07

241 27 0
                                    


Suasana di ruang tamu semakin tegang setelah Zayyan dan Hyunsik menceritakan pengalaman mereka. Teman-teman yang lain saling menatap, jelas terlihat ketidakpastian di wajah mereka. “Kita bener-bener harus hati-hati, guys,” ucap Davin, suaranya serak. “Gak ada yang tahu siapa atau apa yang kita hadapin .”

“Kalau gitu, kita sebaiknya tetap bareng-bareng aja,” Lex menyarankan. “Jangan sampai kita terpisah lagi. Makin banyak orang yang kita bawa, makin aman.”

“Setuju! Kita harus tidur di ruang tamu malam ini,” Gyumin menambahkan. “Dengan begini, kita bisa saling jaga.”

Zayyan mengangguk. “Ya, lebih baik kita tetap bersama. Kita juga bisa ngerencanain langkah selanjutnya,” jawabnya, walau dalam hati, dia merasa gelisah. Keresahan itu membuatnya tidak bisa fokus.

Setelah semua sepakat, mereka mengatur tempat tidur dengan selimut dan bantal yang ada di ruang tamu. Sambil ngobrol ringan, mereka berusaha mengalihkan perhatian dari ketakutan yang menyelimuti. Zayyan duduk di tengah, berusaha menahan perasaannya yang bergejolak.

Malam pun berlalu, dan mereka terpaksa mengakui bahwa tidur di ruang tamu ternyata tidak semenyenangkan yang dibayangkan. Masing-masing terjaga beberapa kali, mendengar suara-suara aneh di luar. Zayyan bahkan sempat terbangun karena suara langkah kaki di koridor.

“Zayyan, lo baik-baik aja?” tanya Wain, yang tidur di sampingnya. Zayyan hanya bisa mengangguk, berusaha menunjukkan senyuman meski hatinya berdebar.

Pagi datang dengan sinar matahari yang cerah, tapi suasana hati mereka masih suram. Zayyan dan teman-temannya duduk sarapan dengan wajah lesu. “Kita harus ngerencanain strategi untuk nyelidikin semua ini,” kata Hyunsik, menggigit sepotong roti.

“Setuju! Kita bisa mulai dengan ngelihat rekaman CCTV di sekitar asrama,” saran Davin. “Siapa tahu kita bisa lihat sosok yang kita lihat kemarin malam.”

“Bagus juga idenya!” jawab Lex. “gue bisa cek di bagian keamanan. Mereka pasti punya akses ke rekaman.”

Zayyan merasa sedikit lebih tenang. Mengetahui bahwa mereka berencana untuk mencari tahu lebih jauh membuatnya merasa ada harapan. “Tapi kita harus hati-hati, jangan sampai ada yang curiga,” kata Zayyan.

“gue setuju. Kita harus pura-pura kayak biasa dan terus bergaul,” Gyumin menambahkan. “Sambil kita selidikin ini .”

Setelah sarapan, mereka memutuskan untuk berpisah lagi dan menjalankan rencana mereka. Zayyan dan Hyunsik pergi ke bagian keamanan, sedangkan yang lain mencari informasi dari teman-teman di luar.

Di bagian keamanan, mereka bertemu dengan petugas yang tampak serius. “Kami mau liat
rekaman CCTV dari malam kemarin pak ,” kata Hyunsik. Zayyan berdiri di sampingnya, berusaha terlihat tenang.

Petugas itu menatap mereka, lalu berkata, “Baiklah, tetapi kalian harus isi formulir dulu.” Setelah mengisi formulir, mereka menunggu sambil berdebar-debar.

Setelah beberapa menit, petugas kembali dengan sebuah flashdisk. “Ini rekaman malam kemarin. Silakan lihat di ruang monitor.”

Zayyan dan Hyunsik mengikuti petugas ke ruang monitor. Dengan jantung berdegup kencang, mereka duduk dan menatap layar. Rekaman itu menunjukkan area sekitar asrama dalam gelap. Mereka memperhatikan setiap detil, berusaha menemukan sosok yang mereka lihat.

“Coba mundur dikit,” ucap Hyunsik, menatap layar dengan saksama. “gw rasa sosok itu muncul sekitar jam berapa ya?”

Setelah beberapa saat, mereka melihat sosok hitam melintas cepat di layar. Zayyan merinding. “Itu dia!” teriaknya.

Tapi saat mereka memperbesar gambar, wajah Zayyan langsung berubah. Sosok itu tidak jelas terlihat, dan hanya tampak bayangan samar. “Gak ada yang bisa kita lihat dengan jelas,” keluh Hyunsik.

VEGEANCE ( xodiac )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang