HANYA diperlukan sepersekian detik sebelum pemuda itu sadar tentang apa yang dilakukan Cordelia di hadapannya.
Selepas gaun tidur itu diangkat dari batas lututnya, Jade buru-buru menghadap belakang untuk menghindari melihat sesuatu yang tidak seharusnya. Aksi Cordelia begitu tiba-tiba sehingga Jade nyaris tidak mampu mengendalikan diri untuk berhenti mengingat apa yang baru saja dia lihat. Sambil menormalkan kembali denyut jantungnya yang bertalu, dia menarik napas dalam-dalam.
Kemudian, Cordelia bersuara di belakangnya, “Aku perlu bantuanmu untuk memasang korset yang kau pegang.”
Jade menunduk dan tersadar sejak tadi dirinya masih mengenggam korset kaku yang talinya terburai sampai ke kaki.
“Cepat, Cassio.”
Entah bagaimana, perintah yang dilesatkan Cordelia bagaikan sihir magis yang menggerakkan tubuh Jade. Pemuda itu berputar dan melihat Cordelia berdiri memunggunginya dengan hanya mengenakan gaun dalaman. Dia mematung sebentar saat menyaksikan Cordelia menelusupkan dua lengannya ke dalam lubang korset, kemudian menyuruh Jade untuk menarik tali di punggung sekencang mungkin.
Pemuda itu melakukan apa yang diperintahnya, tanpa berkata-kata. Dia menahan diri untuk tidak mengomentari betapa kecil punggung Cordelia atau menanyakan apakah tarikannya membuat dadanya sesak.
Seusai memasangkan korset, dia membantu Cordelia mengenakan gaun luaran berwarna hitam. Gadis itu kembali menghampiri kontainer besi dan merogohkan lengan sampai ke dasar, mencari-cari sesuatu. Dia menarik kotak yang lebih kecil dan membuka tutupnya; tampaklah tumpukan gelang dan kalung yang berkilau―entah apakah perhiasan itu asli atau tidak, tetapi Jade menaruh curiga pada hal lain.
“Dari mana kau tahu itu adalah kotak perhiasan?”
“Entahlah. Sepertinya ini potongan dari ingatan masa lalu,” kata Cordelia sambil memasang pita hitam di lehernya.
“Maksudmu, pakaian dan perhiasan ini semuanya adalah milikmu?”
“Bukan, tapi aku bisa tahu kalau pakaian ini populer di zamanku. Kotak perhiasan ini kelihatan familier, walaupun aku belum tahu apakah ini milikku atau bukan. Kalaupun bukan, sepertinya aku pernah punya yang mirip.”
Jade membuang napas. Dia pikir Cordelia sudah mengingat keseluruhan hidupnya.
“Nah, bagaimana?” Cordelia menghadapnya. Pesonanya tampak terpancar walaupun ruang bawah tanah ini tidak cocok dengan presensi dirinya yang begitu memikat dalam balutan gaun klasik. “Rasanya seperti kembali ke diriku yang dulu. Tidak kusangka gaunnya sangat pas. Apa dandananku bagus?”
Cantik. Menawan. Seperti mawar hitam di dalam kotak kaca. Namun, Jade tak sanggup mengatakan hal itu lantaran dia masih diimpit kejengkelan atas kekacauan yang ditimbulkan si gadis.
Pemuda itu membalas ketus sambil melengos, “Tidak cocok dipakai di tempat seperti ini.”
“Tapi tampak bagus, kan?” Cordelia memperhatikan Jade yang malah sibuk memeriksa isi di dalam kontainer besi, sama sekali tak memedulikannya. Gadis itu terdiam, entah untuk alasan apa, tetapi di menit berikutnya dia berkata lagi, “Cassio, apa aku boleh mengenakan pakaian ini?”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐋𝐀𝐃𝐘 𝐈𝐍 𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐀𝐈𝐍𝐓𝐈𝐍𝐆
VampireSetelah terbebas dari penjara, Jade mendapat telepon dari seorang notaris yang mengatakan bahwa kakeknya baru-baru ini telah meninggal dan mewariskan sebuah rumah besar kepadanya. Saat Jade menyetujui menjadi ahli waris, dia datang ke rumah milik s...