Bahagia itu Sederhana

255 29 11
                                    

  Setelah menempuh perjalanan Surabaya-Pekanbaru,Salma dan Rony akhirnya sampai juga dibandara Sultan Syarif Kasim II.Awalnya Baskara sempat melarang kepergian Salma,dia masih tidak yakin melepas kepergian anak gadisnya dengan laki- laki yang belum terlalu dia kenal.

"Dia bukan papah".Ketus Salma.

"Dek!".Suara Sintya terdengar keras. Rony mengusap lengan wanita itu, mencoba menenangkan.

  Pagi ini seharusnya Rony dan Salma sudah berangkat ke bandara,tapi saat berpamitan Baskara melarang anak nya pergi dengan Rony.

"Saya bisa aja izinin kamu bawa anak saya,tapi apa jaminannya kalo kamu bisa bawa pulang anak saya dengan keadaan yang sama seperti sekarang?". Tanya Baskara pada Rony.

"Pah!".Kali ini Salma yang berteriak, dia bahkan sudah berdiri menatap tajam pada laki-laki itu."

"Yank...gak boleh gitu".Suara lembut Rony dengan usapannya dilengan Salma,tidak menyurutkan sedikit pun amarah gadis itu.

"Selama ini papah kemana aja?kenapa baru sekarang?.Selama 19 tahun aku hidup tanpa arahan papah,kenapa sekarang seolah-olah papah punya kuasa atas diri Ana?.Papah lebih baik urusin anak dan istri papah,rumah mama bukan tempat......".

"Ana!!".Belum sempat Salma menerus kan ucapannya,Sintya sudah lebih dulu berteriak.

"Ron,bawa Ana pergi.Mama yang kasih izin kalian".Ucap Sintya pada Rony,tapi matanya tidak lepas dari Salma.Ada raut penyesalan setelah ia berteriak pada gadis itu.

"Tapi,mah...".Rony sempat ragu,tapi tatapan tajam Sintya membuat laki- laki itu beranjak dari duduknya.

  Rony menghampiri Baskara,meminta tangan laki-laki itu untuk berpamitan.

"Aku berangkat dulu om.Aku janji akan jaga Ana dan bawa pulang dia dengan selamat".

  Baskara hanya diam,menatap Rony yang mengambil tangannya.Hatinya mulai menghangat setelah mendengar ucapan laki-laki itu.Sebenarnya dia tau seperti apa keluarga Sony,dan Baskara tidak meragukan sedikitpun cara laki-laki itu mendidik anak-anak nya.Tapi,sebagai seorang ayah,wajar saja kalau dia merasa takut jika putri nya dibawa laki-laki yang belum terlalu ia kenal.Setelah berpamitan dengan Baskara dan Sintya.Salma buru-buru menarik tangan Rony,dia mengajak laki-laki itu segera pergi dari rumahnya.

  Disinilah mereka sekarang.Rony dan Salma baru saja keluar dari garbarata. Salma menghirup udara Pekanbaru dengan perasaan lega,Rony yang melihat itu hanya tersenyum.Wajah bahagia Salma membuat hatinya menghangat.Laki- laki itu juga ikut merasakan lega setelah melihat raut bahagia Salma, karena selama didalam pesawat wajah gadis itu terlihat murung, bahkan tadi pagi setelah perdebatan itu,dalam perjalanan menuju bandara Rony sempat melihat Salma mengusap pipinya yang basah,gadis itu menangis dengan memalingkan wajahnya kearah jendela mobil.Saat itu tidak ada yang bisa Rony lakukan selain menguatkan Salma lewat genggaman tangannya.Hanya usapan lembut yang bisa Rony berikan,dia membiarkan Salma menumpahkan semua emosinya lewat air mata.

"Akhirnya kita sampai juga".Ucapan Salma membuat Rony tersadar dari lamunannya.

"Siapa yang jemput kita,yank?".Tanya gadis itu dengan berbalik arah,dia menatap Rony yang berjalan disamping nya.

"Bunda sama Nabila,kalo ayah jam segini pasti lagi sibuk jaga markas".

"Mereka beneran gak dikasih tau kalo aku ikut kamu?".Rony menggeleng pelan dengan senyumnya yang sejak tadi masih merekah.

"Waah...jadi gak sabar liat muka kaget nya Nabila".Sambungnya lagi.

"Pasti kagetnya gini yank,hah?".

  Rony mempraktekkan dengan kedua tangannya yang terangkat keatas,dia tau persis karena itu yang biasa adik nya lakukan ketika kaget.Salma tertawa melihat ekspresi lucu wajah Rony yang terperangah.

Cinta Pertama Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang