JEDA waktu sebelum dia tidak sadarkan diri adalah memori samar yang memberinya luka menyakitkan.
Jade masih bisa merasakan dua bilah taring menusuk lehernya dan menyedot sesuatu dari dalam tubuhnya dengan rakus―darah, dia menyimpulkan demikian. Sebab bau khasnya melekat dan menjadi-jadi seiring kesadarannya berangsur menjauh. Di tengah tirai kelabu yang menutupi pandangannya, Jade masih sempat melihat makhluk itu―sang gadis yang keluar dari lukisan.
Bagaimana dia harus menyebutnya? Hantu? Monster? Tubuh yang bersentuhan dengannya terasa dingin, licin, dan agak kenyal―menyerupai manusia asli; jelas bukan hantu atau jelmaan makhluk halus. Barangkali dia monster pengisap darah, sebab perilakunya begitu liar dan membabi buta. Jade mengingat betapa panik dirinya sehingga dia memberontak dan menendang, tetapi tenaganya justru kalah oleh kungkungan monster itu. Dia merasakan jemari sang makhluk menjambak rambutnya dan menekan kepalanya ke lantai, sementara kaki kecilnya membelit pinggangnya seperti lilitan ular.
Sesaat sebelum kesadarannya benar-benar lenyap, tatapan pemuda itu terpaku pada dua manik kelam sang monster.
Jade menangkap seringai di wajah monster itu.
Kemudian, setelah lama tergelincir ke kegelapan, kini kabut muram yang meliputinya terangkat. Jade terbangun dan berusaha menggerakkan sendi-sendinya yang kaku luar biasa. Mengerang sembari mendorong dirinya dalam posisi duduk. Napasnya masih terengah―tercabik dalam emosi terkejut dan panik. Dia memegangi lehernya yang terasa nyeri, meraba kulit yang sebelumnya dirobek oleh dua taring tajam.
Memang benar, ada dua lubang kecil yang letaknya sejajar―seperti bekas ditusuk sesuatu. Jade menyeka lehernya dan memperhatikan telapaknya dengan cermat. Sisa darah masih menempel di jemarinya, dan fakta ini membuatnya gemetar sekaligus takut. Bila dia benar-benar digigit, apa yang berikutnya akan terjadi? Apakah monster perempuan itu menularkan virus padanya? Apakah dia akan terinfeksi dengan penyakit aneh, lalu tewas?
Entah berapa lama Jade duduk di lantai sambil memikirkan kemungkinan itu. Setelah akhirnya mampu menguasai diri, dia bangkit untuk mencari ke mana makhluk itu pergi. Jade menyapu pandang seluruh kamar. Tidak ada tanda-tanda perusakan. Barang-barangnya masih tergeletak rapi di tempat semula, yang menunjukkan arti bahwa makhluk yang menyerangnya kemarin juga bukan pencuri. Pemuda itu lantas menengok ke arah lukisan yang menjadi mimpi buruknya.
Anehnya, lukisan itu tidak kenapa-kenapa. Potret gadis berwajah pucat itu masih ada, dengan posisi yang tak berubah.
Apa-apaan ini? Apa monsternya sudah kembali masuk ke dalam lukisan?
Dilumuri pertanyaan dan rasa penasaran yang menjadi-jadi, Jade memutuskan keluar untuk mengecek situasi. Dia mengintip tiap ruangan yang terbuka dan tak menemukan apa pun, kecuali fakta bahwa kondisi rumahnya masih rapi seperti sedia kala. Langkahnya menuruni tangga, melongok ke bawah dari balik birai yang melingkar, lalu masuk dapur. Pemuda itu membuka laci terdekat untuk mencari pisau.
Jemarinya baru saja menyentuh gagang pisau tepat ketika suara perempuan muncul dari belakangnya.
“Kau sudah bangun?”
Pertanyaan itu membuat Jade menengok ke belakang dengan cepat. Wajahnya tercengang menatap seorang gadis yang menyerangnya sebelum ini, kini berdiri di hadapannya dengan paras tanpa ekspresi.
Penampilannya―anehnya―kelewat normal. Tidak ada lagi tubuh ringkih pucat dan berlendir, ataupun helaian rambut lebat yang menutupi wajahnya seperti spanduk gelap. Gadis ini lebih tampak seperti manusia, walaupun wajahnya terkesan pucat. Namun, mata kelamnya tidak mati seperti di lukisan, melainkan hidup dan menyala-nyala.
“Siapa kau?”
Jade menjaga suaranya tetap tenang. Dilihat dari sudut mana pun, badannya jauh lebih kecil dibandingkan ukuran tubuhnya―sekilas memiliki potongan tubuh yang sama dengan Cassie. Jade bisa dengan mudah membekuknya bila gadis ini berulah. Namun, dia harus menanyainya lebih lengkap. “Kenapa kau menyusup ke rumahku?”
KAMU SEDANG MEMBACA
𝐀 𝐋𝐀𝐃𝐘 𝐈𝐍 𝐓𝐇𝐄 𝐏𝐀𝐈𝐍𝐓𝐈𝐍𝐆
VampireSetelah terbebas dari penjara, Jade mendapat telepon dari seorang notaris yang mengatakan bahwa kakeknya baru-baru ini telah meninggal dan mewariskan sebuah rumah besar kepadanya. Saat Jade menyetujui menjadi ahli waris, dia datang ke rumah milik s...