***
Kahira menuangkan minuman ke gelas nya sendiri dengan hati-hati dan mulai meminum nya karena merasa tenggorokan nya mulai kering.
“Bagaimana kalau mereka kita nikahkan besok?” usul Kakek Faizal yang membuat Kahira terkejut.
Uhuk! Uhuk!
Mendengar itu‚ Kahira lantas tersedak dengan minuman yang baru saja mengaliri tenggorokan nya. Umi Maryam yang ada disebelah nya terkejut dan segera mengambilkan tissue untuk Kahira.
Kahira mencoba menetralkan detak jantung nya yang berdetak lebih cepat‚ juga tenggorokan seperti ada yang mengganjal.
“Nak Kahira ... Kamu tidak apa-apa?” tanya Kakek Faizal dengan nada khawatir‚ ia menjadi tidak enak karena melihat Kahira yang seperti itu.
Kahira tersenyum lalu menggeleng‚ “Saya nggak apa-apa kok‚ kakek. Saya cuma kaget aja tadi‚” jawab Kahira‚ gugup.
Umi Maryam mengusap punggung Kahira dengan lembut‚ penuh kasih sayang.
Kakek Faizal tersenyum lega melihat Kahira mulai tenang. Namun‚ tatapan matanya tetap mengisyaratkan keseriusan.
“Maaf kalau kakek membuatmu kaget‚ Nak Kahira. Tapi kakek bicara serius. Ibrahim dan Maryam kan sudah mengenal keluarga mu‚ dan kakek yakin mereka sudah menilai bahwa keluarga mu adalah keluarga yang sangat baik‚” ucapnya pelan namun mantap‚ seperti berusaha menenangkan suasana.
Kahira meremas tangannya di bawah meja‚ mencoba menyembunyikan kegelisahannya. Ia melirik ke arah Umi Maryam‚ berharap ada penjelasan yang bisa meringankan suasana. Namun‚ Umi Maryam hanya tersenyum lembut‚ seolah mendukung keputusan Kakek Faizal.
“Tapi... kenapa tiba-tiba‚ Kek? Maksud saya‚ bukannya pernikahan itu butuh persiapan matang?” tanya Kahira‚ suaranya bergetar.
Kakek Faizal mengangguk‚ memahami keraguan Kahira. “Benar‚ dan kita bisa mempersiapkannya dengan baik. Tapi usia kalian sudah cukup, dan keluarga kami juga cocok untukmu. Kakek hanya tidak mau nantinya‚ kalian malah terjerumus ke dalam kubangan dosa.”
“M-maaf‚ Kek. Tapi ... Saya belum genap 18 tahun.” ucap Kahira‚ ia ingin membantah ucapan Kakek Faizal yang mengatakan umurnya sudah cukup.
Kakek Faizal terdiam sejenak mendengar pernyataan Kahira. Ia tampak berpikir‚ lalu mengangguk pelan.
“Kamu benar‚ Nak. Usia memang menjadi pertimbangan penting‚ terutama dalam hukum pernikahan‚” ujar Kakek Faizal‚suaranya kini lebih lembut. “Namun‚ dalam situasi tertentu‚ ada solusi yang bisa dipertimbangkan. Jika keluarga setuju dan ada alasan yang cukup kuat‚ pernikahan bisa dilakukan dengan izin khusus dari pengadilan. Tapi itu semua kembali pada kesiapan dan keinginanmu juga.”
Kahira menatap Kakek Faizal dengan tatapan bingung. “Izin khusus? Maksudnya‚ pernikahan bisa dilakukan meskipun belum cukup umur?”
Kakek Faizal mengangguk. “Iya‚ jika ada alasan yang mendesak dan kedua belah pihak keluarga sepakat‚ hukum memberikan ruang untuk itu. Tapi‚ Kakek tidak ingin memaksa. Kakek ingin memastikan kamu memahami semua konsekuensi dan hanya melakukannya jika kamu benar-benar siap.”
Kyai Ibrahim yang sejak tadi diam akhirnya angkat bicara‚ suaranya penuh kelembutan. “Nak Kahira‚ kamu punya hak untuk berpikir dan memutuskan. Jangan merasa terbebani‚ ya. Pernikahan itu bukan hanya tentang usia‚ tapi juga kesiapan mental‚ fisik‚ dan tanggung jawab. Jika kamu merasa belum siap‚ katakan dengan jujur. Keluarga pasti akan mendukung apa yang terbaik untukmu.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Santri Nakal Itu Ternyata Jodoh Gus
RomanceJangan lupa follow, vote dan komen. Jangan jadi pembaca gelap! Sebagai seorang Gus‚ Husain dikenal karena ketampanan dan anak dari Kyai di pesantren Al-Jabbar juga ilmu agama dan bimbingannya kepada para santri yang terkesan galak. Di tengah-tengah...