit kekuatan, dia melihat teman-temannya. “gw… gw baik-baik aja…” ucapnya dengan suara lemah, berusaha meyakinkan mereka meskipun sebenarnya dia masih tertekan.

Lex dan Gyumin berdiri di sampingnya, siap melindungi. “Enggak, kita gak bisa biarin ini terus berlanjut. Kita harus tahu siapa yang berani ngancem Zayyan,” kata Lex, wajahnya penuh tekad.

Sementara itu, sosok misterius itu mundur lebih dalam ke kegelapan, merasa rencananya hampir gagal. “Kalian gak akan pernah tahu kebenarannya,” bisiknya pada dirinya sendiri, menunggu saat yang tepat buat bergerak.

Mereka semua terdiam, melihat ke arah tempat sosok itu menghilang. “Apa yang baru aja terjadi?” tanya Gyumin, masih tidak percaya.

Zayyan berusaha mengumpulkan keberanian. “Ini belum berakhir… gw bisa ngerasain,” ucapnya, merasa ada sesuatu yang lebih besar dari sekadar ancaman fisik di antara mereka.

VEGEANCE ( xodiac )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang